NovelToon NovelToon
Cinta Sang RV

Cinta Sang RV

Status: tamat
Genre:Tamat / Teen Angst
Popularitas:5.4k
Nilai: 5
Nama Author: Marlita Marlita

Sejak Menolong pria bernama Reyvan, nasib Annira berubah

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Marlita Marlita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kuatir

Di tengah sibuknya guru menjelaskan, di kursi belakang seorang siswa malah asyik mengamati smartphonenya tanpa menghiraukan guru di depan. Ia tersenyum menyeringai memandang gerak-gerik seorang gadis di dalam smartphonenya sampai pada aksi melempar botol sirop ke arah cctv di sudut lain.

Ya, ternyata Reyvan mengetahui semuanya. Senyuman sinisnya mengundang perhatian seorang siswi yang duduk di kursi lain, siswi itu tersenyum, puas memandang wajah tampan yang sudah lama ia dambakan. Lora yang mengagumi Reyvan dari dulu kapan akan mendapatkan hati pria itu?

“Reyvan Rasanja, kamu mendengarkan penjelasan saya?” suara lantang pak Wisma memenuhi ruangan, semua siswa terkejut tak terkecuali. Guru yang tadinya menjelaskan materi dengan tenang, semuanya menikmati dan terbawa dalam alur penjelasan menjadi berdebar akibat suara lantang.

Reyvan Rasanja si pelaku bergerak kecil dengan santai memasukkan smartphonenya ke saku. Lora juga tak kalah terkejut sampai wajahnya terantuk meja.

“Astaga pak Wisma menghilangkan fantasiku saja.” Gerutu Lora yang menikmati wajah Reyvan sambil berkhayal.

Langkah pak Wisma tidak membuat Reyvan gentar, situasi ini sudah sering ia alami. Tak heran semakin sering bermasalah dengan para guru tidak membuat seorang Reyvan merasa berdosa.

“Berikan Hp mu!” Pak Wisma sudah memberikan perintah dan mengulurkan tangannya, siap menyita smartphone siswa nakal itu.

“Privasi pak.” Jawab Reyvan singkat. Reyvan tidak peduli banyaknya sepasang mata menyaksikannya.

“Selama pembelajaran berlangsung sudah aturannya tidak boleh sibuk sendiri.”

“Baiklah. Silakah ambil, setelah jam istirahat saya akan mengambilnya kembali. Kalau tidak, jangan salahkan saya kalau-“

“Baiklah, setelah istirahat kamu bisa mengambilnya.” Pak Wisma segera memotong kalimat siswa nakal itu, ia tahu jika menyita smartphone milik Reyvan dalam waktu yang lama akan menyebabkan kekacauan. Reyvan sudah di kenali oleh guru-guru disekolahnya sebagai siswa paling keras, sekeras batu.

“Kenapa dia tidak makan apa pun.” Jam istirahat kedua, Reyvan mengejutkan teman-temannya. Faran, Helman, Zicho, dan Mikael hampir tersedak karena kaget akibat ulah Reyvan memukul meja. Bukan tanpa alasan, gerak-gerik Anira di dalam smartphone membuatnya resah. Siapa suruh cctv di hubungkan ke perangkatnya, bukankah hanya untuk menciptakan faktor emosi?

Reyvan langsung bangkit meninggalkan makanannya yang masih utuh tanpa di sentuh.

“Reyvan Lo mau ke mana, gak sebaiknya makan dulu?” Helman menegurnya.

“Makan saja, gue pergi sekarang. Sampai jumpa di basecamp seperti biasa.” Ucapnya dan berlalu begitu saja.

“Ada apa dengannya?” tanya Zicho kepada teman-temannya.

“Udahlah, biasa ada kelinci yang harus di kasi makan.” Jawab Faran yang sudah tahu alasan Reyvan pergi begitu saja, Zicho dan Helman kurang tahu masalah baru Reyvan yang menyangkut Anira, lain halnya dengan Faran dan Kael yang sudah melihat langsung masalahnya.

“Emang dia punya peliharaan. Sejak kapan anak itu?” ujar Helman dengan senyum getirnya.

“Makan yang cepat gak betah gue lama-lama di kantin.” Timpal Faran merasa malas berada dalam topik, ia tidak ingin membahas Reyvan.

“Rey mau ke mana?” Lora langsung menghampiri Rey yang sedang mengemasi alat tulisnya lalu memakai jaket.

“Pulang.”

“Bukannya belum selesai pelajaran?”

“Gue ijin ada urusan.” Jawab Reyvan merasa kesal, sapaan Lora terasa mengganggunya.

“Yah main pergi aja. Kenapa sih belakangan ini dia sering nggak masuk.” Lora cemberut, pria idamannya hilang dari pandangan.

“Lora ...” teriak Adel dan Nela secara bersamaan, datang langsung memeluk sahabatnya.

“Cemberut. Kenapa?” tanya Nela sembari menyibak anak rambut Lora yang tersapu angin.

“Dia pergi.” Lora menyandarkan kepalanya di bahu Nela.

“Ke mana?” tanya Adel lagi.

“Duluan pulang. Belakangan ini dia juga jarang masuk.” Lora curhat dengan sahabatnya.

“Uuu ... di tolak sama Rey, hahaha ...” sorakan memenuhi ruangan membuat Lora merasa malu ternyata curhatannya bocor terdengar oleh banyak siswa, mereka bertiga bergegas keluar dengan terburu-buru terutama Lora yang merasa sangat malu.

Reyvan memencet tombol dengan terburu-buru agar pintu apartemennya segera terbuka. Entah apa yang merasukinya hingga ia merasa kuatir kepada gadis tawanannya yang ada di dalam. Padahal keinginan sebelumnya menghukum gadis itu, mengapa sekarang ia malah kasihan kepadanya?

Gadis yang berparas manis sedang berbaring di sofa berbalut selimut tebal, posisi meringkuk Anira membuat Reyvan curiga langsung menempelkan telapak tangannya di kening si gadis.

“Panas, dia demam.” Reyvan memandangi wajah pucat itu lekat-lekat, rambut berantakan gadis itu di rapikannya, bantal yang tidak tepat menyamankan kepala Anira di perbaikinya. Detik itu juga Anira perlahan membuka mata merasakan sentuhan jemari mengangkat kepalanya, kepalanya berdenyut sakit sehingga ia tak bisa menahan rintihan. Matanya terbuka sempurna langsung dijamu oleh wajah tampan yang berhasil membuatnya berdebar, namun segera ia memalingkan wajahnya tidak ingin menatap wajah tampan itu terlalu lama, masih ada kikisan luka di hatinya tentang pria yang berdiri di sampingnya.

“Aku tahu kau tidak makan. Apa sakit itu menyenangkan?” Reyvan langsung melontarkan kalimat pedasnya seolah tak punya hati. Mata bengkak gadis itu mengacaukan pikiran Reyvan apa lagi sikap diamnya.

\_ “Sakit tidak menyenangkan, andai saja aku mati itu akan lebih menyenangkan.” \_

Anira menyahut dalam batinnya, Bagaimana dia makan sedangkan pikiran sedang kacau, lagi pula Reyvan tidak meninggalkan pesan tentang sesuatu yang akan dia makan.

“Kau pikir dengan sakit dengan begitu kau mudah mati?” Anira kaget, apakah Reyvan mengetahui isi pikirannya sehingga pertanyaan keduanya begitu nyambung dengan ungkapan Anira dalam batinnya.

\_ “Aku membencimu.” \_

Omel Anira dalam hati. Setelah itu suara Reyvan tidak terdengar lagi. Kalau begini ia bisa tenang memejamkan matanya, badan meriang membuatnya betah bergulung di dalam selimut untuk kembali tidur, suasana apartemen yang sepi membuatnya lebih tenang. Tenang? Wah tidak setenang yang ia harapkan karena tidak berapa lama ia dibangunkan lagi beserta aroma lezat menyambutnya.

“Bangun! Apa kau lupa harus menuruti perkataanku?” Reyvan mengguncang tangan hangat gadis yang masih lelap itu. Seperti kerbau yang di cocok hidungnya, Anira pun bangkit kendati kepalanya sangat sakit. Ia tidak ingin mendengar suara lelaki itu mengomel, jadi dengan inisiatif sendiri meraih semangkuk bubur panas dari tangan Reyvan.

“Bagus! Kau masih bisa melakukannya sendiri. Awas saja sampai tidak habis.” Lelaki itu dengan ringan mengancam, ia tidak langsung menghubungi dokter tetapi ingin melihat sendiri perkembangan gadis itu.

“Bolehkah aku meminta obat demam?” Anira mengeluarkan suaranya setelah sekian lama tidak merespon ucapan Reyvan. Reyvan mengamati gadis itu terlebih dahulu, senyumannya terukir lagi melihat kesungguhan Anira menghabiskan buburnya. Baginya Anira lebih menarik dan bertambah manis jika menjadi gadis penurut.

“Baiklah aku akan mengambilnya. Aku tidak perlu membayar mahal dokter untuk memeriksamu.”

\_ “Ku kira dia akan sungkan meminta sesuatu.” \_

Reyvan meninggalkan gadis itu merasa semuanya akan baik-baik saja, ia perlu mengganti seragam SMA milinya lalu istirahat sebelum waktunya sore, ia berkumpul bersama teman-temannya sesuai janji. Tentang makan, Reyvan sangat jarang makan, tidak ada yang memperhatikannya. Beruntung fisiknya cukup kuat ia tidak merasakan gangguan apapun pada organ tubuhnya kecuali jika disebabkan perkelahian dan kecelakaan yang menimpanya.

Tanpa diketahui oleh Reyvan ketika kotak obat telah berada di tangan Anira, gadis itu tersenyum miris menuangkan lima tablet obat ke permukaan tangannya kemudian meminumnya sekaligus.

“Begini saja maka aku akan tidur panjang.” Gumam Anira seraya merebahkan badannya menyerahkan pada sofa empuk dan balutan selimut tebal tak lupa ia tersenyum sebelum memejamkan matanya. Gila! Anira memang gila di kuasai oleh tingkat depresinya, pikiran jernihnya sirna terganti oleh pikiran gelap ingin menderita perlahan dalam dosis obat.

1
Tiwi
Kecewa
Tiwi
Buruk
CatLiee: nasibnya Annira atau authornya nih, hehe
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!