Tita, gadis yang hanya hidup berdua dengan ibunya, karena bapaknya tidak mengakuinya. lebih tepatnya, bapak itu menikah lagi setelah ibunya mengandung dirinya. ditambah lagi banyak orang yang tidak menyukai sang ibu, yang hanya seorang wanita buruh tani diladang orang lain.
sampai akhirnya, tita yang saat itu sedang membantu ibunya membersihkan ladang sawah orang, tidak sengaja tersambar petir sehingga mengundang kehebohan. dan Untung saja dia tidak meninggal, tetapi satu hal yang berbeda dari dirinya. dia mendapatkan sedikit kemampuan, yaitu kemampuan meracik herbal-herbal yang bisa dimanfaatkan untuk pertanian, dan juga untuk perikanan.
lalu bagaimana perjalanan tita setelah berhasil lolos dari maut itu ?
ikuti terus ya teman-teman.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tirta_Rahayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
33. ternyata duda
sore hari Ibu Susan pun pulang ke rumah. dia pulang dengan menggunakan gerobak dorong yang baru saja dibeli beberapa waktu yang lalu. sementara Tita sudah merancang, kalau mungkin dia akan kembali membeli sepeda motor. tetapi niatnya itu lagi-lagi tertunda karena mereka sedang mengumpulkan biaya untuk membangun rumah mereka yang lebih layak.
sesampainya Ibu Susan di rumah, dia langsung mendapati suami barunya Itu tampak baru selesai masak. sementara dia tidak menemukan keberadaan anaknya.
"assalamualaikum"
"waalaikumsalam.. eh sudah pulang Bu.?" mendengar panggilan itu, entah kenapa pipi Ibu Susan langsung bersemu merah. diikuti oleh debaran jantung yang muncul tiba-tiba. ya, dia masih belum terbiasa mendengar panggilan itu. dirinya yang sudah menjanda selama bertahun-tahun, tentu saja panggilan itu telah menjadi asing di telinganya.
"sini-sini, biar bapak saja yang bersihkan.. sebaiknya kamu langsung mandi dan istirahat." ucap Tuan Edwin sambil mengambil ikan yang sengaja disisihkan untuk dibawa pulang.
sementara Ibu Susan menangkap aroma enak dari dapurnya ini.
"anda sudah masak.. Mas.." ucapnya sedikit bernada pelan ketika memanggil Mas. ya dia masih sedikit enggan. tetapi untuk menghormati suami dadakannya ini, dia tentu harus memanggil begitu.
"ah!! iya. mas baru masak menu ikan yang menurut Mas akan disukai olehmu dan juga Tita. karena hari ini ada kabar gembira dari anak kita..!!" ujarnya dengan bahagia. Ibu Susan mengerutkan keningnya mendengar informasi itu.
"sudah tidak usah berpikir dulu!! sebaiknya kamu langsung mandi dan bersih-bersih. takutnya hari semakin sore dan gelap semakin pekat. dan airnya juga pasti akan ikutan dingin." ucapnya lagi dengan penuh perhatian.
dan sejauh ini Tuan Edwin masih belum sempat menceritakan asal-usulnya. tetapi Tita dan ibunya tak pernah mendesak. di masa depan apapun keputusannya mereka akan menerimanya.
"mm.. baiklah kalau begitu Mas. Maaf merepotkanmu ya. tapi sebaiknya, Mas juga jangan terlalu banyak bergerak. Mas itu baru saja sembuh loh." ujar Ibu Susan memberitahu suaminya.
"mm.. baiklah.. aku hanya bekerja sedikit, lagi pula pekerjaan yang ada di dalam rumah juga tidak terlalu banyak." jawab Tuan Edwin dan langsung dibalas dengan anggukan kepala dari Ibu Susan.
"sudah sana. nanti airnya keburu dingin."
"mm.. baiklah Mas."
sementara Tita sedang tidak berada di rumah, Dia sedang ke rumah teman sekelasnya untuk mengambil buku catatan. karena, ada beberapa mata pelajaran yang tertinggal olehnya karena mengurus serta mengikuti acara sosialisasi olimpiade yang akan diselenggarakan oleh sekolah besok. namun dia masih belum menceritakan kepada kedua orang tuanya tentang olimpiade besok.
mungkin tita sedang menimbang-nimbang, bagaimana baiknya untuk menyampaikan itu.
karena perlombaan olimpiade akan diselenggarakan sekitar jam 04.00 sore dan mungkin akan berakhir malam, membuatnya tentu tak bisa pulang ke rumah. dia harus menginap di rumah temannya atau di pondok Lina dan juga Sari.
namun tak butuh waktu yang lama, tita pun akhirnya kembali.
"assalamualaikum"
"waalaikumsalam" langsung dijawab oleh kedua orang tuanya yang tampak memang sedang menunggu kedatangan dirinya.
"kamu sudah datang nak.. ayo masuk, sebentar lagi waktu maghrib akan tiba. kamu bersihkan diri terlebih dahulu, dan kita salat magrib secara berjamaah." ucap Tuan Edwin ke pada anak tirinya ini.
selama 3 hari Tuan Edwin tak hanya memperhatikan Ibu Susan, namun juga dia turut merangkul anak tirinya agar tidak merasa disisihkan. Tita juga berusaha untuk memberikan yang terbaik kepada ayah barunya ini.
dan selama 3 hari ini, hubungan mereka masih sebatas mengakrabkan diri dan tidak lebih.
"mm.. baiklah ayah.." tita sangat senang dan bersemangat mendengar ajakan itu. awalnya tita sempat ragu dan khawatir kalau laki-laki yang diselamatkan ibunya ini adalah orang jahat yang suka memanfaatkan mereka.
tetapi selama 3 hari mengamati gerak-gerik serta perbuatan dari laki-laki ini, membuat separuh hati tita yang ragu sedikit melonggarkan kewaspadaannya. melihat dia berbicara dan bagaimana cara merangkul, dia yakin kalau laki-laki ini bijaksana.
tak lama tita pun kembali setelah bersuci. kedua orang tuanya juga sudah bersiap. Mereka pun langsung melaksanakan salat magrib secara berjamaah.
"assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh"
"assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh" akhirnya salat magrib Mereka pun usai. tita menyalami tangan kedua orang tuanya dan kemudian duduk di sana.
"ayah..ibu.. ada yang ingin tita sampaikan." ucap tita.
Ibu Susan dan Tuan Edwin yang hampir mau beranjak dari tempatnya itu seketika langsung terhenti.
"ada apa nak? apa kamu membutuhkan sesuatu?" yang bertanya bukan Ibu Susan melainkan Tuan Edwin.
"oh ya Bu.. Putri kita ini sudah berhasil melewati ujiannya dan lulus untuk mengikuti olimpiade di babak selanjutnya." Tuan Edwin menyampaikan hal itu kepada Ibu Susan dengan mata yang berbinar. dan Ibu Susan yang juga mendengar kabar itu tentu saja sangat bahagia.
"benarkah!!! Alhamdulillah..!! selamat ya nak.." mata Ibu Susan langsung berkaca-kaca dan sangat bangga anaknya meraih prestasi. anaknya mau bersekolah saja dan bertahan dalam kemiskinan sudah membuatnya memiliki harta yang paling berharga, apalagi anaknya telah mencapai prestasinya di sekolah.
"makasih yah, Bu. tapi, besok kami akan melanjutkan babak selanjutnya sekitar jam 04.00 sore. dan kemungkinan selesainya malam yah, Bu. jadi aku berencana untuk menginap di pondok Lina dan Sari saja." ucap tita.
"nggak apa-apa kan Bu, yah.." ucap tita. Tuan Edwin yang mendengar penuturan itu langsung menghilangkan senyum di bibirnya.
"kenapa malam sekali nak..?"
"kurang tahu yah.. tapi memang begitu peraturannya." mendengar penuturan Itu Tuan Edwin menganggukkan kepalanya. dia berpikir sejenak.
"oh ya nak, Apakah ayah boleh meminjam handphone mu. nanti, besok sekitar jam 09.00 atau 08.00 pagi, ayah akan mengajak ibumu ke pasar. ayah ingin membeli sesuatu." tutur Tuan Edwin. Tita yang tidak berpikir macam-macam itu, langsung menyetujuinya.
"mm.. Baiklah ayah. lagi pula kami tidak dibenarkan untuk membawa HP."
"syukurlah kalau begitu.. ayah cuma pinjam sebentar kok nak. mungkin ayah akan menghubungi keluarga ayah." ujarnya membuat raut wajah Ibu Susan dan Tita berubah sedikit sendu.
mendengar penuturan itu, mereka paham kalau tuan Edwin bukan milik mereka. sementara Tuan Edwin yang menangkap raut wajah sendu dari keduanya langsung tersenyum.
"kalian berdua tidak perlu khawatir.. ayah tidak akan meninggalkan kalian. justru besok, ayah sekalian mengajak Ibu untuk mengurus surat pernikahan di kantor KUA dan juga melanjutkannya ke catatan sipil. biar pernikahan ayah dan ibu jadi resmi." ucap Tuan Edwin. mendengar penuturan itu sontak keduanya langsung saling berpandangan.
"status ayah sekarang itu duda. istri ayah sudah meninggal lama. tapi, saya juga punya anak.."
"apakah ayah serius..? Ayah, kalau ayah mengatakan itu karena tidak enak dengan kami, ayah jangan khawatir. Kami mengerti kok yah.." ujar tita. Tuan Edwin kembali tersenyum.
"tidak. Ayah serius. Dan nanti, ayah akan menghubungi mereka. Oh ya, sekalian ayah minta nomor rekening kamu nak.." penuturan itu langsung membuat tita menundukkan kepalanya.
"maaf yah. Tita tidak ada nomor rekening."
"oh.. tidak apa-apa kok nak. Nggak usah murung gitu."
"Ya sudah kalau begitu, ayah usahain untuk menemani kamu olimpiade sama ibu ya. kalau bisa kamu juga tidak perlu menginap di sana. kebetulan nanti kan malam minggu, kalau acaranya bisa cepat selesai, kita bisa jalan-jalan dulu." ucap tuan Edwin sambil tersenyum.