NovelToon NovelToon
Pengasuh CEO Cacat

Pengasuh CEO Cacat

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / CEO
Popularitas:201.4k
Nilai: 5
Nama Author: Era Pratiwi

Membutuhkan biaya yang tidak sedikit untuk pengobatan orang yang sangat ia sayangi, membuat seorang Fiorella harus merelakan sebagian kebebasan dalam kehidupannya.
"Pekerjaannya hanya menjadi pengasuh serta menyiapkan semua kebutuhan dari anaknya nyonya ditempat itu, kamu tenang saja. Gajinya sangat cukup untuk kehidupan kamu."
"Pengasuh? Apakah bisa, dengan pendidikan yang aku miliki ini dapat bekerja disana bi?."
"Mereka tidak mempermasalahkan latar belakang pendidikan Dio, yang mereka lihat adalah kenerja nyata kita."
Akhirnya, Fio menyetujui ajakan dari bibi nya bekerja. Awalnya, Dio mengira jika yang akan ia asuh adalah anak-anak usia balita ataupun pra sekolah. Namun ternyata, kenyataan pahit yang harus Fio terima.
Seorang pria dewasa, dalam keadaan lumpuh sebagian dari tubuhnya dan memiliki sikap yang begitu tempramental bahkan terkesan arogan. Membuat Fio harus mendapatkan berbagai hinaan serta serangan fisik dari orang yang ia asuh.
Akankah Fio bertahan dengan pekerjaannya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Era Pratiwi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

PCC. 33.

Tok! Tok! Tok!

Suara ketukan pintu dengan begitu keras terdengar berulang kali, Fio yang sedang terlelap tidur menjadi terjaga.

"Siapa sih, nggak tahu apa orang lagi istirahat." Fio memaksakan dirinya untuk membuka matanya.

Tubuh yang masih merasa lelah itu berjalan perlahan menuju pintu yang terus digedor-gedor, wajah pucat pasi dengan kedua mata sayu itu menarik handle pintu.

"Punya mata, telinga, tangan tapi tidak berguna!"

Suara yang begitu sangat ia kenal, membuat Fio membuka kedua matanya dengan begitu lebar. Elio berada didepan pintu rumahnya dengan wajah yang begitu menyeramkan.

"Tuan Elio!"

"Iya, kenapa? Tidak suka, hah!" Begitu ketusnya Elio menanggapi Fio yang baru saja terjaga.

Lalu Fio beralih ke arah pria yang berdiri dibelakang Elio, Max dengan wajah lelahnya sedikit memijat kepalanya. Ia memberikan kode menggunakan isyarat, karena dirinya lelah.

"Kenapa kemari?" Mulut Fio tidak tahan untuk mengatakannya.

"Kenapa? Kamu masih bisa bertanya, kenapa? Lihat ponselmu!" Sedikit membentak, Elio mendorong kursi rodanya masuk ke dalam rumah Fio begitu saja, tanpa permisi ataupun persetujuan dari tuan rumahnya sendiri.

"Loh!?" Fio menjadi kaget, heran, kesal dan hampir semua perasaan ia rasakan saat itu.

Max? Pria itu hanya bisa menggelengkan kepalanya atas sikap Elio, ia tidak habis pikir kenapa tuannya itu bisa menjadi tantrum seperti anak balita.

"Sabar, orang sabar nanti dapat suami yang serba lebar. Lebar uangnya, lebar keningnya, lebar rumahnya, serba lebar lah. Suka kan?" Max menggoda Fio.

"Kalian berdua, sama-sama tidak waras." Fio malas untuk menanggapi candaan itu.

Melewati Max yang masih berdiri didepan pintu rumahnya, Fio masuk ke dalam rumahnya dan mengambil segelas air putih lalu meminumnya. Mencoba meredam amarah yang tiba-tiba saja muncul setelah kedua pria itu datang, Fio tidak ingin mendekatinya dan ia hanya berdiam diri ditempatnya.

"Hei, tidak ada minum ini?" Suara Elio begitu keras.

Tidak ada tanggapan, membuat Elio kembali berteriak.

"Hei!" Elio kembali berteriak.

"Tuan, jangan berteriak. Nanti dikirain apa sama warga sekitar." Max mencoba menahan Elio yang semakin tidak terkendali.

"Biarkan saja, siapa suruh tidak menjamu tamu. Fio, mana airnya?" Sengaja berteriak, Elio sangat tidak tahu situasi.

Dikala kedua pria itu saling berdebat satu sama lain, membuat Fio semakin kesal. Ia pun berjalan menghampiri keduanya, dengan tangan bertolak pinggang. Ia menatap tajam pada keduanya, entah keberanian darimana ia dapatkan untuk menghadapi keduanya.

"Kalian berdua, diam!"

Singkat kata, kedua pria itu pun terdiam dan kaku seperti kanebo kering.

"Kalian ini, sudah tidak tahu malu datang ke rumah orang tanpa sopan santun. Dan ini, semaunya sendiri memberi perintah pada tuan rumah. Dasar kalian pria tidak waras, lebih baik kalian berdua keluar!" Kali ini, Fio benar-benar tidak bisa lagi menahan amarahnya.

Nafasnya yang memburu, begitu nyata terlihat. Sungguh suatu hal yang baru untuk Max saksikan, dimana Elio yang terkenal paling menyeramkan dapat terdiam oleh bentakan seorang Fio.

"Kayaknya, ademan (berdingin) di dalam mobil lebih aman." Max langsung kabur meninggalkan rumah Fio, masuk ke dalam mobil dan menguncinya dari dalam.

Sedangkan Elio, pria itu masih tidak percaya dengan apa yang dilakukan oleh Fio barusan. Wanita itu selalu nampak patuh dihadapannya, walaupun terkadang ada pemberontakan. Namun kali ini, seperti singa betina yang marah.

"Apa lihat-lihat, hah?! Pergi sana, kalian berdua membuatku semakin sakit kepala." Ketus Fio.

"Hei, enak saja. Kamu yang cari masalah, siapa suruh pesan dan telepon dariku tidak direspon? Kamu cari mati ya?" Elio nampak gagap saat berbicara.

"Mati mati mati, mana ada orang cari mati. Yang ada malah cari uang, anda saja yang mati sana. Ponsel ponsel saya, mau saya apain juga itu hak saya. Kenapa anda yang jadinya sewot kayak kebakaran jenggot. Sudah sana, pergi." Rasa kesal itu semakin membuat Fio geram.

Menggerakkan tangannya seperti bahasa tubuh yang sedang mengusir orang untuk pergi, Fio sudah tidak ingin berdebat dengan orang yang tidak paham jika dirinya sendiri adalah sumber dari perdebatan itu terjadi.

"Duh aduh, bisa tidak kalian berdua ini akur? Setiap bertemu selalu seperti ini, ada saja yang diperdebatkan. Aneh." Max tidak habis pikir dengan dua orang itu, kenapa selalu kejadian seperti ini kalau bertemu.

"Dia yang mulai duluan, siapa suruh mencari masalah." Elio terus menggerutu.

Untuk Fio, dirinya sudah tidak bisa berkata apapun untuk menjawab ucapan dari Elio. Dimana saat itu, suasana hati Fio sudah tidak dalam keadaan yang baik. Tubuhnya masih membutuhkan waktu untuk istirahat, namun pria yang kini ada dirumahnya itu telah membuat keadaannya semakin tidak baik.

"Jadi, maksud kedatangan anda berdua dirumah saya sebenarnya ada apa? Jika tidak ada yang penting, lebih baik anda pergi saja." Kalimat yang sudah Fio tahan, kini terucapkan.

"Kamu berani mengusirku?" Suara keras itu membuat Max beranjak dari tempat duduknya.

"Anda orang berpendidikan, tidak perlu banyak penjelasan untuk menjawabnya."

"Kamu!" Kedua telapak tangan itu mengepal.

"Ais, sudah cukup. Kalian berdua ini sama-sama egois, jika kalian berdua ingin berdebat terus seperti ini. Jangan suka melibatkan dan menyusahkan orang lain, merepotkan sekali." Max memilih untuk keluar dari rumah Fio, ia akhirnya mengeluarkan benda keramat miliknya, benda yang mengeluarkan asap itu membuatnya hening sejenak jika sedang dalam keadaan pusing.

Terlepas dari kepergian Max, Elio kini menatap ke arah Fio dengan seksama. Dalam pikirannya saat itu, terpikir jika sikapnya ini bukanlah karakter dirinya. Akan tetapi, disaat berhadapan dengan wanita yang baru ia kenal dalam beberapa waktu ini sudah membuat kehidupannya berbeda.

Dan perlahan, kepalan kedua tangan itu hilang. Untuk Fio sendiri, ia memilih untuk diam atas apa yang terjadi. Kini, keduanya dalam keheningan.

"Wajahmu masih terlihat pucat, kamu sudah makan? Obatnya juga kan?"

Membuat kaget, Elio rupanya menghampiri dimana Fio berada. Hal yang tidak pernah terduga adalah, jika Elio kini menggenggam salah satu tangan Fio.

Karena begitu kagetnya, Fio hanya bisa menatap pria itu dalam diamnya. Detak jantung keduanya berdetak begitu cepat, membuat keduanya juga bingung dengan apa yang mereka rasakan kala itu.

"Hei, jawab. Jangan melamun, bisa kan." Elio menyadarkan Fio dari ke kagetan nya.

Walaupun ucapan itu dengan nada yang rendah, akan tetapi belum bisa membuat Fio berpikir dengan baik. Tangan Elio masih menggenggam tangan Fio, perubahan sikap Elio masih terlalu random membuat orang seperti Fio menjadi linglung.

"Tangannya, tolong dilepasin dulu tuan." Dengan bergetar, Fio meminta Elio untuk melepaskan tangannya.

"Biasakan, dijawab dulu. Jangan mengalihkan topik pembicaraan."

Tukh!

Elio menjentikkan jemarinya di kening Fio, muka cemberut menjadi jawaban perasaan Fio kala itu. Keduanya saling bertatapan satu sama lain, cukup menguras emosi jika harus mengurus sikap keduanya untuk saling akur.

1
Mamath Jahra Tea
🤣🤣 ujung" nya buncin ntar kmu
Hennyy Handriani
Makin seru nih
shena
😍😍😍
Delvyana Mirza
Kadar kali Tuan ini baah,vikin gemes aja
Delvyana Mirza
Jangan ketus2 kalau ngomong Tuan Elio ntar jatuh cinta,baru tau,
Delvyana Mirza
Dadat,sidah di bantu kow kasar dich,
Wance Purba
cowoknya terlalu egois thor😄
Ariany Sudjana
Elio siap-siap saja fio akan pergi tinggalkan kamu, kalau kamu masih seperti ini kelakuannya
Wance Purba
ga usah malu akui aja
Wance Purba
hajar Max ga usa pake izin 😃😃😃
Wance Purba
capek ya ngomong sama batu
Wance Purba
Dosen aneh
Wance Purba
keong beracun ya 🤣
Wance Purba
nyimak
Azizah Sby
bagus ceritanya... meski ada kesamaan dikit2 dr novel lain... tp cerita d sini d kemas apik
Azizah Sby
knp terputus y... pdhl lg seru2nya nih... ayo outhor semangat update nya
Yumma Proling
saya gk suka dengan karakter nya Fio Thor terlalu lemot orang nya
Dinda Anggita: Dia ini tukang curi penulisnya makanya kayak gini tulisannya
total 1 replies
Nadiya Puspita sari
#
Dwi Estuning
lanjutkan
Asih S Yekti
lanjut
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!