Seorang gadis yang di paksa orang tuanya untuk menikah muda untuk melindunginya dari masa lalu yang terus menganggunya. Namun siapa sangka jika gadis itu di jodohkan dengan seorang pemuda yang menjadi musuh bebuyutannya. Lalu bagaimana pernikahan mereka akan berjalan jika mereka saling membenci?mungkin kah cinta akan tumbuh dalam diri mereka setelah kebersamaan mereka
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ella ayu aprillia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
33
Mama Sinta menangis di dalam dekapan sang suami. Ia mencurahkan segala keluh kesah yang ia tahan sejak siang tadi. Air mata tak dapat berhenti menetes saat ia menceritakan semuanya. "Pa..kalau kita ketemu dengan Gisella tolong jangan bahas masalah ini lagi. Aku tidak ingin Gisella sedih mengingat kejadian tadi."pinta mama Sinta.
"Papa akan mandi dulu setelah itu kita temui Gisel sama - sama ya ma." Papa Rizal masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri setelah bekerja dari luar. Beberapa menit kemudian mereka turun ke meja makan. Di sana ia sudah melihat jika Gisella begitu menikmati makan malamnya.
"Jangan ungkit masalah tadi pa, biarkan putri kita merasa lebih tenang."ingatnya lagi. Papa Rizal mengangguk pelan sebelum mereka melanjutkan langkahnya dan mendekat kearah kedua putra putri nya yang sedang makan malam. Papa Rizal sengaja menyuruh mereka makan berdua karena ia sudah makan bersama kliennya saat tadi tengah meeting di salah satu restaurant terkenal di Jakarta.
"Selamat malam kesayangan - kesayangan papa dan mama.."sapa papa Rizal.
"Papa...papa sudah makan malam? Kita makan malam bersama yuk?" Gisella memeluk papa nya. Papa Rizal membalas pelukkan putrinya itu dengan erat. Tangannya terulur mengelus rambut panjang putri kesayangannya itu.
"Papa tadi sudah makan saat meeting dengan klien sayang. Papa sengaja lembur beberapa hari ini agar kita bisa tenang saat di Bali nanti."
Gisella terdiam, hanya tinggal sehari lagi ia akan menikah dengan Revan, orang yang sangat ia benci saat ini. Namun mau bagaimana lagi jika kedua orang tuanya sudah memutuskan hal itu. Ia tidak akan bisa berbuat apa - apa lagi. "Kamu sudah packing?"tanya papa Rizal membuyarkan lamunannya.
"Belum pa, mungkin setelah ini aku akan packing."jawabnya lesu. Ia masih belum bisa menerima pernikahan ini. Ia masih begitu kecil untuk menikah di tambah dengan orang yang ia benci. "Nanti biar mama bantu kamu packing ya sayang."imbuh mama Sinta.
"Ya sudah mama ikut makan malam ya, mama tadi belum makan kan?"seru Gisella mengajak mama nya untuk duduk. Meskipun papa Rizal tidak makan namun pria paruh baya itu turut duduk di sana menemani anak dan istrinya.
Beberapa menit berlalu kini mereka telah selesai makan malam. "Sayang ayo kita langsung ke kamar kamu aja, mama bantu kamu packing setelah itu baru mama packing baju mama dan papa."ajak mama Sinta.
"Kita nggak duduk dulu di ruang keluarga ma." Tanya Gisella bingung, tidak biasanya mereka tidak ngobrol sesudah makan malam.
"Untuk malam ini tidak sayang, kita harus istirahat lebih awal karena besok pesawat kita berangkat jam 9 pagi. Setelah packing kamu istirahat,oke."
"Iya nak, mama kamu benar. Malam ini kita istirahat lebih awal, papa juga ada yang mau dj bahas dulu sama kakak."sambung papa Rizal.
Gisella diam, ia tahu apa yang akan dibicarakan oleh papa dan juga kakaknya. Dan ia tahu jika papa Rizal sengaja tidak membahas kejadian tadi siang karena tidak ingin melihat dirinya sedih saat mengingat kejadian tadi siang.
"Sayang..sudah ayo kita naik."ajak mama Sinta.
Setelah Gisella dan mama nya sudah tidak terlihat lagi baru lah papa Rizal menatap putranya. "Cel, sebenarnya apa yang terjadi tadi siang?" Tanya papa Rizal.
"Aku juga nggak tahu pa, tadi mama hanya cerita jika saat di sekolah ada yang kirim bucket buat Gisel. Sepertinya mama juga sengaja nggak ngasih tahu aku saat itu karena tidak ingin aku khawatir dan nggak fokus kuliah. Saat aku dan Rania pulang aku melihat mama yang sedih di temani tante Diana. Dan dalam bucket itu ada surat ini pa."serunya seraya menyerahkan surat kecil itu kepada papa nya. "Dia tidak akan menyerah meskipun Gisella sudah menikah pa. Apa kita tetap akan melakukan pernikahan itu sedangkan dia tetap saja tidak mau melepaskan Gisella." Papa Rizal menatap putranya dengan sorot tajam, "kita tetap akan menikahkan Gisel dan Revan Cel, meskipun dia bilang tidak akan menyerah tapi dia tidak akan se bebas itu mendekati adik kamu. Papa yakin Revan adalah yang terbaik. Meskipun ia juga masih SMA tapi dia adalah orang yang bertanggung jawab. Dan papa yakin adik kamu akan aman saat berada di bawah lindungan Revan dan keluarganya. Kamu tahu kan kalau perusahaan orang tuanya itu bergantung pada investasi dari om Derry. Bahkan orang tuanya sendiri tidak tahu bagaimana kelakuan anaknya itu dan jika mereka tahu kalau Gisel menikah dengan putra semata wayang Derry mereka akan semakin menjaga dia agar tisak macam - macam kepada Gisella. Kalau sampai dia nekat berbuat macam - macam, perusahaan mereka akan bangkrut karena om Derry tidak akan membiarkan orang yang menganggu menantunya."jelas papa Rizal panjang lebar. Dan kini Marcel pun paham kenapa papa nya begitu ngotot menikah kan adiknya dengan Revan meskipun mereka masih sama - sama sekolah dan baru naik kelas tiga. Cukup lama mereka berbincang - bincang kini mereka pergi ke kamar masing - masing karena akan packing lalu istirahat.
***
Di tempat dan di rumah yang berbeda, suasana sama dengan rumah Gisella. Bunda Diana tengah mengemasi barang - barangnya dan juga barang suaminya sedangkan di ruang kerja nya ayah Derry dan Revan sedang berbicara hal yang serius. "Kamu tahu apa yang terjadi kepada Gisella tadi siang?"tanya ayah Derry. Revan mengangguk kecil, "iya yah, aku juga melihat bucket itu dan isi surat itu."balasnya. "Ayah mau kamu jaga dan lindungi dia ya,ayah tidak mau terjadi sesuatu yang buruk kepada Gisella. Keluarga mereka sudah sangat baik kepada keluarga kita dan ini adalah pertama kalinya mereka meminta bantuan keluarga kita. Ayah tahu kalau ayah egois sudah menyuruh kamu menikahi gadis yang tidak pernah kamu cintai. Tapi ayah yakin kalau Gisel adalah gadis yang baik. Dia bisa jadi istri yang baik untuk kamu."ayah Derry memberi nasihat kepada putra semata wayangnya.
"Iya yah, aku akan berusaha menerima semua keputusan kalian. Aku yakin kalian sudah memikirkan ini matang - matang dan aku yakin ini memang yang terbaik untuk aku dan Gisel."
Revan mencoba ikhlas menerima takdirnya yang harus menikah muda terlebih dengan gadis yang tidak pernah ia cintai sebelumnya.
***
Pagi telah tiba, Gisella dan keluarganya sedang bersiap sarapan saat Rania masuk dengan tersenyum ramah. "Pagi semuanya..." sapanya
"Pagi sayang..."balas Mama Sinta dan Marcel.
"Pagi juga kak Rania."sahut Gisella.
"Pagi Rania..ayo sini kita sarapan dulu."ajak papa Rizal. Rania merasa senang karena keberadaannya di terima hangat oleh keluarga kekasihnya. "Iya pa, aku ke sini pagi - pagi memang mau minta sarapan." Ucapnya bercanda. Mereka semua tertawa kecil, merasa lengkap dengan kehadiran Rania apalagi sebentar lagi bertambah satu lagi yaitu Revan.
"Sayang, koper kamu mana?"tanya Marcel.
"Ada di depan, tadi kata pak Yanto mau sekalian di masukin ke dalam mobil."
Marcel mengangguk lalu mereka melanjutkan sarapan. Mereka akan pergi ke bandara jam 7 pagi supaya tidak terjebak macet.
Sinta menghubungi Diana saat mereka sudah di jalan menuju bandara memastikan apakah keluarga Revan sudah berangkat atau belum karena mereka akan menaiki pesawat yang sama.
"Hallo Di, kamu sudah jalan?" Tanya Sinta saat panggilannya sudah di terima oleh sahabatnya.
"Iya Sin, ini aku sudah jalan 15 menit yang lalu tapi jalannya sedikit macet."jawab Diana.
"Tidak masalah ini juga masih jam setengah 8, jarak rumah kamu ke bandara kan hanya 30 menit."
"Kalian sudah mau sampai Sin?"
"20 menit lagi baru sampai Di,itu pun kalau tidak terjebak macet."
"Ya sudah nanti kita ber kabar saja ya."
"Iya Diana."
Panggilan pun terputus, mama Sinta melihat ke belakang di mana Rania, Marcel dan Gisella sedang bernyanyi bersama tanpa beban. Senyum Gisella tampak polos tanpa beban.
20 menit berlalu akhirnya kini mereka sampai di bandara. Mereka menuju ke tempat keberangkatan dan di sana mereka melihat jika keluarga Revan sudah sampai lebih dulu.
"Pagi Diana.."sapa mama Sinta saat mereka telah bergabung bersama mereka.
Mereka saling sapa dan saling memeluk khas para wanita saat bertemu.
"Gisella kamu baik - baik saja nak?"tanya ayah Derry lembut.
"Gisel baik - baik saja kok yah, terima kasih udah peduli sama Gisel."ucapnya sopan.
"Ayah sudah menganggap kamu seperti anak ayah sendiri jadi ayah akan selalu perduli sama calon menantu ayah yang cantik ini."
Ayah Derry memeluk tubuh kecil Gisella seperti papa Rizal yang selalu memeluknya setiap hari.
"Ayah Derry baik banget kenapa anaknya ngeselin banget ya.."batin Gisella. Matanya menatap Revan yang berada di belakang ayah Derry.