NovelToon NovelToon
Lelaki Dari Satu Malam

Lelaki Dari Satu Malam

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / CEO / Keluarga
Popularitas:792
Nilai: 5
Nama Author: Keke Utami

Rinjani hanya ingin hidup tenang.
Tapi semua hancur saat ia terbangun di kamar hotel bersama pria asing. Dan beberapa jam kemudian mendapati kedua orang tuanya meninggal mendadak.

Dipaksa menikah demi melunasi utang, ia pingsan di hari pernikahan dan dinyatakan hamil. Suaminya murka, tantenya berkhianat, dan satu-satunya yang diam-diam terhubung dengannya ... adalah pria dari malam kelam itu.

Langit, pria yang tidak pernah bisa mengingat wajah perempuan di malam itu, justru makin terseret masuk ke dalam hidup Rinjani. Mereka bertemu lagi dalam keadaan tidak terduga, namun cinta perlahan tumbuh di antara luka dan rahasia.

Ketika kebenaran akhirnya terungkap, bahwa bayi dalam kandungan Rinjani adalah darah daging Langit, semuanya berubah. Tapi apakah cinta cukup untuk menyatukan dua hati yang telah hancur?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Keke Utami, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

31. Keguguran

Pintu bilik terbuka, Darren masuk bersama Desi. Rinjani tersentak, kaget, ia menatap dua manusia yang  baru masuk dengan ketakutan. Darren memilih bersandar di dinding, dengan santai memasukkan kedua tangannya ke dalam saku. Membiarkan Desi mendekat ke arah Rinjani yang terus berusaha menggerakkan tali di tangannya agar terlepas.

“Tante mau ngapain?” suara Rinjani serak karena menangis, ia memperhatikan apa yang Desi lakukan dengan pil yang wanita itu bawa.

“Buku mulutmu!” perintah Desi.

Rinjani menggeleng, mengatupkan mulut. Desi mencengkam kedua pipinya dengan satu tangan, memaksa mulut Rinjani agar terbuka. 

“Hmmm … hmmm …”

“Buka mulutmu!” Desi berhasil memasukkan pil ke mulut Rinjani. Namun Rinjani juga berhasil meludahi pil itu kembali.

Plak!

Desi geram, ia melayangkan t4mparan keras ke wajah Rinjani. Rinjani terisak. Wajahnya terasa kebas. Namun ada yang lebih sakit, suaminya justru hanya diam saat ia di perlakukan seperti ini.

“Kau ingin semuanya membaik ‘kan? Buka mulutmu anak sialan!” geram Desi, ia kembali mencengkam wajah Rinjani, kembali Rinjani meludah, bukan pil melainkan meludah1 Desi. Membuat Desi murka kemudian memukul kepala Rinjani dan menc3kik lehernya.

Cek1kan di lehernya membuat Rinjani membuka mulut untuk mengambil napas. Wajahnya merah. Matanya melotot saat dadanya sesak kekurangan oksigen.

Desi menyeringai. Ia memasukkan pil dengan mudah. Dan melepaskan c3kikan yang spontan membuat pil tertelan oleh Rinjani. Rinjani terbatuk. Berusaha menghirup udara dan memuntahkan kembali pil tersebut.

“Beres, Tuan.”

Darren menyeringai. Ia meminta Desi memanggil Alex, menyiapkan mobil dan membawa Rinjani pergi dari sana. Desi berlalu, membiarkan Darren yang mendekat ke arah Rinjani yang sudah mulai merasakan pil itu dalam tubuhnya.

“Dari awal aku udah kasih kamu penawaran ‘kan?”

Rinjani meringis dan menangis, perutnya keram, mulas, sakit menjalar ke pinggang dan ari-ari, keringat dingin membanjiri tubuhnya. Rinjani menatap Darren dalam diam, namun matanya yang merah dan berair menunjukkan jika ia tidak akan pernah memaafkan suaminya itu.

Pintu di belakang Darren terbuka. Bergegas Darren melepaskan tali yang mengikat tangan Rinjani.

“Bawa Rinjani, Lex.” 

Tidak ada jawab dan Alex tak juga mendekat. Darren menoleh, balik badan. Saat ia menemukan Langit alih-alih Alex, sebuah balok kayu menghantam kepalanya. Darren sempat menahan balok dengan tangan meski percuma. Kepalanya sudah mengeluarkan darah. Namun ia tertawa pelan.

“Langit …” ujarnya, “Udah gue tebak lo bakal ke sini cari Rinjani.”

“Breng5ek!” umpat Langit. Ia mendekati Darren, mencengkam leher baju sahabatnya, “Lo bisa nggak lebih waras dikit? Lo lihat Rinjani! Lo lihat! Dia lagi hamil!”

Darren justru menyeringai, ia mendorong Langit sampai cengkaman terlepas, “Gue udah kasih pilihan baik-baik. Tapi dia malah ngumpet di rumah lo!” Darren menatap Rinjani dan Langit bergantian, “Atau jangan-jangan kalian berdua emang punya hubungan gelap dari awal?” tuduhnya.

Langit berteriak pada Darren, “Gila!” tatapannya sinis. Langit mendekati Rinjani, melepaskan tali pada tangannya. Namun Darren masih belum selesai, ia menarik Langit menjauh.

“Yang lagi lo bantu itu istri gue!” tekan Darren.

“Lo bukan seorang suami Ren! Tapi binatang. Dan lo masih bangga banget buat bilang lo suaminya dia?!” Langit tersenyum sinis saat wajah Darren memerah.

“Lo pasti suka sama Rinjani kan? Kalau nggak, nggak mungkin lo sebut nama dia semalam saat mabuk!”

Langit menantang tatapan tajam Darren, “Ya! Gue suka sama Rinjani!” suara Langit terdengar tegas.

Rahang Darren mengetat, giginya bergesekan, “Anj!ng!” Darren melayangkan pukulan. Dan keduanya saling balas satu sama lain.

Sementara itu tubuh Rinjani mulai melemah, darah bercucuran dari jalan lahir calon bayinya. Wajahnya yang berantakan mulai pucat lesu. Pandangannya berkunang, dunia terasa berputar. Dan Rinjani jatuh pingsan.

Sementara itu, situasi Darren dan Langit kian memburuk, suasana di antara keduanya masih memanas berbalut emosi. Tidak ada yang baik dari kondisi tubuh mereka. Keduanya sama-sama babak belur, akibat saling pukul yang masih terjadi. 

“Lo nggak pantas buat Rinjani!” teriak Langit. 

Langit terduduk, Darren berhasil melumpuhkannya. Wajahnya penuh dengan luka. Tapi Langit tidak akan menyerah, ia mencoba meraih balok yang semula ia bawa. 

“Lo pikir lo juga pantas buat Rinjani?!” balas Darren sinis, tak kalah memprihatinkan dari wajah Langit. 

Langit melayangkan balok kayu di tangannya ke kepal4 Darren yang masih menindihnya.  Memukulnya berkali-kali sampai Darren jatuh pingsan.

Langit bangkit, mendekati Rinjani, menggendong Rinjani yang sudah pingsan dan membawanya keluar. Di pintu ia bertemu Taufan yang juga babak belur baku hantam dengan Alex.

“Siapkan mobil, Fan!”

Dengan sigap Taufan membuka pintu mobil, membantu Rinjani masuk bersama Langit. Mobil segera melaju ke rumah sakit. 

Langit memandang wajah Rinjani yang sudah pucat. Menggengam tangannya yang sudah dingin.

“Rin … bangun, Rin,” 

Berselang puluhan menit, akhirnya mobil berhenti di lobi rumah sakit. Taufan turun lebih dulu dan meminta brangkar. Rinjani dipindahkan dan segera dibawa ke dalam ruang gawat darurat untuk diperiksa.

“Langit …”

Langit menoleh saat dokter Cinta menyapanya.

“Kamu kenapa? Habis berantem sama siapa?” tanya Cinta.

“Kak …”

Cinta membawa Langit untuk mengobati luka di wajahnya.

“Kamu ke sini dengan siapa?” tanya Cinta. Ia membersihkan luka dengan kain kasa.

“Kak … kalau aku melakukan tes DNA boleh?” tanya Langit.

Cinta menatapnya meski bingung, “Boleh,”

Langit bangkit, meninggalkan Cinta dan menemui Taufan. 

“Fan, berikan rambut Rinjani dan perempuan itu sama saya,” ujarnya.

“Anda mau melakukan tes DNA, Bos?” tanya Taufan. 

Langit mengangguk. Ia tidak akan menunda dengan alasan apa pun lagi. Ia harus memastikan siapa orangnya.

Taufan berlalu ke mobil dan kembali bersama rambut yang ia simpan. Langit segera menyerahkan rambut itu pada Cinta. Meminta Cinta memeriksanya. 

“Jadi ini rambut perempuan yang bikin kamu mual seperti orang hamil?” tanya Cinta.

Langit mengangguk, “Iya, Kak.” 

“Oke, kita akan melakukan pencocokan pada kedua rambut ini.”

Langit diminta menunggu. Ia memilih menemani Rinjani yang masih belum keluar dari ruang gawat darurat.

“Rinjani baik-baik aja kan, Fan?” tanya Langit risau.

Taufan tidak tahu harus menjawab apa, “Semoga saja, Bos.” 

Pintu terbuka, seorang dokter perempuan keluar, “Keluarga pasien,” panggilnya.

Langit mendekat, “S-saya … saya, Dok.”

“Istri anda mengalami pendarahan hebat karena pil penggugur yang ia konsumsi. Saya minta maaf, sudah bekerja maksimal namun calon anak anda tidak bisa saya selamatkan. Dan untuk pasien, masih dalam pantauan, dia kehilangan banyak darah.”

Langit mematung, rasanya hatinya bagai di remas saat Rinjani kehilangan anak itu.

“Boleh saya masuk?” tanya Langit.

Dokter mengizinkan. Langit segera masuk, menatap Rinjani yang terbaring. Tidak lama seorang perawat datang.

“Permisi, Pak. Kami ingin  memindahkan pasien ke ruang observasi sampai dia siuman.”

“Berapa lama?” tanya Langit cemas.

“Kita berdoa semoga pasien segera sadar.”

***** 

Sementara itu di kediaman keluarga Alexander. Evan menerima panggilan dari pihak rumah sakit.

“Apa?”  suara Evan begitu keras sampai Olivia menoleh dan menatap suaminya dengan perasaan penasaran.

“Baik, saya segera ke sana!”

1
Nadin Alina
Hebat sih, Rinjani. Yang semula tuan putri mau berjuang untuk hidup🙃
Nadin Alina
next bab Thor....
Nadin Alina
Ceritanya keren, semangat Thor 🔥
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!