NovelToon NovelToon
JALAN SESAT

JALAN SESAT

Status: tamat
Genre:Horor / Tamat / Spiritual / Iblis / Mata Batin / Kutukan / Hantu
Popularitas:23.4k
Nilai: 5
Nama Author: Siti H

kisah seorang wanita yang ingin hidup kaya secara instan. suaminya yang pemalas membuatnya harus menempuh jalan sesat dengan melakukan persekutan bersama iblis yang menjanjikannya kekayaan.

Ia membuka sebuah warung nasi. namun dalam sekejap saja dapat menarik pembeli dan menjadikannya kaya raya. tetapi semua itu tak.mudah, karena akan ada konsekwensi yang harus ia terima. ikuti kisah selanjutnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti H, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode-33

Haaalloo," terdengar suara yang sangat parau dari seberang telefon. Seketika Rindu merasakan bulu kuduknya meremang.

"Hah," ia terlonjak kaget. Siapa yang menjawab panggilan tersebut, sedangkan Nona berada didalam kamar.

Seketika gadis itu memutuskan untuk masuk ke dalam rumah dengan tergesa-gesa, ia menghampiri Silvi dengan nafasnya yang tersengal, dadanya memburu karena rasa takut yang saat ini sedang menguasainya. Tetapi setibanya didalam dapur, ia tak melihat gadis itu dimana.

"Kamu kenapa?" tanya Silvi dari balik pintu kamar. "Hah," Rindu tersentak kaget. "Kamu ngagetin saja," omelnya.

Silvi mengerutkan keningnya. "Kamu kenapa, sih?" tanya gadis itu semakin penasaran.

"Kenapa, kenapa. Bukannya kamu yang tadi memintaku menghubungi orangtua Nona agar menjemputnya kemari?"

Silvi melongo. "Kamu yakin aku ada ngomong gitu? Aku baru saja dari warung belanja kebutuhan mandi dan juga plester luka untuk Nona. Sebab ia membutuhkan plester yang tebal untuk menahan cairan yang terus saja meleleh," sahut Silvi dengan ekspresi datar.

"Kamu jangan bercanda, Sil. Kamu yang tadi ngomong sama aku didapur-kan?" Rindu memaksa Silvi mengakui apa yang menjadi ucapannya.

"Sumpah, kalau gak percaya tanya akang warung yang didepan sana," jawab Silvi menegaskan.

"Hah, jika bukan kamu yang ngomong sama aku didapur barusan, lalu siapa?" Rindu balik bertanya.

Silvi menggedikkan bahunya, lalu memasuki kamar dan akan memakaikan plester luka untuk Nona.

Rindu merasakan ada sesuatu yang janggal. Ia tak ingin semua menjadi kacau, lalu menyusul Silvi ke dalam kamar. "Sil, sumpah, tadi aku ngobrol sama kamu. Kita bahas tentang Nona dan kamu saranin aku untuk menghubungi keluarganya," Rindu mulai panik.

Silvi menyelesaikan pekerjaannya dan menatap gadis didepannya.  "Jadi kamu sudah menghubungi keluarganya?" tanya gadis itu dengan penasaran.

Rindu menggelengkan  kepalanya "Belum, ponselnya  tertinggal digudang dan sepertinya ada yang menggunakannya," ucap Rindu menjelaskan.

"Ya sudah, kamu hubungi saja," saran Silvi.

"Tapi ponselnya entah dimana," sahut Rindu.

"Coba tanya Sari, mereka kan satu kampung, dan kemungkinan ada memiliki nomor kerabatnya," gadis berhijab itu kembali menyarankan.

Rindu menganggukkan kepalanya dan mencari Sari yang berada didapur.

*******

Langit senja tampak temaram dengan cahaya mentari yang mulai meredup diufuk barat. Nona tampak mengejang kesakitan. Ia merasakan sekujur tubuhnya bagaikan ditusuk paku berkarat dibagian perutnya.

Silvi datang memeriksanya dan mencoba menenangkannya.

Gadis itu membacakan ayat suci pada Nona yang saat ini merintih, dan sesaat sakitnya mereda dan ia dapat tertidur pulas.

Malam ini keluarganya akan tiba untuk menjemputnya. Kebetulan sekali Nadira sedang pergi ke luar kota untuk melihat salah satu cabang warung satenya yang juga sedang berkembang pesat. Wanita itu benar-benar menjelma menjadi wanita konglomerat.

Setelah adzan Maghrib selesai berkumandang, orangtua Nona tiba dikediaman Nadira dan disambut oleh Rama yang sedang menjaga kasir.

"Siapa, ya?" tanya Rama dengan penasaran. Sebab keduanya tidak memesan apapun dan langsung saja  menghampirinya.

"Kami orangtua Nona, dan akan membawa pulang anak kami untuk diobati," sahut wanita tersebut.

"Hah, Nona? Mengapa harus dibawa pulang?" Rama sedikit bingung, sebab ia tidak mengetahui perihal sakitnya gadis itu.

"Kami mendapat telepon kalau Nona sakit parah, dan kami harus membawanya pulang malam ini!" Ayah gadis itu menimpali.

"Tetapi istri saya tidak mengijinkan, sebab masih dalam masa perobatan," jawab Rama berbohong. Sebenarnya ia masih kepincut dengan sang gadis.

"Nona anak kami, dan itu hak kami sebagai orangtuanya untuk membawanya atau tidak!" Wanita berhijab itu tampak marah.

"Tapi," ucapan Rama terhenti saat melihat Nona yang tampak keluar dengan tertatih dan ia tampak pucat serta memegangi perutnya yang tampak kesakitan.

Orang-orang yang sedang memakan sate ditempat itu merasa iba dan prihatin melihat kondisi Nona yang tampak mengenaskan.

"Rama kebingungan akan hal yang terjadi. Ia terpaksa harus merelakan pekerjanya itu dibawa pulang oleh orangtuanya meskipun ia harus kehilangan salah satu mainan barunya.

"Kami akan membawanya meskipun tanpa atau izin darimu!" ucap wanita itu menegaskan. Lalu ia dan suaminya membawa puterinya yang sudah tampak seperti mayat hidup itu ke dalam mobil dan akan pulang ke kampung halaman.

"Ayo, kita tinggalkan tempat ini. Aku merasa ada sesuatu yang tidak beres dari warung ini" wanita itu berguman  dengan lirih dan hampir tak terdengar.

Mobil sewaan yang telah dibawa mereka untuk menjemput sang anak sudah standby menunggu dengan sopir sewaan juga.

Mereka memilih untuk pulang, sebab merasa curiga dengan kondisi sang anak.

Mereka mendapatkan kabar puterinya sakit parah dari rekan kerja mereka, dan keduanya bergerak cepat untuk menjemputnya.

Setelah Nona dan kelurganya keluar dari warung, mereja bergerak pergi dengan sebuah mobil. Rama hanya dapat menatap dengan kesal, sebab Nadira akan marah besar padanya, sebab salah satu tenaga kerja mereka pulang tanpa berpamitan dahulu padanya.

Kini karyawan mereka hanya tinggal berenam saja. Tentunya mereka sangat kewalahan untuk membagi tugas.

Sejam kemudian. Nadira kembali dari kota. Ia membeli berbagai barang mewah yang berupa pakaian dan juga aksesoris lainnya.

Ia masih belum menyadari jika Nona sudah pergi dari rumahnya. Ia tampak sangat bahagia hari ini, karena dapat membeli apapun yang ia inginkan dengan sangat mudahnya.

Hampir seluruh tubuhnya dipenuhi oleh barang branded.

Setibanya di dalam kamar. Ia merasakan kehadiran sang iblis yang saat ini sedang merangkak diatas langit-langit kamar.

Sosok itu bergegas merayap didinding dan merangkak menghampiri sang pengabdinya.

"Aku menginginkan tumbal malam ini!" ucap iblis tersebut dengan suara geraman yang sangat mengerikan.

"Ta--," ucapan Nadira tercekat ditenggorokannya dan membuat ia tak sempat mengucapkannya, sebab sosok itu sudah berada diatasnya dengan tatapan yang sangat tajam.

"Aku sudah banyak memberimu kekayaan, maka jangan kau melupakan apa yang menjadi kewajibanmu!" ujung jemari wanita iblis itu ditekan ke leher Nadira hingga membuat Nadira merasakan sakit yang sangat luar biasa.

"Aku sudah memilihkan korban untukmu, dan harap kamu bersabar," jawab Nadira dengan wajah memerah.

"Dia sudah pergi dari rumah ini. Lagipula ia sudah tidak pera-an! Aku butuh banyak gadis untuk membuatku terus berjaya," ucapnya dengan lantang, namun sayangnya hanya Nadira sang wanita pemuja iblis saja yang dapat mendengarnya.

"Breengseek! Siapa yang mengijinkannya pergi, awas saja Kang Ram!" Nadira menggerutu kesal diantara rintihan kesakitannya.

"Ku tunggu hingga esok senja, jika tidak, maka aku akan mengambil nyawamu!" sosok iblis itu mengancam dengan memasang wajah sadis, lalu perlahan menghilang meninggalkan Nadira yang sudah merasakan sakit ditenggorokannya.

Ingin rasanya ia mengomeli Rama saat ini juga, tetapi sayangnya ia sudah kehabisan tenaga. Ia seilah tak dapat mengandalkan suaminya untuk menahan Nona agar tak pergi dari rumahnya.

Hari hampir menuju dini hari. Nadira tertidur dengan lelap, sebab ia sangat lelah dan juga rasa sakit ditenggorakannya, sebab makhluk itu mengancamnya.

Rama membuka pintu kamar dan menyaksikan tubuh indah istrinya yang kini terbaring diranjang.

Namun baru saja  selangkah ia menuju lantai kamarnya, aroma tak sedap menyeruak dari dalam. Kamar, tepatnya pada liang anu milik Nadira. Rama merasa mual dan ingin muntah.

Ia menutup kembali pintu kamar dan merasa sangat pusing bahkan ingin muntah dengan aroma yang tak dapat ia tahan lagi. Perutnya terasa diaduk dan ia memilih tidur disofa.

Meskipun Nadira tertidur tanpa sehelai benangpun, tetapi ia tak berselera untuk menjamahnya.

"Mengapa Nadira menjadi sangat mengerikan seperti itu?" Rama menggerutu kesal.

1
Ajeng Sripungga
Luar biasa
V3
Like + Hadiah Bunga + Vote sdh meluncur di akhir Bab 😘😘
V3
laach ... dh HBS ja cerita nya ,,,, akhirnya Nadira mati jg di tangan peliharaan nya sndri.
mati dalam keadaan Kusnul Khotimah.
semoga kita semua nya di jauhi dr perbuatan syirik , keji dan mungkar 🤲 Aamiin Yaa Rabbal Allamiin 🤲
❤Lembayung Jingga❤: aamiin...
total 1 replies
V3
duuuh .... aku ikut deg degan nih ,,, berharap Silvi dkk dpt selamat dr Iblis Nadira 😱😱😱
naas bgt nasib nya Rama , akhirnya mati di tangan bini nya dh keji bersama selingkuhan nya 🤦
mayat orang di bilang barang , jd barang dagangan 🤣🤣🤣
Leona Night
ih ngeri
Leona Night
kayak kena penyakit kelamin
Leona Night
Mau aja sama rama yang mata keranjang
Leona Night
ngeri
Leona Night
kasihan Ratu
Leona Night
mereka apes kerja di sana
Leona Night
daging siapa lagi itu
Leona Night
semoga selamat gak jadi tumbal
Leona Night
jadi rendang
Leona Night
semoga silvi selamat
Leona Night
kasihan lia
Leona Night
kasihan ayah ibu ranti
Leona Night
bau anyir pelaku tumbal...ih ngeri
Leona Night
tumbal tersamar seperti serangan macan
Leona Night
Semoga kekepoan Silvi tidak menjebaknya jadi korban berikutnya
Leona Night
nadira jadi lupa daratan.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!