Cat Liu, seorang tabib desa, tak pernah menyangka hidupnya berubah setelah menyelamatkan adik dari seorang mafia ternama, Maximilian Zhang.
Ketertarikan sang mafia membuatnya ingin menjadikan Cat sebagai tunangannya. Namun, di hari pertunangan, Cat memilih pergi tanpa jejak.
Empat tahun berlalu, takdir mempertemukan mereka kembali. Tapi kini Maximilian bukan hanya pria yang jatuh hati—dia juga pria yang menyimpan luka.
Masihkah ada cinta… atau kini hanya tersisa dendam?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon linda huang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18
Setelah meninggalkan meninggalkan acara itu, di ruangan besar tempat istirahat hanya menyisakan dua pihak keluarga yang masih tegang berdiri berhadapan. Charles dan beberapa anggota keluarga Zhang berdiri mengelilingi keluarga Liu, menciptakan tekanan yang membuat udara terasa berat.
Sementara itu, Maximilian duduk dengan wajah gelap, jemarinya menggenggam gelas kristal yang berisi minuman. Sesekali ia meneguknya dengan kasar, terlihat jelas pria itu berusaha menahan amarahnya yang hampir meledak.
"Liu Zhen, kemana Nona Cat?" suara Charles terdengar tegas, menusuk keheningan ruangan.
Liu Zhen terperanjat, wajahnya pucat pasi. Ia buru-buru menjawab sambil menunduk, "Tuan Zhang, aku benar-benar tidak tahu. Semalam dia masih baik-baik saja. Kami tidak tahu kalau dia sudah merencanakan semuanya dari awal." Suaranya bergetar, menandakan kegugupan yang tak bisa ia sembunyikan.
"Anak ini memang tidak patuh, suka melawan dan menimbulkan masalah," sela Fanny dengan nada memelas sambil mencoba meredakan suasana. "Tuan Zhang, Nyonya Besar, beri kami waktu untuk mencarinya."
Namun sebelum suasana mereda, Flora yang berdiri di samping mereka menambahkan dengan wajah berpura-pura prihatin, "Tuan Zhang, jangan salahkan adikku. Dia masih terlalu muda dan tidak mengerti apa-apa. Baginya pertunangan hari ini hanyalah permainan, sehingga dia tidak datang. Padahal Anda sudah memberi begitu banyak mas kawin..."
Belum sempat Flora menyelesaikan kalimatnya, Maximilian melemparkan gelas keras-keras ke arah kakinya. Gelas itu pecah berantakan, serpihannya mengenai kulit halus Flora hingga darah segar menetes.
"Aaahhh!" jerit Flora terlonjak kesakitan, wajahnya langsung pucat pasi.
Maximilian berdiri dengan wajah garang, suaranya berat dan dingin, "Jangan berpura-pura suci di depanku! Mas kawin yang aku berikan, kembalikan semuanya, dan jangan sampai ada yang tertinggal!"
Liu Zhen, Fanny, dan Flora terperanjat. Mereka saling berpandangan, tak percaya dengan kata-kata pria itu.
"A-apa? Kembali...kan?" ucap Fanny dengan suara bergetar. "Tuan Zhang, itu adalah hadiah untuk pertunangan ini. Mana mungkin dikembalikan?"
Sorot mata Maximilian semakin tajam, penuh tekanan. "Putri kalian sudah kabur, pertunangan dibatalkan," ucapnya dingin.
Charles segera maju satu langkah dan membungkuk singkat. "Tuan, apakah perlu saya ambil semua hantaran mas kawin sekarang?"
Maximilian menoleh dengan tatapan tajam. "Ya. Pergi ambil semua hantaran itu. Kalau ada yang kurang, paksa mereka keluarkan dengan cara apa pun!" perintahnya keras.
"Baik, Tuan," jawab Charles tanpa ragu, membuat keluarga Liu semakin panik.
"Tuan, kami..." Liu Zhen mencoba berbicara, keringat dingin menetes di pelipisnya.
Namun Maximilian langsung memotong, suaranya meninggi, "Jangan mengira aku tidak tahu kalau kalian berniat menjual atau menyembunyikan sebagian hantaran itu! Kau bahkan tidak bisa mengawasi putrimu, sehingga dia bisa kabur di hari pertunangan. Seharusnya aku menuntut ganti rugi yang lebih besar! Ingat baik-baik, dalam dua hari mas kawin akan diambil. Dan jangan sampai ada yang kurang, kalau tidak—kalian akan menyesal seumur hidup!"
Suasana ruangan mendadak hening, hanya terdengar suara isakan kecil Flora yang masih menahan sakit di kakinya. Keluarga Liu seakan tercekik, tidak ada satu pun yang berani membantah kata-kata Maximilian.
***
Liu Zhen bersama istri dan anaknya kembali ke rumah dalam keadaan lesu. Wajah mereka kusut, langkah mereka gontai, seakan beban yang mereka pikul terlalu berat setelah kejadian memalukan di depan keluarga Zhang. Begitu memasuki rumah, Liu Zhen yang gusar langsung melempar dasi di tangannya ke meja dan berteriak lantang, suaranya menggema ke seluruh rumah.
"Liu Hua Hua! Keluar!"
Pembantu rumah tangga yang sedang berada di dapur tersentak mendengar suara itu. Ia segera berlari keluar dengan wajah pucat, kedua tangannya gemetar sambil menyeka celemeknya.
"Tuan, Nyonya, Nona, Anda sudah pulang!" seru pembantu dengan cemas, suaranya terbata-bata.
Fanny melangkah maju dengan tatapan tajam menusuk. "Di mana anak durhaka itu?" tanyanya dingin.
Pembantu menunduk, tak berani menatap mata majikannya. "Nyonya... Nona pergi membawa pakaiannya. Kami juga baru sadar tadi ketika ingin merapikan kamarnya... semua pakaiannya tidak ada di lemari."
"Apa?!" Fanny menjerit, wajahnya langsung memerah karena marah.
"Kurang ajar!" Liu Zhen menghentakkan kakinya dengan keras ke lantai. "Apakah dia sengaja ingin menyinggung Maximilian Zhang?!" Suaranya penuh amarah, pembantu hanya bisa menunduk semakin dalam, takut menanggung luapan kemarahan itu.
"Pa," Flora tiba-tiba bersuara sambil mengingat sesuatu. Wajahnya terlihat panik sekaligus bingung. "Aku baru ingat sesuatu... sebelumnya Cat menyuruh kita menerima saja mas kawin itu, katanya dia juga tidak akan menggunakannya. Apakah saat itu dia sebenarnya sudah menjebak kita? Kalau dia kabur, maka kitalah yang akan diincar!"
Liu Zhen mengepalkan tangannya, urat di pelipisnya menonjol. "Dasar anak durhaka! Kalau aku tahu dia sudah merencanakan semua ini, maka aku tidak akan membawa dia pulang saat itu. Niatnya hanya ingin balas dendam!"
Fanny menambahkan dengan suara penuh kebencian, "Sejak awal dia memang ingin membalas dendam. Kalau sampai kita menemukannya, kurung dia! Beri pelajaran agar dia tidak pernah berani mempermalukan keluarga ini lagi!"
Mansion Maximilian
Berbeda jauh dengan keluarga Liu yang marah, mansion Maximilian justru diselimuti kesuraman. Ruang tamu mewah itu kini berantakan. Botol-botol minuman berserakan di lantai, beberapa pecah dan meneteskan cairan ke permadani mahal. Bau alkohol menusuk hidung. Di sofa, Maximilian terduduk dengan wajah putus asa, rambutnya sedikit berantakan, matanya merah karena marah sekaligus kecewa. Tangannya terus meneguk botol minuman, seakan ingin melupakan kenyataan pahit yang baru saja terjadi.
Di luar rumah, Ekin dan Charles berdiri dengan wajah serius. Malam semakin larut, namun keduanya masih berdiskusi dengan nada penuh kewaspadaan.
"Apakah masih belum menemukan Cat?" tanya Ekin dengan suara dalam, matanya menatap gelapnya halaman seakan mencari jawaban.
"Belum, Tuan Muda," jawab Charles sambil menggeleng. "Bandara, terminal, dan tempat-tempat lain sudah kami periksa. Tidak ada yang melihatnya. Itu artinya Nona Cat masih berada di dalam kota. Hanya saja... Guang Zhou sangat luas. Butuh banyak waktu untuk menemukannya."
Ekin menyipitkan matanya, pikirannya berputar cepat. "Apa yang terjadi sebelum hari pertunangan?" tanyanya, suaranya penuh curiga.
"Tidak ada!" jawab Charles tegas. "Sebelumnya Tuan masih membawa Nona Cat pulang, dan sejak saat itu Nona terlihat dingin. Tapi karena tidak ada yang mencurigakan, makanya kami juga tidak mencari tahu lebih jauh."
"Sebelumnya...?" gumam Ekin, matanya menyipit. Sebuah ingatan mendadak muncul. Ia teringat perbincangannya dengan kakaknya beberapa hari lalu.
Lalu ia menoleh cepat ke arah Charles. "Apakah lima hari yang lalu, Kakak membawa Cat pulang?" tanyanya penuh tekanan.
Charles sempat terkejut. "Iya, tepat hari itu. Bagaimana Anda bisa tahu?"
Wajah Ekin menegang. Tatapannya berubah tajam. "Charles, coba periksa rekaman CCTV lima hari yang lalu. Rekaman di depan kamar Kakak. Pastikan apakah saat itu Cat ada di depan pintu kamar kakakku!" perintahnya cepat dan dingin.
"Baik!" Charles langsung menunduk dalam-dalam lalu bergegas pergi dengan langkah cepat.
"Kalau memang benar tebakanku... berarti Cat telah mendengar semua ucapan kakak. Sebagai seorang gadis... pasti hatinya terluka. Pantas saja dia menghilang," batin Ekin.
smgat thor, up bnyk2 dong thor, tq!
thor smngat🫰di tnggu trs ni