langsung baca aja.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Abdul Rizqi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
tiba di Tuban
Dengan segera nafsu membara langsung memenuhi otak pembunuh itu, membuang segala akal sehat yang di milikinya.
Wajahnya memerah memandangi puspa dengan ekspresi wajah ingin segera menikmatinya.
"Ayo kemarilah, apakah kamu tidak mau berduaan denganku?" Puspa mulai menggoda pembunuh itu.
Dengan wajah mesuemnya pembunuh itu mulai berjalan ke arah Puspa.
Puspa menyeringai, dia bersiap ketika pembunuh itu sudah mendekat dia akan menusukan tusuk kondenya.
Namun sayang sekali tiba tiba pembunuh itu berhenti di tengah jalan, "aarrgghh! Keparat!" Pembunuh itu menjambak rambut kepalanya sendiri dengan ekspresi geram.
"Keparat! Beraninya kamu mencoba menggunakan teknik pemikat kepadaku!" Pembunuh itu dengan susah payah mencoba mundur dari puspa.
Puspa melihat ke arah celana pembunuh itu, terlihat di sana ada tonjolan dan sudah mulai basah.
Puspa berucap, "kemarilah, sepertinya kamu sudah tidak bisa menahannya, mari kita habiskan malam berdua."
Meskipun pada saat ini pembunuh itu merintih sambil menjambak rambutnya, namun ternyata tubuhnya tidak menaati akal sehatnya. Kakinya dengan gemetar kembali berjalan menuju ke arah Puspa seolah ingin segera menyalurkan hasrat yang sudah tidak bisa dia tahan lagi.
"Bajingan kamu!!"
Bugh!
Pembunuh itu menghantamkan tinjunya ke kepalanya sendiri, sampai membuat darah mengucur deras dan bau amis segera timbul.
Hanya ini satu satunya jalan yang bisa oembunuh itu ambil untuk mengurangi nafsu yang sudah bergejolak di dalam fikirannya, yaitu dengan memberikan rasa sakit. Meskipun dia merasakan rasa sakit dan kepalanya berdarah, namun setidaknya fikirannya sedikit lebih jernih dan dapat di gunakan untuk berfikir.
Sebab dia sangat sadar, apabila dia mengikuti nafsunya untuk menuju me arah puspa, dia pasti akan di bunuh dengan mudah.
Dengan senyum seringai puspa berucap, "aku bahkan belum bergerak sedikitpun, tapi kamu sudah berdarah darah dan kesakitan. Di mana kesaktian dan kehebatan yang sebelum ini kamu pamerkan?"
"Harus aku akui kamu cukup hebat, sebelum ini lelaki akan langsung jatuh dalam ilmu pemikatku, apabila sudah mecium bau bunga melati ini. Namun kamu masih bisa bertahan bahkan masih berusaha untuk melawan."
Pembunuh itu menggertakan giginya dengan geram, dia sama sekali tidak menyangka misi yang ia kira awlanya sangat mudah akan menjadi misi yang sangat berbahaya.
Kemudian pembunuh itu berucap, "lepaskan aku, kalau kamu melepaskanku aku akan membunuh nyonya maria untukmu!"
Puspa langsung menyeringai, "apakah kamu kira aku ini bodoh? Jika aku melepaskanmu kamu pasti akan melapor kemana mana, lebih baik aku habisi saja dirimu!"
"Ah ya! Sekali lagi aku berterimakasih kepadamu, karena kamu sudah memberitahu siapa orang yang mengirimmu!" Puspa kemudian berjalan dengan tenang menuju ke pembunuh itu yang sedang memegangi kepalanya.
Semakin dekat puspa maka bau bunga melati itu semakin tercium dengan kuat di indra penciuman pembunuh itu.
Pembunuh itu tiba tiba melepaskan tangannya dari rambutnya kemudian memandangi puspa dengan tatapan mesuemnya, kini pembunuh itu sudah sepenuhnya terjebak ke dalam pesona puspa.
Tangan kanan puspa memegangi tusuk kondenya dan hendak mencabutnya, namun tiba tiba puspa berhenti, dia tidak perlu mengotori tusuk kondenya hanya untuk membunuh pembunuh ini.
"Apakah kamu membawa pistol? Tembak kepalamu sendiri!" Akal pembunuh itu sudah hilang dia mengambil pistol yang tersemat di pinggangnya dan...
Dor!
Puspa tersenyum kemudian meninggalkan tempat ini.
***
Waktu terus berjalan dengan cukup cepat, pada saat ini pagi tiba dengan suasana yang begitu tenang karena tidak ada yang menyadari kejadian besar tentang pembunuh yang hadir tadi malam.
Pada pagi ini puspa langsung pamit kepada Ibu kos untuk meninggalkan kos kosan ini. Setelah panit dengan ibu kos puspa langsung menuju kamarnya julia untuk pamit.
"Julia, aku mau merantau ke jakarta, kita berpisah di sini, ya."
"Loh? Mbak puspa mau pergi?" Tanta julia dengan nada berat, "kenapa mendadak begini mbak? Seharusnya ngga mendadak seperti ini."
Puspa tersenyum, "ada panggilan kerja mendadak di sana, di sini aku nganggur agak sulit nyari kerja di sini..."
"Sudah ngga usah sedih, kitakan masih bisa kontakan lewat HP." Ucap Puspa sambil menepuk bahu julia.
"Ndang segera berangkat kamu shift pagi, kan?" Ucap Puspa yang menyuruh julia untuk berangkat pagi ini.
Julia langsung memeluk puspa erat erat, "kalau begitu jaga dirimu baik baik ya, mbak.."
Puspa tersenyum, "tentu, kamu juga jaga dirimu baik baik, jangan terjebak dengan mulut buaya darat..."
Akhirnya julia pergi berangkat kerja dan mereka berdua pun berpisah, puspa menggunakan alasan mendapatkan pekerjaan di jakarta, tentu saja karena dia tidak bisa mengatakan bahwa dia akan pergi ke jakarta guna untuk membalas dendam kepada maria, dan pria brengsek bernama Alexander itu.
Puspa sudah mengalami 2 kali perbuatana tidak menyenangkan, pertama 2 preman yang mencoba untuk melecehkannya dan membuatnya sengsara. Dan yang kedua adalah pembunuh tadi malam yang mencoba untuk membunuhnya.
Untung datangnya pembunuh itu tepat di saat puspa bisa mengendalikan ilmu pemikatnya, jika itu puspa yang dulu sudah pasti puspa akan mati di bunuh pembunuh itu.
Setelah berpamita kepada julia puspa mengambil tas besar dan mengikatnya di jok belakang motornya, setelah itu puspa langsung berangkat ke arah barat untuk mencari kitab suci, ah tidak balas dendam maksudnya.
Puspa menaiki motor menuju ke barat untuk menuju jakarta lewat jalan pantura ini yang ada di pesisir utara ini.
Beberapa jam berlalu dengan sangat cepat, pada saat ini puspa sudah sampai di kabupaten tuban, puspa memilih untuk beristirahat di rumah makan padang yang ada di jalan pantura itu.
Ketika puspa sedang makan tatapan puspa kengarah kepada seorang bapak bapak yang sedang menjajakan barang dagangannya dengan cara di pikul.
Ekspresi puspa sama sekali tidak menunjukan ekspresi ingin beli atau iba, justru puspa menatap bapak bapak itu dengan tatapan curiga.
Memang apabila bapak bapak itu di lihat dengan mata telanjang bapak bapak itu sama seperti bapak bapak pada umumnya, namun jangan salah apabila bapak bapak itu di lihat menggunakan kewaskitaan atau mata batin maka akan terlihat bahwa bapak bapak itu memiliki aura kotor.
Puspa mengerutkan dahinya, "apakah bajingan maria itu kembali mengirim pembunuh untuk membunuhku? Atau justru dia adalah mata mata yang di kirim maria?"
Puspa tidak mungkin untuk tidak waspada pada saat ini, baru tadi malam dia mengalami percobaan pembunuhan.
Puspa ingin berdiri dan menghampiri bapak penjual peralatana rumah tangga itu, namun dengan cepat puspa menghentikan langkah kakinya
pada saat ini adalah siang hari masih sangat banyak orang yang beraktivitas di pinggir jalan, apabila ada perkelaihan maka akan terlihat aneh, atau ada kemungkinan lainnya bisa jadi bapak bapak ini sama seperti Ki Joko Langit hanya orang sakti yang sedang menyamar untuk menjalani tapa atau amalan tertentu.