Jeha, pria tampan dengan ambisi besar, menjebak Anne, CEO cantik dalam cinta satu malam hingga akhirnya keduanya menikah. Setelah Anne lumpuh akibat kecelakaan, Jeha mengambil alih kekuasaan dan berubah menjadi pria arogan yang menghancurkan hidup Anne.
Sementara itu, Reu adalah pelayan restoran miskin dengan hidup terbelit hutang. Ketika Jeha bertemu Reu dan menyadari kemiripan wajah mereka, dia menawarkan kesepakatan. Reu harus menjadi Jeha selama 2 tahun, dan semua hutangnya akan lunas.
Akankah Reu berhasil menjalankan peran ini? Dan apa yang akan terjadi pada hidup Jeha dan Anne?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Noveria, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 30
Reu berjongkok menyambut pelukan Lyox dengan hangat.
“Papa … papa akan pulang ke rumah, kan?” Lyox menangis dalam pelukan Reu sambil mempertanyakan kepulangannya.
“Kau baik-baik saja? Kenapa sangat terlihat kurus?” tanya Reu, mengalihkan obrolan.
“Aku kangen, papa.” Lyox memeluk semakin erat. Kemudian menggendong Lyox masuk kedalam rumah Edward.
Di dalam ruang tamu, Edward sedang terburu-buru mematikan cerutunya ketika keponakannya terlihat datang bersama dengan Reu.
“Astaga, anak ini menyuruh ku mencarimu,” ucap Edward dengan wajah seolah kesal.
Reu kemudian duduk di sofa, lalu mengusap kepala Lyox.
“Kamu bisa main dulu, papa ingin bicara dengan pamanmu,” ujar Reu, menatap wajah Lyox dengan lembut.
“Tapi papa akan pulang, kan? Mama terlihat sedih saat menjagaku di rumah sakit,” ucap Lyox, masih tidak mau melepaskannya pelukannya.
Reu bingung harus menjawab apa dalam situasi seperti ini, Edward malah membuat runyam masalah ini ketika mempertemukan lagi dirinya dengan Lyox. Karena Lyox masih menganggap papanya.
“Lyox, sana pergi dengan pengawal! Kamu bisa bermain bola di halaman belakang!” suruh Edward, dengan melotot tajam. Membuat Lyox semakin bersembunyi di balik tubuh Reu. Edward memberikan isyarat pada ketiga pengawal untuk membawa Lyox pergi.
“Papa … aku mau disini,” ucap Lyox lirih.
Reu kemudian berjongkok dan menatap Lyox, “Pergi ke halaman belakang, setelah itu papa akan bermain bersamamu nanti.”
Lyox mengangguk dengan wajah khawatir, langkahnya penuh dengan ketakutan jika papanya akan pergi lagi. Dia terus menoleh, sembari seorang pengawal berjalan di sampingnya menuju halaman belakang.
“Apa yang kamu inginkan? Kamu tahu, aku bukan papanya.” Reu merasa kesal.
“Mau bagaimana lagi, dia mencari papanya hingga sakit. Tidak mungkin aku mempertemukan dia dengan Jeha. Aku lebih mempercayaimu daripada pria itu,” jawab Edward, kemudian menyodorkan sebuah kertas.
“Apa ini?” Reu mengernyitkan dahinya.
“Dua hari lagi, keluarga besar kami akan pergi ke Amerika untuk perjalanan bisnis selama satu minggu. Anne dan Lyox tidak ingin ikut, kamu bisa bersama mereka dengan menyamar sebagai bodyguard,” jelas Edward.
“Maksudmu? Aku kembali ke rumah itu sebagai pengawal mereka?”
“Terserah kamu mau atau tidak, yang pasti Jeha saat ini sedang merencanakan sesuatu dengan wanita si4lan itu. Orang suruhan ku memergoki Jeha dan Bella bersama,” kata Edward, menyodorkan pena kepada Reu.
“Aku tidak bisa.” Reu mendorong kertas yang berisi formulir untuk menjadi pengawal kehadapan Edward lagi.
“Kau yakin? Tidak ingin bertemu Anne?”
Reu diam sejenak, menatap wajah Edward yang penuh arti. Seakan tahu, jika Reu dan Anne sama-sama menginginkan satu sama lain.
“Aku sudah berjanji pada Ibumu, tidak menemui Anne,” jawab Reu.
“Karena itu, aku memberikan ini!” Edward menyodorkan masker hitam dan sebuah kacamata, “lakukan penyamaran untuk kedua kalinya, kali ini untuk melindungi Anne.”
Reu menatap masker dan kacamata di meja, saat ini hatinya bimbang harus bersikap.
“Kau sudah membuat adikku tergila-gila padamu, jadi sekarang kamu ingin lepas tanggung jawab begitu saja.” Edward menyandarkan punggungnya di sofa. Sambil memainkan ekspresi, agar terlihat kesal untuk Reu menyetujui keinginannya.
“Kau yakin Anne tidak akan mengenaliku?”
“Itu tergantung padamu, kau ingin Anne benar tidak mengenalimu atau memang kau ingin sengaja dia mengenalimu dengan samaran itu. Kau hanya perlu membuat dirimu tidak goyah, ketika dia menatapmu,” ucap Edward, seakan tahu kerapuhan Reu yang tidak bisa menangkis perasaannya ketika berhadapan dengan Anne.
“Kau membuatku bingung, si4lan!” gerutu Reu pertama kali di depan Edward, membuat Edward tertawa.
Edward menyodorkan kertas dan bolpoin itu lagi ke hadapan Reu.
“Papa!” suara Lyox menggema hampir mendekat.
“Setidaknya kau bisa menjaga Lyox,” ucap Edward lirih.
Mendengar langkah kaki Lyox semakin mendekat, Reu kemudian menarik kertas itu dan menandatanganinya. Saat ini, Reu hanya terpikirkan Lyox. Anak laki-laki kecil yang memanggilnya papa, membuatnya selalu tak bisa melepaskannya.
Edward melempar sebuah kunci.
“Itu kunci kamar hotel, salah seorang pengawal akan mengantarmu. Kamu bisa mulai bekerja besok! Oke!” Edward bangkit dan pergi.
Lyox mendekat kemudian menarik tangan Reu untuk pergi ke halaman belakang.
Reu kemudian bermain bola sebentar dengan Lyox dengan penuh kegembiraan. Edward, menyaksikan keceriaan ponakannya dari balkon bersama pria asing yang padahal bukan papa kandung Lyox.
“Lyox, kamu harus segera pulang,” kata Reu, mendekat dan mengusap rambut Lyox dengan lembut.
“Papa tidak pulang?” Lyox terlihat ingin menangis dengan mata yang basah.
“Untuk saat ini papa belum bisa pulang kerumah, jika ingin bertemu, kamu bisa menemui papa di rumah paman Edward,” kata Reu, yang juga menyembunyikan pekerjaannya menjadi pengawal untuk Anne dan Lyox besok.
“Kenapa?” Lyox memeluk Reu dengan erat. Reu menarik tubuh Lyox sedikit, untuk melihat wajah Lyox, dan menghapus air mata anak lelaki yang selalu memanggilnya papa.
“Papa akan berusaha kita bersama lagi, sekarang kamu bisa pulang dan beristirahat,” kata Reu, tersenyum. Reu kemudian, menuliskan nomor telepon di tangan Lyox dengan bolpoin. “kamu bisa menelpon papa, jika ingin bertemu. Papa akan segera berlari kesini menemuimu,” imbuh Reu. Lyox mengangguk dan melepaskan pelukannya.
Seorang pengawal mendekat, dan mengajak Lyox pergi. Reu masih menatap Lyox dari kejauhan, hingga punggung kecil itu tidak terlihat lagi dari matanya.
Pengawal lainnya meminta Reu untuk masuk ke dalam mobil, untuk pergi ke hotel. Reu mengikuti perintah itu.
Tiba di kamar hotel, tiga setelan jas hitam sudah berada di sofa. Serta sebuah kartu kredit pemberian Edward yang diberikan untuk Reu berada di meja.
Reu mengambil ponselnya, melihat di galeri ponsel sebuah foto Anne yang dia simpan. Kerinduan sangat terasa. Reu memejamkan mata, seolah berharap Anne berada di sampingnya. Merindukan nafas hangat Anne, membuat Reu tidak sabar untuk bertemu esok hari.
Berada di hotel, membuatnya bisa beristirahat dan makan dengan tenang, “Ah, aku sudah berjanji pada pemilik toko akan bekerja. Besok aku akan minta maaf dan menemuinya.” Sesaat terbesit janjinya dengan pemilik toko.
Esok harinya, Reu dengan penampilan baru berdiri di depan cermin. Dengan setelan jas hitam, dia memakai masker hitam dan kacamatanya.
Reu menghela nafas panjang, mengumpulkan keberanian untuk kembali ke rumah Anne.
Seseorang mengetuk pintu kamar, Reu membukanya dan melihat seorang Pria bertubuh kekar, yang akan menjadi rekanannya untuk mengawal Anne dan Lyox sudah tiba menjemputnya.
Mobil melaju menuju rumah keluarga Anne. Perasaan gugup dan debaran jantung yang keras, dirasakan Reu.
Tiba di depan gerbang rumah Anne, Reu mencoba mengontrol kegelisahannya.
Mobil masuk ke dalam garasi, Reu dan rekannya yang bernama Joseph keluar dari mobil.
Edward sudah menunggu di ruang makan, melihat kedatangan Reu. Edward bangkit dari tempat duduknya.
“Mereka orang yang akan menjaga rumah ini, sekaligus mengawal Anne dan Lyox,” kata Edward.
Reu dan rekannya tanpa suara, sedikit membungkuk memberikan rasa hormat. Semua keluarga yang ada di meja makan, menoleh ke arah dua pengawal baru di rumah.
Reu yang melihat Anne, menyembunyikan senyum kebahagian di balik masker.
Kemudian, Edward menyuruh dua pengawal baru untuk mempersiapkan diri. Mulai dari mengenal lingkungan rumah, mengontrol lingkungan rumah dengan cctv dan juga memasang Earpiece untuk saling terhubung sesama rekan.
Usai keluarga besar Anne sarapan, Edward memerintah untuk mengikuti mobil Anne dari belakang. Mereka mendapatkan tugas pertama, mengantar Lyox sampai ke sekolah dengan selamat serta mengantar Anne ke rumah sakit untuk menjalani terapi.
“Ingat, jangan sampai kalian lengah! Jika terjadi hal buruk pada keluargaku, kalian akan habis!” gertak Edward dengan tegas, sebelum masuk ke dalam mobilnya untuk pergi ke kantor. Reu dan Joseph, mengangguk keras.
Sylvester datang, dan membantu Anne untuk masuk ke dalam mobil. Lyox terlihat menatap Reu terus-menerus membuat Reu sedikit khawatir.
Setelah mengantar Lyox, sekarang menuju rumah sakit untuk mengawal Anne. Anne menjalani beberapa pemeriksaan dan terapi otot kaki.
Reu tersenyum, melihat Anne yang mulai sudah mampu menggerakkan kakinya dengan sedikit sempurna.
Di dalam ruang terapi, Anne mencoba berjalan perlahan melangkahkan satu persatu kakinya, sesuai instruksi perawat. Reu dan Joseph, juga berada di dalam mengawasi gerak-gerik nyonya muda mereka.
Saat, Anne merasakan sakit pada pinggulnya dan hampir terjatuh, dengan spontan Reu bergegas berlari dan menarik pinggang Anne. Membuat keduanya saling bertatapan secara dekat.
Anne tanpa sengaja, tangan kirinya menyentuh dada pengawal barunya. Merasakan, debaran yang sangat kuat pada tubuh pria asing membuatnya gugup dan segera menarik tangannya. Sedang Reu, menahan diri untuk tidak mengeluarkan suara.