Cerita seorang laki-laki yang terpikat karena aroma yang mirip dengan seseorang di masa lalunya.
Kisah seorang laki-laki yang jatuh cinta pada pandangan pertama setelah bertemu dengannya. Aroma yang menenangkan, aroma yang mengingatkannya bahwa bahagia itu sederhana tapi terasa mewah.
Lalu bagaimana kisah laki-laki itu? apakah berakhir bahagia?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anyelir 02, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 32
Luna melihat Marcel yang tertidur dengan nyenyak. Menatap wajah damai Marcel. Merasa ada yang mengganjal di hati Luna. Sikap Marcel sangat aneh, terlihat berbeda dari biasanya. Memang segelintir orang saat sakit akan begitu manja terhadap orang disekitarnya, terutama orang yang di sayangnya.
Luna keluar dari kamar Marcel, dapat ia lihat Saka, Leni dan Gustav duduk di ruang tv. Leni yang menyadari kehadiran Luna segera mengajak Luna untuk duduk bersama.
"Bagaimana Marcel? Apa dia sudah lebih baik?"
"Ehm... panasnya sudah turun," Luna memberitahu kondisi Marcel saat ini. Memang demamnya sudah turun, namun kegelisahan Marcel tak mereda. Dapat Luna lihat, sebanyak apa Marcel berkeringat dingin dalam tidurnya.
"Ada yang mau kalian kasih tau tentang Marcel?"
Saka tau bahwa intuisi Luna sangat tajam. Apalagi Luna merawat Marcel, pasti dapat melihat keanehan dalam diri Marcel.
"Kami tidak berhak memberitahumu," Gustav ingin Marcel sendiri yang memberitahu Luna. Namun, mereka semua tak tau kapan.
Luna menghela nafas panjang. Selalu seperti ini. Mereka semua tak pernah memberitahu kondisi Marcel saat ditanya. Jawaban mereka selalu sama, tunggu Marcel sendiri yang cerita.
Luna merasa kesal dengan jawaban mereka. Luna menutup matanya, berusaha menekan amarahnya. Kemudian, menatap datar semua orang yang ada di depannya.
"Tapi saya berhak tau dengan kondisi calon tunangan saya!" ujar Luna dengan wajah datar. Tak ada lagi wajah ramah dalam diri Luna.
Saka dan Gustav terkejut melihat perubahan wajah Luna yang sangat cepat. Sedangkan Leni merasa bahwa inilah Luna yang sebenarnya. Wajah yang sama saat ia lihat di kampus.
"Kenapa kau ingin tau?" ujar datar Saka.
Luna hanya diam menatap semua orang. Semua orang yang berusaha menutupi masa lalu Marcel.
"Saya berhak tau, setidaknya kondisi Marcel. Saya bukan bertanya mengenai masa lalunya!" Nada tegas Luna membuat Gustav menjadi serius. Begitu juga dengan Saka. Mereka tak menyangka bahwa Luna yang selama ini mereka lihat lembut dan ramah bisa menjadi datar dan dingin. Terlihat berbeda. Aura tubuh Luna seakan mirip dengan Marcel saat marah. Bahkan lebih.
"Apa tidak ada yang mau memberitahu?" Luna menatap diam semuanya. Keterdiaman semuanya membuat Luna mulai jengah.
"Baiklah, kalian lebih baik bungkam saja." Luna berdiri dan memilih kembali ke kamar Marcel untuk melihat keadaannya.
"Lagipula, tanpa bantuan kalian saya bisa mencari sendiri." Luna melirik tajam orang-orang yang masih duduk diam di sofa.
Saka dan Gustav melihat lirikan tajam milik Luna. Lirikan mata hewan buas kepada mangsanya. Leni hanya bisa mengelus pundak Saka untuk menenangkannya.
"Dia terlihat berbeda," ujar Gustav yang tak percaya dengan apa yang baru saja ia lihat.
"Ya, tatapan matanya seolah tau semua apa yang selama ini kita sembunyikan," ujar Saka saat melihat mata Luna yang menatap dirinya.
"Dia masih sama ternyata!" gumam Leni
Saka dan Gustav yang masih bisa mendengar gumaman Leni terlihat bingung.
"Apa maksudmu, sayang?" tanya Saka penasaran. Saka tau bahwa sangat susah menjadi murid kesayangan Leni. Leni tidak akan asal memilih murid untuk menjadi kesayangannya.
"Kau ingat saat kita ikut Marcel untuk mengatur pertunangan mereka?" Leni mencoba mengingatkan kejadian saat pertemuan keluarga setelah acara wisuda Luna.
Saka dan Gustav masih tidak mengerti apa yang dimaksud Leni. Mereka ingat memang ada pertemuan keluarga. Namun, mereka tak mengerti apa hubungannya dengan ini.
FLASHBACK ON
Malam ini adalah pertemuan keluarga untuk membahas acara pertunangan Marcel dan Luna. Dalam acara ini, mereka bertemu di rumah keluarga besar Lafluer. Ingat, ini rumah besar bukan rumah pribadi atau rumah yang ditinggali Theo dan keluarganya.
Acara ini membuat Marcel bertemu dengan keluarga besar dari Papa Theo yaitu Lafleur sekaligus keluarga besar dari Mama Jihan. Marcel terkejut bahwa keluarga dari Luna sangatlah besar dan sangat ramai.
Mereka menentukan tanggal serta acara pertunangan mereka. Leni, sebagai kakak perempuan Marcel ikut menentukan rancangan acara. Marcel dan Luna menyerahkan rancangan acaranya kepada para keluarga.
Marcel duduk diam, melihat Luna yang bermain bersama dengan para sepupunya. Putri, sebagai teman Luna ikut hadir dalam acara keluarga Luna.
Theo yang melihat Marcel yang selalu menatap kemana arah perginya Luna hanya tertawa kecil. Semua orang yang mendengar Theo tertawa lantas bertanya.
"Kau kenapa Theo? Mulai gila karena akan ditinggal putri kesayanganmu menikah?" ujar Bastian yang heran melihat anaknya tertawa sendiri.
"Apa sih, aku hanya senang putri kecilku bertemu orang yang sangat mencintainya. Hanya itu!" Theo kesal dengan papa nya yang mengatai dirinya gila.
"Oh, ku pikir kau sudah gila. Kau kan selalu menempel pada cucu perempuan kesayanganku," ujar Andrian kepada menantunya
"Ayah, dia putriku jelas dia akan menempel padaku!" Theo kesal saat dirinya menjadi bahan ejekan papa dan ayah mertuanya. Memang apa salahnya overprotektif pada anak perempuan yang menggemaskan seperti Luna, pikir Theo.
"Sudahlah ayah, papa!" lerak Jihan yang mulai kasihan pada Theo. Mereka selalu meledek karena merasa cemburu karena Theo yang selalu berada dekat dengan Luna. Dan mereka semua punya satu kesamaan, selalu overprotektif pada Luna. Padahal, Jihan sangat yakin Luna mampu menjaga dirinya sendiri.
"Marcel, ada satu hal yang harus tante beritahu?" Marcel menatap ke arah Jihan. Tak hanya Marcel, semua yang duduk sana menatap Jihan semua.
"Jangan terlalu percaya dengan wajah dan tingkah polos nan lugu dari seorang Luna dan Putri. Terutama Luna. Mereka berdua bisa menjadi lebih dari ekspektasi kalian," ujar Jihan yang diangguki oleh Theo dan yang lain.
Saka, Gustav dan Marcel bingung dengan maksud dari perkataan Jihan. Berbeda dengan yang lain, Leni mengerti apa yang dimaksud Jihan. Leni pernah melihat sendiri, Luna tampak berbeda dengan yang ia lihat biasanya.
FLASHBACK END
"Kalian ingatkan apa yang dikatakan Nyonya Jihan saat pertemuan keluarga?"
Mendengar itu, tentu saja mereka mengangguk. Ucapan peringatan dari seorang ibu yang sangat mengenal anaknya. Perkataan aneh bagi mereka waktu itu. Namun, sekarang mereka tau apa yang dimaksud Jihan Aulia, Nyonya Lafleur, ibu dari seorang Lunette Fitriani Lafleur.
"Sepertinya ada rahasia yang hanya diketahui oleh Luna," ujar Saka
Gustav merenung. Apalagi mengingat peringatan dari Jihan. Peringatan itu tidak hanya merujuk pada Luna, tapi juga pada Putri teman yang selalu di samping Luna. Namun, dirinya tak pernah melihat ada hal aneh dari mereka selama ini. Lalu, apa rahasia mereka sebenarnya?
Saka juga memikirkan rahasia yang dimiliki Luna. Luna memang diluar terlalu lugu dan polos seolah dirinya adalah gadis biasa. Mengingat dia berasal dari keluarga Lafleur yang sangat besar di Prancis dan cucu dari seorang mantan tentara yang bisa saja naik pangkat menjadi jenderal jika tidak terlalu terburu-buru mengajukan pensiun.
Leni yang melihat Saka dan Gustav mulai tertarik dengan Luna tersenyum kecil. Leni masih mengingat jelas pertemuan mereka dulu. Leni dua kali di tolong Luna. Namun, Luna tak pernah mengingat pertemuan mereka sebelum pertemuan mereka di kelas.
Jangan lupa follback dan saling dukung ya.