Entah ini mimpi atau nyata, namun Jenny benar-benar merasakannya. Ketika dia baru saja masuk ke dalam rumah suaminya setelah dia menikah beberapa jam lalu. Jenny harus dihadapkan dengan sikap asli suaminya yang ternyata tidak benar-benar menerima dia dalam perjodohan ini.
"Aku menikahimu hanya karena aku membutuhkan sosok Ibu pengganti untuk anakku. Jadi, jangan harap aku melakukan lebih dari itu. Kau hanya seorang pengasuh yang berkedok sebagai istriku"
Kalimat yang begitu mengejutkan keluar dari pria yang baru Jenny nikahi. Entah bagaimana hidup dia kedepannya setelah ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nita.P, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mimpi Yang Membuat Hildan Terpuruk
Siang ini Hildan mendapat kabar jika gugatan cerai dari Jenny di batalkan sementara. Dia seolah mendapatkan angin segar ketika mendengar kabar itu. Meski hanya sementara, tapi Hildan berharap jika Jenny tidak akan melanjutkan gugatan cerainya ini.
Meski sampai saat ini Hildan masih belum bisa menemui Jenny. Hildan juga tidak tahu dimana Jenny berada. Sudah beberapa kali datang ke rumahnya, Jenny tetap tidak dia temukan disana dan Ibu juga selalu menutupi keberadaan Jenny pada Hildan. Membuat Hildan semakin frustasi saja.
"Apa aku coba cari ke toko bunga waktu itu lagi? Jika benar mobil waktu itu adalah milik Jenny, berarti memang dia pemilik toko bunga itu. Ya, aku bisa mencarinya kesana sore ini"
Dan sore hai sepulang Hildan dari kantor, dia langsung menuju toko bunga yang dia kira memang Jenny akan disana. Dan ketika mobilnya terparkir, Hildan terdiam melihat jika wanita yang dia cari selama ini ada disana dan sedang merapikan beberapa bunga di atas meja. Sepertinya Jenny masih belum menyadari keberadaan Hildan saat ini.
"Jenny.."
Deg..
Jenny sampai menjatuhkan bunga yang berada di tangannya itu, ketika dia mendengar suara yang begitu khas itu. Jenny mematung melihat Hildan yang sekarang berada di depannya, kakinya mundur dengan perlahan, Jenny tidak mau bertemu Hildan. Dia belum bisa bertemu dengan Hildan saat ini.
"Jenny, aku minta maaf. Tolong izinkan aku bicara sebentar saja"
"Tidak! Tolong pergi dan jangan sakiti aku lagi. Pergiiii"
Hildan terdiam saat Jenny yang berteriak begitu kencang. Matanya yang gelisah dan ketakutan terlihat jelas oleh Hildan. Bagaimana Jenny yang begitu trauma dan ketakutan melihatnya. Hildan tahu jika apa yang dia lakukan pada Jenny memang sudah sangat keterlaluan hingga istrinya itu begitu ketakutan.
"Jenny, aku hanya ingin minta maaf sama kamu"
"Pergi dan jangan sakiti aku lagi. Aku membencimu Hildan!"
Deg...
######
"Jenny, aku hanya ingin minta maaf. Jangan membenciku Jenny"
Hildan membuka kedua matanya dengan keringat yang membasahi tubuhnya. Mimpi itu terasa nyata, Hildan sampai merasakan ulu hatinya sakit ketika dia mendengar ucapan Jenny yang membenci dirinya. Rasanya begitu sakit.
"Jenny maafkan aku, apa memang kamu sebenci itu padaku sampai tidak mau menemuiku"
Hildan menghembuskan nafas pelan, mimpi itu terasa sangat nyata. Bagaimana Hildan yang melihat Jenny yang begitu ketakutan padanya dan Jenny yang membencinya. Hildan mengusap wajah kasar.
"Maafkan aku karena sudah membuat kamu seterluka itu, Jenny"
Hildan benar-benar telah menyadari betapa berarti Jenny dalam hidupnya dan Jenny yang selalu tulus padanya. Hildan tidak pernah merasakan rasa sakit dan frustasi yang seperti ini. Karena dirinya tidak pernah sedikit saja memikirkan jika akan sehancur ini jika Jenny pergi dari kehidupannya. Ternyata hidupnya memang mulai bergantung pada istrinya itu.
"Aku menyesal dan aku benar-benar ingin meminta maaf padamu Jenny"
Sampai tidak tahan lagi dengan hidupnya ini, Hildan sampai menangis dengan tersedu-sedu. Dia tidak bisa menahan rasa penyesalan yang saat ini begitu menyiksanya. Hildan yang ingin bertemu dengan Jenny saja sangat sulit, sementara beberapa waktu lalu dia benar-benar menyia-nyiakan Jenny yang masih bersamanya. Hildan yang membuat Jenny pergi dari hidupnya, namun dia juga yang tersiksa karena kepergian Jenny saat ini.
"Maafkan aku Jenny.. Hiks.."
Di balik pintu, Mama melihat bagaimana anaknya yang rapuh dan hancur karena kepergian Jenny. Dia menghela nafas pelan dengan mengusap ujung matanya yang sedikit berair. Mama juga tidak pernah menyangka jika sekarang Hildan benar-benar telah berubah dan semua itu karena Jenny.
Seandainya Mama bisa bantu, Mama pasti akan membantu kamu untuk bertemu dengan Jenny. Tapi Mama takut akan mengecewakan Jenny dan nantinya dia tidak akan mau bertemu dengan Zaina lagi.
Mama jelas melihat bagaimana cucunya yang begitu nurut dengan semua yang di ucapkan oleh Jenny. Jadi Mama takut jika dia memberi tahu Hildan tentang keberadaan Jenny, maka Jenny akan marah dan tidak mau lagi menemui Zaina. Dan hal itu pasti akan membuat cucunya sedih bahkan bisa sampai sakit seperti saat itu.
Untuk sedikit menghibur anaknya dan menghentikan Hildan dari keterpurukan dirinya karena kehilangan Jenny. Mama membawa Zaina yang sudah siap dengan seragam sekolahnya untuk masuk ke dalam kamar Hildan dan menghiburnya.
"Daddy nangis? Kenapa?"
Hildan langsung tersenyum dan mengusap sisa air mata di bawah matanya. Dia tentu tidak mau terlihat lemah di depan anaknya ini. "Tidak kok, tadi Daddy hanya masih mengantuk saja jadi matanya berair"
Zaina hanya mengangguk dengan tersenyum pada Ayahnya itu. "Dad, hari ini Daddy yang antar Zaina sekolah ya"
"Oke Sayang, kalau gitu kamu tunggu dulu di luar bersama Oma. Biar Daddy mandi dulu"
Mama menepuk bahu anaknya untuk menguatkan Hildan yang benar-benar sedang dalam keadaan rapuh saat ini. Dia membawa Zaina keluar dan membiarkan Hildan untuk bersiap di dalam kamar.
Hildan berendam di dalam bak mandi dengan fikiran yang masih memikirkan tentang mimpinya. Hildan benar-benar tidak bisa membayangkan jika mimpi itu menjadi nyata dan Jenny benar-benar mengatakan jika dia membenci dirinya. Sudah pasti Hildan akan benar-benar hancur.
"Jenny, aku mencintamu"
######
Jenny memegang dadanya yang tiba-tiba saja berdebar. Dia tidak tahu kenapa jantungnya yang tiba-tiba saja berdebar dengan kencang.
"Ada apa dengan aku? Kenapa aku merasa jantung aku berdebar kencang seperti ini. Seperti orang yang bau di nyatakan cinta saja"
Jenny menggeleng pelan dan mengabaikan apa yang baru saja terjadi padanya. Dia melanjutkan mengoleskan selai ke atas roti tawar untuk sarapan pagi ini.
"Jen,kamu akan ke toko sekarang?"
"Iya Bu, sekalian mau periksa kandungan juga. Waktu itu Dokter bilang harus datang lagi bulan depan"
"Yaudah, kamu hati-hati ya. Yakin tidak mau Ibu temani saja?"
Jenny menggeleng sambil tersenyum ke arah Ibu. "Tidak perlu Bu, Jenny bisa sendiri kok'
Dan pagi ini Jenny benar-benar pergi ke Dokter untuk memeriksa kandungannya yang baru saja menginjak dua bulan itu. Masih belum terlihat dan masih rata juga. Jenny tersenyum ketika melihat layar monitor yang menunjukan perkembangan bayinya diiringi dengan penjelasan Dokter.
"Semuanya baik dan sehat, vitaminnya harus selalu habis dan mulai minum susu Ibu hamil ya. Jangan sampai kecapean dan terlalu banyak fikiran, karena itu akan berpengaruh pada pertumbuhan dan kesehatan janjin"
"Baik Dok, terima kasih banyak"
Setelah menebus obat dan vitamin, Jenny berjalan menyusuri lorong rumah sakit dengan tangan mengelus perutnya. Meski dia sedikit merasa iri ketika melihat banyak Ibu hamil yang periksa dengan di dampingi oleh suaminya.Tapi Jenny sadar jika pernikahannya dan Hildan hanya terjadi karena sebuah paksaan.
Bersambung
Kisah Vania judulnya Noda Dan Luka