Puspa adalah seorang janda berusia 25 tahun yang secara tidak sengaja menemukan sebuah pusaka mistis.
pusaka itu memiliki ilmu pemikat yang sangat kuat, dengan bermodalkan pusaka itu Puspa membuat sumpah, "semua lelaki bajingan harus mati!"
Puspa membuat sumpah seperti itu karena dia dulu hanya di buat mainan oleh mantan suaminya Alexander seorang pengusaha dari jakarta, akankah Puspa berhasil balas dendam kepada Alexander bermodalkan sebuah Pusaka yang berbentuk Tusuk Konde itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Abdul Rizqi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
kisah pilu Nia
Sore menjelang malam itu Puspa segera menutup pintu kamar kosannya dan langsung menguncinya.
Dia duduk di atas kasur dengan wajah yang heran. Puspa telah menghapus riasannya dan telah mengganti bajunya tusuk konde itu sudah berada di tangannya tidak lagi berada di kepalanya.
Wajah Puspa memandangi tusuk konde itu penuh dengan pertanyaan, pasalnya hari ini terlalu aneh bagi Puspa di mana pak ridho dan beberapa temannya kedapatan memandangi dirinya dengan pandangan mendalam.
Tidak hanya itu sikap mereka juga berubah derastis, 180 derajat seolah mereka ingin mendapatkan perhatian lebih dari Puspa.
"Sebenarnya Tusuk Konde macam apa kamu? Mengapa namamu Tusuk Konde Sekar Melati?" Tanya Puspa kepada Tusuk Konde itu.
"Kejadian aneh yang terjadi hari ini tidak mungkin tiba-tiba, ini pasti gara-gara tusuk konde sekar melati yang misterius ini.." dengan segera fikiran Puspa kemana-mana, "jangan-jangan ini sama seperti yang ada di novel horor?" Puspa langsung membayangkan adegan novel horor yang telah dia baca, terutama penemuan Pusaka haus darah yang meminta tumbal manusia.
"Ja.. jangan-jangan nanti akan ada iblis yang datang dan meminta Tumbal? Atau menghantuiku?"
Hiks... Hiks....
Tiba-tiba terdengar sebuah sara tangisan perempuan yang terdengar sayu-sayu.
Puspa benar-benar ketakutan, baru saja dia memikirkan tentang hantu yang penunggu Tusuk Konde ini, tidak di sangka Puspa langsung mendengar suara tangisan perempuan. Puspa langsung meletakan tusuk konde itu di tempat yang agak jauh, Puspa kemudian menyelimuti tubuhnya dengan selimut dan nampak tubuhnya gemetar ketakutan.
"Ampun mbah! Ampun saya hanya bercanda, saya ngga bisa ngasih tumbal, tolong jangan datangi saya..." ucap Puspa dengan ketakutan.
Tentu saja tidak ada jawaban dari Tusuk Konde itu.
"Eh tunggu, ini suara bukan dari Tusuk Konde itu, tapi dari luar!" Tiba-tiba Puspa menyadari bahwa dirinya terlalu ketakutan. Dan suara itu berasal dari luar.
"Loh, inikan suaranya Nia?" Puspa langsung menyadari bahwa suara tangisan ini berasal dari Nia teman kerjanya yang berada di kos yang sama.
Puspa langsung bangkit dan membuka pintu untuk mengecek.
Puspa mendapati pintu kamar Nia terbuka, dengan cepat Puspa mendekatinya.
Alangkah terkejutnya Puspa ketika melihat Nia dalam keadaan yang sangat buruk, rabutnya terlihat acak-acakan pipinya di basahi dengan air mata, dan matanya sendiri berwarna merah karena terlalu banyak menangis.
"Nia, kamu kenapa?" Tanya Puspa yang langsung memeluk Nia.
Puspa berusaha untuk menenangkan Nia, namun bukannya berhenti tangisan Nia justru semakin kencang.
"Kamu kenapa Nia? Cerita ke aku kalau ada masalah.." ucap Puspa dengan tenang.
Nia kembali menenggelamkan kepalanya sambil melanjutkan kembali tangisannya, Puspa mengetahui bahwa Nia masih belum siap untuk bicara, oleh karena iru Puspa tidak melanjutkan pertanyaanya.
"Pus, aku sudah ngga kuat lagi pus. Aku pengin mati!"
Puspa terperanjat kaget ketika mendengar ucapan Nia, "loh, memangnya kenapa Nia? Kenapa kamu pengin mati?"
"Aku ngga kuat lagi pus, aku ketakutan, aku ngga bisa berbuat apa-apa lagi..."
"Kenapa?" Tanya Puspa dengan wajah penuh kasih kepada temannya.
"Pak narendra ngancam aku pus, aku harus bagaimana? Aku lebih baik mati dari pada hidup begini!" Ucap Nia sambil meneteskan air matanya.
Dari ekspresi yang di tunjukan Nia, Puspa mengetahui bahwa saat ini Nia sedang dalam posisi hancur sehancur-hancurnya.
Mata Puspa terlihat berkaca-kaca ketika melihat Nia yang ingin mati seperti ini. Puspa sendiri adalah janda muda, dia pernah mengalami hal yang sangat perih dan menyakitkan. Bahkan dulu Puspa juga memiliki niat yang sama dengan Nia.
"Kamu kenapa? Kamu cerita saja Nia... aku ngga akan bocorkan ke siapapun kok... barangkali dengan kamu cerita kamu bisa sedikit lebih lega." Ucap Puspa.
Nia mengangguk, kemudian dengan jujur dia berucap, "aku... aku berhubungan badan dengan pak narendra dan dia ngancam aku.."
"Lololo, apa!!" Puspa kaget bukan kepalang dengan pengakuan Nia.
Nia mencoba menjelaskannya dengan jujur, "satu bulan yang lalu ada asistennya pak Narendra yang mendatangiku, dia bilang kalau pak narendra ingin begituan denganku, awalnya aku nolak pus. Tapi dia ngancem kalau kontrakku ngga akan di lanjut, di tambah dia bakal nuntut aku tentang barang yang rusak di gudang. Saat itu aku ngga punya pilihan lain, jadi aku turuti keinginannya."
"Aduh bodoh kamu Nia! Harusnya jangan.." ucap Puspa dengan sedih.
Nia makin menunduk dengan sedih, "aku ngga tahu ternyata malam itu pak narendra masang kamera, sekarang dia ngancem bakal nyebarin video itu... aku takut pus, bagaimana kalau orang tua dan tetanggaku tau.." ucap Nia yang kembali meneteskan air mata.
Puspa menghela nafas panjang, ini sudah menjadi perkara yang sangat rumit.
Memang penyebaran video seperti itu ada hukumannya menurut undang-undang. Namun dalam fakta lapangannya sangat sulit untuk menegakan hukum tersebut.
Bagaimana tidak? Puspa mengenal betul Nia. Dia adalah wanita yang berasal dari golongan menengah kebawah, apabila dia melaporkan hal ini kepada polisi laporannya tidak akan di tindak lanjuti, kecuali Nia orang kaya atau kasus ini viral di medsos. Belum lagi kalau pak narendra tahu tentang laporan ini, bisa saja pak narendra menyewa pengacara untuk memenjarakan Nia dengan tuduhan pencemaran nama baik.
Nia juga tidak akan pernah bisa menyewa pengacara, sebab dia tidak akan pernah bisa membayarnya.
Sambil memeluk Nia, puspa berucap, "sabar nia... aku yakin pak narendra itu akan terkena karmanya, pria bajingan harus mati!"
***
Setelah membantu menenangkan Nia dan membantu membereskan kamarnya, Puspa kembali masuk ke kamarnya, dia menghela nafas panjang.
"Semoga kamu kuat Nia..."
Tiba-tiba mata Puspa mengarah ke tusuk konde itu, Puspa menyipitkan matanya, "aneh, mengapa aku merasa bahwa tusuk konde itu adalah jalan keluar dalam masalah ini.." ucapnya dalam hati.
***
Waktu berjalan dengan sangat cepat, pada saat ini pagi hari kembali tiba. Matahari yang cerah mulai memanasi Gresik yang diisi oleh banyak pekerja.
Puspa kembali memakai seragam kerjanya dan memakai riasan tipis untuk aktivitas hariannya.
Kali ini Puspa tidak memakai Tusuk konde itu Puspa hanya menaruh Tusuk Konde itu dari balik bajunya, karena Puspa tidak ingin mendapatkan perhatian seperti kemarin.
Dengan cepat dia berangkat ke tempat kerjanya yang berada di deretan ruko tersebut.
Tidak lama kemudian Puspa tiba di parkiran, tiba-tiba terdengar suara dari samping.
"Hei puspa, kemari."
Puspa kaget dia langsung menoleh.
"Pak heru?!" Puspa sedikit kaget mengapa asisten manajer mengatahui nama pegawai rendahan sepertinya.
Dengan segera Puspa mendekati pak heru, "iya pak."
Heru memandangi Puspa dengan pandangan takjub dan sedikit menyesal, seolah dia menyesal karena baru mengetahui ada karyawati yang sangat cantik.
Puspa sedikit was-was dengan pak heru, sebab pak heru adalah salah satu asisten yang menemani pak narendra, bisa jadi asisten yang di maksud Nia adalah pak heru.
Heru tersenyum, "aku katakan kepadamu, mau tidak mau malam minggu kamu harus menemani pak narendra makan!"
"Hah?!" Alangkah terkejutnya Puspa ketika mendengar hal ini, fikirannya langsung tertuju pada cerita Nia tadi malam.
Hati Puspa terbakar emosi dia tidak menyangka bahwa dia akan menjadi korban selanjutnya setelah Nia.
Namun dengan cerdik Puspa menyembunyikan kemarahannya dalam hati dan tersenyum ramah.
"Umm, satu malam penuh, pak?" Tanya puspa dengan ekspresi sedikit tertarik.
"Benar, tenang saja jangan kahwatir tempat nginep, beri saja pak narendra servis terbaikmu, kamu mengerti maksudku bukan?" Tanya pak Heru sambil tersenyum nakal.
"Hehe, tau kok saya pak, nanti akan saya berikan pak narendra servis terbaik saya.."
Heru langsung berseri, "bagus kalau kamu ngerti, sepertinya kamu wanita yang gampangan!"
Hati Puspa terasa sakit dan marah ketika mendengar ucapan Heru, namun Puspa masih bisa berakting.
"Kalau kamu tadi menolak, aku akan langsung mengasih surat PHK! Namun karena kamu bisa di ajak kerja sama kamu bisa naik jabatan, kamu nanti bisa jadi supervisor atau jadi asisten manajer kalau kamu berhasil memberikan servis terbaik kepada pak narendra."
"Siap pak, katakan kepada pak narendra saya bisa di pakai kapan saja." Ucap Puspa sambil tersenyum seolah bahagia ketika pak narendra menyukainya.
"Bagus-bagus! Nanti akan aku sampaikan, nanti akan aku hubungi lagi tempatnya!" Ucap heru.
Puspa mengangguk dengan hormat, "baik pak, tolong sampaikan salam saya kepada pak narendra, katakan tolong cepat pakai saya, saya tidak sabar untuk bertemu..."
"Bagus, nanti aku sampaikan.." ucap pak heru kemudian berbalik dan meninggalkan puspa.
Ketika heru berbalik wajah Puspa yang awalnya bahagia, kini berubah menjadi sangat geram dan marah. Matanya melotot ke arah heru.
"Bajingan kamu narendra setelah menghancurkan Nia sekarang kamu mau menghancurkan hidupku? Aku yakin pasti sudah sangat banyak wanita yang kamu rusak!"
Kemudian Puspa menggenggam Tusuk Konde yang berada di balin seragamnya, "lelaki bajingan harus mati!"