"Mulai sekarang kamu harus jadi Istriku dan juga Ibu sambung dari Ratu!"
"Siapa kamu? apa hak kamu memaksa aku menikah?"
"Aku Ayahnya Ratu! anakku menyukaimu dan aku harus memenuhi keinginan putriku yang ingin kamu menjadi ibunya!"
"Tapi ingat jangan berharap lebih pada ku! karena statusmu hanya Istri Rahasia dan juga Ibu Sambung Ratu!"
Deg!
"Aku belum bilang setuju!"
"Kamu tidak punya pilihan selain setuju!"
****
Nayyara terpaksa menjadi istri rahasia dari CEO Kejam bernama Ravindra dan juga Ibu sambung anak kecil lucu bernama Ratu.
Nayyara tidak bisa menolak karena pernikahan ini terjadi atas permintaan Ayahnya untuk terakhir kali.
Apakah Cinta akan hadir diantara Ravindra dan Nayyara? Atau justru Nayyara pergi setelah memberikan kasih sayang yang tulus pada Ratu?
Simak cerita nya hanya disini!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon znfadhila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
NAYYARA-33.
Wajah Ravin memerah karena salting, bagaimana tidak dia kepergok putrinya sendiri Ratu.
Beruntung Ratu belum terlalu mengerti apa maksud dari Papanya itu, jika mengerti Ratu juga akan ikut melompat.
Dea dan Raka sudah terbahak melihat wajah Ravin yang merah padam.
"Eh anak Papa udah bangun." Ravin menggendong Ratu, gadis kecil itu nampak lucu dengan muka bantalnya karena baru bangun tidur.
"Cudah Papa, Latu cekalang lapal..." Ratu menyenderkan kepalanya di bahu kokoh Ravin.
"Kalo gitu ayo makan, Papa suapin ya tapi Ratu harus makan banyak oke?" Ravin mencubit gemas pipi Ratu, gadis kecil itu bersorak senang.
Beruntung Ratu tidak bertanya mengenai Ravin yang melompat lagi tadi.
"Anak kita beneran udah jatuh cinta kali ya Pi, tapi Ravin masih belum sadar." Dea terkikik geli mengingat ekspresi Ravin tadi.
Sebagai seorang Ibu, Dea tau betul bagaimana Ravin, putranya itu seringkali terlambat menyadari perasaannya padahal semua sudah terlihat dengan jelas.
"Seperti biasa, anak itu terlalu lambat." Raka menggelengkan kepalanya pelan, padahal dulu Raka lebih peka pada perasaannya sendiri dibanding Ravin.
Meskipun Ravin dingin sama seperti Raka, tapi ada perbedaan jelas dimana Ravin lebih keras kepala dan egois.
"Apa kita harus bantu Ravin?" tanya Dea yang nampak bersemangat, Raka terdiam sebentar sebelum menggelengkan kepalanya.
"Biarin aja dia berjuang sendiri." ucap Raka santai, dia ingin melihat sejauh mana Ravin mau memperjuangkan Nayya.
"Mami lupa, kan ada Ratu yang pasti bakal bantu Ravin, jadi Mami gak perlu khawatir semoga aja Ravin cepet sadar dan nantinya mereka bahagia." ujar Dea penuh harap.
"Aamiin, kita doakan yang terbaik aja Mi." Raka juga berharap yang terbaik untuk Ravin.
****
Ke esokan harinya, Vira sengaja mengajak Nayya untuk makan di dekat restoran yang jaraknya tidak terlalu jauh dari rumah sakit.
Kebetulan sekali orang tua Vira sedang datang menjenguk Nanda, kondisi Ayah Nayya itu semakin membaik meskipun masih lemah.
Tadinya Nayya tidak ingin meninggalkan Nanda, tapi setelah diyakinkan oleh Vira dan orang tuanya, Nayya akhirnya mau makan kebetulan juga Nayya belum sempat makan.
Bahkan beberapa hari belakangan dia jarang ke kantin makan milik orang tuanya, Nayya hanya datang untuk mengecek pagi dan sore hari, sisanya Nayya habiskan untuk menemani Nanda.
Sebenarnya dari awal Ravin sudah membantu kantin milik orang tua Nayya, kebetulan sekali kantin itu berada di perusahaan Ravin, jadi sudah dipastikan Nayya tidak akan merugi karena ada Ravin yang membayar otomatis setiap harinya untuk para karyawan tanpa sepengetahuan Nayya.
"Nay, kamu tuh harus tetep jaga kesehatan walaupun kamu sedih, kalo kamu sakit nanti kondisi Ayah bisa memburuk lagi, Ayah pasti khawatir banget sama kamu." ucap Vira menggandeng tangan Nayya.
Gadis itu tersenyum kearah Vira, sahabatnya ini memang peka sekali padahal Nayya sudah berusaha menutupi kekhawatirannya tapi Vira tetap tau apa yang di pikirkan Nayya sekarang.
"Aku emang gak bisa bohong sama kamu Vira..." Nayya menarik nafas pelan, kejadian kemarin saat Nanda tiba-tiba drop membuat Nayya trauma, jujur saja Nayya takut kejadian itu terulang kembali.
Meskipun jika takdir menjemput Nanda untuk menyusul Ibunya, Nayya tetap tidak bisa merubah apapun, hanya saja Nayya belum siap jika harus kehilangan lagi.
"Nay, jangan terlalu mikirin masa depan yang ada kamu malah pusing sendiri, kita syukuri aja yang ada di depan mata, masalah di masa depan biar Allah yang atur." Vira kembali memberikan nasihat bijak.
Nayya mengangguk sambil tersenyum, apa yang di ucapkan Vira itu sangat benar.
"Aku ngerti Vira, makasih udah mau terus nemenin aku." Nayya memeluk Vira erat, dia sangat bersyukur memiliki sahabat yang begitu baik.
"Udah ah jangan melow lagi, yuk kita makan aja." Vira menggandeng tangan Nayya untuk duduk di sebuah kursi kosong dekat jendela.
Keduanya langsung memesan makanan, namun saat Vira akan bersuara tiba-tiba seorang pria dan wanita duduk di belakang mereka, yang jadi perhatian adalah pria itu membicarakan Nayya bersama pasangannya.
"Kamu gak jadi lamar Nayyara?" tanya wanita seksi bernama Anya.
"Gak lah, ngapain? males banget." jawab pria bernama Aryo itu, Anya tertawa puas mendengar itu.
Vira langsung menatap Nayya yang terdiam, mereka sangat mengenal Anya dan Aryo.
Keduanya adalah teman Nayya dan Vira saat masih kuliah, Anya memang dikenal tidak pernah menyukai Nayya karena Anya merasa Nayya itu pickme dan cari perhatian dengan penampilannya yang sangat tertutup.
Ditambah Nayya tidak pernah dekat dengan pria, berteman pun jarang hanya dengan Vira lah Nayya dekat, mungkin hal itu yang membuat para pria tertarik pada Nayya.
Gadis itu berbeda dari yang lain, sehingga menarik perhatian mahasiswa lainnya, Anya yang memang haus perhatian jelas tidak terima, makanya dia membenci Nayya.
Anya iri, apalagi sebelum kejadian kedua orang tua Nayya kecelakaan, Aryo berniat melamar Nayya namun semuanya batal setelah Nayya kehilangan Ibunya dan Ayahnya harus dirawat dirumah sakit.
"Nay..." Vira menggenggam tangan Nayya, namun gadis itu menggelengkan kepalanya saja.
"Loh bukannya kamu suka banget sama Nayya? dari kuliah loh kamu ngejar dia, terus kenapa sekarang kamu gak jadi lamar dia? padahal udah ada kesempatan loh." ucapan Anya begitu sarkas ditelinga Vira.
Nayya diam saja, dia malas berdebat saat ini tapi dia ingin mendengarkan apa yang akan dikatakan Aryo, sementara Vira mengepalkan tangannya kuat.
"Gak jadi, soalnya Ayahnya sekarang di rumah sakit bayangin kalo aku jadi nikah sama dia, pasti Ayahnya jadi beban buat aku males banget, masa aku cape kerja uangnya malah dipake buat biayain orang sakit, ogah banget!"
JLEB!
Nayya mengepalkan tangannya kuat, matanya memanas karena ucapan Aryo sangat tidak pantas, begitupun Vira yang mulai terpancing emosinya.
"Hahaha, apa aku bilang kamu pantes dapetin yang lain, lagian penampilan tertutup itu gak menjamin dia masih ori, bisa aja itu semua topeng malah dibelakang dia lebih suhu dari aku." Anya tanpa ragu memfitnah Nayya.
Anya mengatakan itu tanpa merasa bersalah sedikitpun, padahal itu hanya pikiran buruknya.
"Ya kamu bener, aku sadar zaman sekarang mana ada sih cewek yang masih ori, malah sekarang aku curiga kalo dia cari uang buat biaya Ayahnya pake cara deketin Om-Om atau suami orang." tambah Aryo merasa jijik.
Anya tertawa puas dalam hatinya karena berhasil menghasut Aryo, dan lagi Aryo itu munafik dia tidak tulus pada Nayya, hanya sebatas penasaran untuk mendapatkan Nayya.
"Ya justru bagus dong, kamu bisa deketin dia malah kamu bisa ngelakuin apapun sama dia tanpa pernikahan orang dia udah rusak kan?" Aryo menyeringai mendengar ucapan Anya.
"Kamu bener, kenapa aku gak kepikiran buat ngelakuin hal itu ya..."
"Kurang ajar!" Nayya sudah tidak bisa menahan emosinya lagi, baru saja dia berdiri untuk melabrak Aryo tiba-tiba saja....
BUGH!
"ARGH!"
"BRENGSEK!"
"P-pak R-ravin..."
DEG!
Bersambung.......