Bayi Taruhan Sang Mafia Playboy

"Jadi kamu ingin berkhianat Javer?"

"Sekali saja Tom, kamu kamu lihat dari sudut pandangku. Bukankah kamu tahu betul apa yang sebenarnya terjadi lima tahun yang lalu. Atau bahkan di tahun-tahun yang lebih lama lagi." Tom masih menatap Javer, tapi pandangannya tidak setajam seperti sebelumnya.

"Aku tahu Javer." Ucap Tom.

"Lantas, kenapa kamu masih membela Alessandro. Sebagai sesama laki-laki, seharusnya kamu tahu bagaimana perasaanku."

"Aku yang lebih dulu mengenal Sofia, aku yang mencintainya. Tapi tiba-tiba Alessandro datang mengacaukan semuanya, hanya karena iri dengki atas keberadaanku di sekitar kakeknya. Alessandro ingin aku merasa kalah, untuk itu dia merebut Sofia."

"Aku tahu, sejak aku diangkat sebagai keluarga oleh Tuan Besar. Alessandro kerap merasa tidak suka denganku, dia menganggap aku merebut kasih sayang dari Tuan Dario. Dan setelah tahu, jika aku punya wanita yang aku cintai. Dengan segala tipu dayanya dia merebut wanita itu dari tanganku. Bukan karena cinta, tapi iri."

"Bahkan Alessandro bertindak sangat jauh, mengambil kegadisan Sofia hanya karena tidak ingin aku menjadi yang pertama untuk Sofia. Kemudian meninggalkannya setelah merasa puas. Fitnah Bella hanya bumbu yang kebetulan ada. Jadi kesannya, Alessandro meninggalkan Sofia karena kesalahpahaman akibat perbuatan Bella. Tapi yang sebenarnya terjadi kamu sendiri paham betul Tom." Ucapnya.

"Kamu boleh menutup mata, tapi jangan menutup hati nuranimu. Membenarkan semua yang dilakukan Alessandro pada Sofia. Menghamili hanya untuk taruhan sebuah kekuasaan Klan Cosa Nostra. Karena kelakuannya yang seorang playboy membuat Tuan Dario pernah berkata ingin memberikan jabatan kepemimpinan padaku. Lagi dan lagi, Alessandro melakukan semuanya karena merasa tersaingi olehku."

"Tapi, saat ini Tuan Alessandro sudah menyesali perbuatannya di masa lalu. Bahkan kini dia telah mengaku mencintai Sofia." Ucap Tom.

"Dia tidak meminta maaf padaku karena telah merebut Sofia, Tom."

"Seolah-olah Sofia memang miliknya sejak awal. Harusnya kamu bisa mengingatkan kepadanya semua hal yang pernah dia lakukan terhadapku dulu."

"Sudahlah terserahmu saja Tom, aku akan melihat keadaan Sofia sebentar."

"Aku juga mau memberikan sarapan dari Tuan Alessandro untuk kekasihnya."

Dengan saling bertatapan sengit, Tom dan Javer melangkah lebih dekat ke kamar rawat Naren.

Cekleekkk...

"Kok sepi, kemana Naren dan Sofia? Astaga jangan-jangan mereka sudah pergi. Aku terlambat datang."

"Apa yang terjadi Javer, kemana kedua wanita itu?" Tanya Tom.

"Mereka sudah pergi, dan mungkin tak akan bisa kita temui lagi. Semua salahku yang terlalu pengecut, tidak punya keberanian untuk memperjuangkan cintaku padanya. Dan kini, Sofia telah..." Ucap Javer sendu.

"Mungkin pulang ke rumahnya, kamu terlalu berlebihan Javer." Jawab Tom.

"Tidak, Sofia tidak ada lagi di kota ini. Karena sebelumnya dia telah mengancamku, dia akan pergi meninggalkan aku lagi karena aku yang tidak berani mengakui hubungan kami kepada Tuan Dario. Sofia kecewa denganku yang lebih mempertahankan menjadi bawahan Tuan besar, alih-alih berjuang dengannya. Ya, Sofia memintaku menikahinya." Ucap Javer.

"Dan jika itu kamu lakukan, tentu saja banyak konsekuensi yang harus kamu terima Javer. Karena pengkhianatan kalian sama saja telah menusuk Tuan Alessandro dari belakang."

"Asal kamu tahu Tom, Sofia sudah mengetahui semua perbuatan Alessandro di masa lalu. Tentang mengambil kesucian tanpa cinta, kebohongan atas perasaannya dan tentang bayi taruhan."

"Apa? Jadi karena itu Sofia tidak pernah menemani Tuan Alessandro? Bukan karena lebih mementingkan sahabatnya?"

"Tentu saja bukan, kamu tidak lupa jika Sofia tipe wanita setia. Yang bahkan rela mengorbankan apa saja demi pria yang dicintainya. Memberikan kehormatan sebagai bentuk cintanya pada Alessandro. Tapi ketika sudah kecewa, dia susah memaafkan."

"Maaf Javer, aku pergi dulu. Aku harus memberitahukan pada Tuan Alessandro jika kekasihnya telah pergi."

"Katakan juga jika Sofia sudah mengetahui semuanya, biar Tuan Mudamu itu bisa sedikit saja tahu diri dan tahu malu." Sarkasnya.

"Akan aku sampaikan, setelah ini siapkan dirimu dengan hukuman yang mungkin akan segera kamu dapatkan."

Setelah mengatakan itu, Tom bergegas pergi meninggalkan Javer yang tengah meremas kasar rambutnya. Pria itu nampak begitu frustasi karena harus kehilangan Sofia untuk kesekian kalinya.

Sedangkan di kamar Alessandro sedang menatap heran pada tangan kanannya kenapa membawa banyak makanan ke ruangannya. Bukankah sudah diminta untuk mengantar 2 bungkus untuk Sofia.

"Kenapa kamu bawa kembali makanan itu kemari Tom?" Tanya Alessandro.

"Tuan, ada hal penting yang ingin saya sampaikan. Semoga Tuan tidak terlalu terkejut dengan infonya."

"Apa yang ingin kamu katakan, cepat tidak usah bertele-tele."

"Sofia pergi, dia kabur bersama Naren meninggalkan Rumah Sakit ini. Kemungkinan juga meninggalkan kota." Ucapnya.

"Apa maksudmu, tidak mungkin Sofia pergi meninggalkan aku. Pria yang sangat dicintainya, pria yang selalu dia butuhkan untuk penghangat ranjangnya. Pria yang juga ayah dari bayi yang sedang dikandungnya itu."

"Sofia... Dia sudah tahu semuanya Tuan Muda. Sofia mengetahui tentang perbuatan Anda padanya 5 tahun yang lalu." Ucap Tom menunduk.

"Maksudmu apa, aku tidak paham."

"Sofia sudah tahu jika di awal Anda mendekatinya bukan karena Anda mencintainya. Dia juga tahu alasan kenapa Anda minta kesuciannya sebagai bukti kesetiaannya waktu itu. Bahkan Sofia tahu tentang bayi yang menjadi taruhan Anda dengan Tuan Besar. Alasan Anda menghamilinya bukan karena Anda cinta, tapi..."

"Tapi apa Tom...?" Desak Alessandro.

"Tapi karena Anda mengalami disfungsi ereksi bersama wanita lain. Anda membutuhkan Sofia untuk menyalurkan hasrat birahi. Anda membutuhkan Sofia sebagai pendukung kepemimpinan dengan kekuatan yang dia miliki. Sofia telah mengetahuinya."

"Astaga..." Lemas sudah seluruh tubuh Alessandro. Netranya memerah bukan karena marah. Tapi dia ingin menangis.

"Tapi aku sudah menyesalinya Tom, bahkan aku sudah mendapatkan karmaku. Setelah merebut kehormatannya dengan dalih pembuktian cinta, milikku seperti terkena kutukan. Dia tidak berfungsi sama sekali, jika tidak digunakan untuk Sofia. Lalu kesombonganku yang merebut Sofia dari Javer juga sudah aku bayar kontan, dengan rasa cinta yang tiba-tiba hadir."

"Aku sudah mencintainya Tom, tapi soal bayi taruhan itu aku tidak bisa mengelak. Karena itu benar, aku menghamilinya karena ingin mengikat Sofia. Dan soal disfungsi ereksi sehingga aku memaksa dia kembali padaku juga benar Tom. Aku butuh tubuh Sofia untuk bisa menyalurkan hasratku yang tidak bisa kulakukan bersama wanita lain."

"Tapi dari semua kesalahan itu, bukankah yang terpenting aku telah mencintainya Tom. Bahkan aku sudah berhenti menjadi playboy. Aku tidak lagi mencari kepuasan dengan kekasih-kekasihku yang lain, semua sudah putus. Aku hanya punya Sofia, hanya tidur bersama dirinya. Karena memang hanya dengannya aku bisa melakukan pergumulan di atas ranjang."

"Maaf Tuan Muda boleh saya memberi pendapat?" Tanya Tom pelan.

"Katakan saja, tidak perlu sungkan."

"Di sini memang Anda salah Tuan, Anda mencintainya bukan dari hati yang tulus. Tapi karena Anda butuh tubuhnya, butuh kekuatannya dan juga butuh bayi yang dikandungnya. Anda juga sejak awal telah merebut Sofia dari pemiliknya."

"Memang siapa pemiliknya? Bahkan Sofia hanya tergila-gila padaku. Kamu tahu Tom, aku berhasil membuat Sofia menjadi wanita hyper sex. Tanpa sepengetahuannya, aku selalu memberikan bubuk pe rangsang ke dalam minumannya saat bersama denganku. Tapi yang dia pikir, dia candu ber cinta denganku setiap waktu."

"Sofia milik Javer." Ucap Tom.