NovelToon NovelToon
Sakit, Dituduh Selingkuh

Sakit, Dituduh Selingkuh

Status: sedang berlangsung
Genre:cintapertama / nikahmuda
Popularitas:11.8k
Nilai: 5
Nama Author: Ludia Tola

Pertemuan dianggap sebagai takdir dalam menjalani kehidupan berumah tangga, namun rasa sakit hati yang ditorehkan setiap saat karena dituduh selingkuh secara perlahan mengubah rasa cinta membeku. Kesabaran ada batasnya. Sampai di manakah batas kesabaran yang miliki oleh tokoh yang berperan sebagai istri (Naya)?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ludia Tola, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Hampir Kepergok

Dua hari kemudian dokter sudah memperbolehkan Rona untuk pulang ke rumah dan berobat jalan. Dokter menyarankan agar memberikan perhatian yang cukup kepada Rona untuk mempercepat pemulihannya.

Naya segera berkemas-kemas dan terakhir ia merapikan tempat tidur lalu menghubungi ponsel suaminya.

Ponsel yang dituju sedang aktif tapi tidak diangkat sehingga Naya harus mengulangi panggilan hingga beberapa kali namun hasilnya tetap sama.

Akhirnya Naya keluar sambil menjinjing tas besar dan tangan satunya menggandeng tangan anaknya.

Ia terpaksa menyewa jasa seseorang untuk mengambil barang-barangnya yang masih tinggal di kamar karena tidak mungkin ia meninggalkan Rona sendirian yang masih dalam kondisi lemah.

Setelah semua barang-barangnya sudah terkumpul, sekali lagi ia mencoba untuk menghubungi suaminya tapi tetapi nomor yang dituju sudah tidak aktif.

Mau menghubungi nomor ponsel mertuanya juga akan percuma saja karena mereka masih menjual di pasar pada jam-jam begini.

Akhirnya Naya memutuskan untuk pulang ke rumah menggunakan grab.

Tiba di rumah suasana lengang dan pintu terkunci dari dalam. Naya sangat heran, apalagi setelah melihat sepasang sendal perempuan yang ada di teras rumah.

"Mas, Mas..., kamu ada di dalam? Tolong bukain pintunya!" teriak Naya dengan perasaan yang tidak enak.

Mendengar teriakan istrinya Robin yang sedang bertumbuh mesra dengan Tantri di ruang tengah menjadi panik.

"Kamu nggak usah panik, saya bisa keluar lewat pintu belakang!" kata Tantri dengan santai sambil mengancing kembali kemeja yang dikenakan karena tadi sudah sempat dibuka oleh Robin pada bagian atasnya.

Robin gugup dan gemetar. Ia hanya memandangi Tantri yang sudah melenggang pergi menuju pintu dapur.

"Mas..., Mas...buka pintunya, Rona udah nggak kuat berdiri lama!"

Teriakan Naya semakin kencang membuat Robin semakin gelagapan.

"Iya, tunggu sebentar!" jawabnya.

Robin menghampiri pintu depan dan memutar kunci. Wajahnya masih terlihat sangat gugup.

"Kenapa baju Mas berantakan, gitu?"

Robin baru sadar kalau ternyata kemeja yang dikenakan salah kancing. Kancing paling atas terpasang dengan lubang kancing yang sebelah di bawahnya.

"Oh, Mas baru aja mandi tapi dengar panggilanmu jadinya buru-buru pakai baju,"

"Trus, sendal ini punya siapa?"

Astaga! Wajah Robin semakin pucat karena tidak tahu harus jawab apa. Sendal itu milik Tantri.

"Jawab Mas! siapa punya?"

Naya mulai gusar dan curiga.

"Pasti ada sesuatu yang Mas sembunyikan, pantas aja nggak mau angkat telepon waktu dihubungi agar menjemput kami di rumah sakit,"

Robin memutar otak untuk mencari jawaban yang pas agar istrinya tidak curiga.

"Bu, Rona mau baring," kata Rona dengan suara pelan.

Naya pun menemani anaknya masuk ke kamar membuat hati Robin lega. Buru-buru ia mengambil sendal milik Tantri dan mengantar ke rumahnya. Sendal itu ia buang ke halaman rumah Tantri lalu bergegas pulang dengan perasaan was-was.

"Dari mana, aja?"

Pertanyaan Naya yang tiba-tiba muncul dari balik pintu membuatnya hampir melompat karena kaget.

"Eh, anu... tadi...,"

Belum juga selesai menjawab Naya sudah membalikkan tubuh meninggalkan suaminya yang masih gugup. Ia tidak peduli dengan barang-barang dari rumah sakit yang masih berada di teras karena gerak-gerik suaminya yang sangat mencurigakan telah menambah kesusahan hatinya. Ia masuk ke kamar Rona dan berbaring di sana. Rasa kantuk menyerangnya karena selama tiga hari di rumah sakit ia tidak pernah tidur dengan nyenyak.

Robin menghela nafas dan mengusap dada yang masih dag, Dig, dug itu. Hampir saja ia kedapatan oleh istrinya.

Setelah merasa agak tenang ia masuk ke dalam rumah dan terus ke kamar untuk mencari keberadaan istrinya tapi tidak ada di sana, justru ia disambut dengan layar ponsel yang menyala di atas tempat tidur.

(Mas, kalau situasi di situ udah aman tolong ke rumah soalnya tadi kamu udah terlanjur membangunkan sesuatu dalam diriku dan saat ini tidak bisa diajak kompromi)

Sebuah chat dari Tantri, namun nama dan fotonya tidak muncul karena Robin memang sengaja tidak menyimpan kontak tersebut di dalam ponselnya.

Dada Robin kembali bergetar. Ia mengendap-endap ke kamar anaknya dan mengintip lewat sebuah celah kecil. Tampak Rona dan ibunya sedang tidur lelap bahkan suara dengkuran Naya terdengar secara beraturan.

Robin menjauh dari pintu kamar tersebut dengan langkah yang panjang tapi pelan. Ia tidak memikirkan lagi risiko yang bisa saja terjadi.

Setelah menutup pintu ia mengedarkan pandangan ke segala arah untuk memastikan bahwa tidak ada orang yang akan melihatnya saat melangkahkan kaki ke rumah seorang janda.

Begitu pula ketika tiba di halaman rumah Tantri, terlebih dahulu ia memastikan keadaan sekitar lagi akan lalu meneruskan langkahnya ke samping rumah dan masuk ke dalam melalui jendela yang sudah terbuka lebar.

Tantri sedang sendirian di rumah karena selama pulang dari perantauan, Cantika, anaknya lebih memilih tinggal di rumah kekek dan neneknya.

Tampak kepala Tantri melongok keluar sebentar lalu menutup jendela kembali.

Kemeja yang dikenakan tadi saat ke rumah Robin sudah diganti dengan dress yang tembus pandang dan memperlihatkan semua lekuk tubuh secara jelas karena ia sengaja tidak memakai dalaman.

Robin jadi gelap mata karena sudah beberapa hari ini ia tidak pernah menyalurkan hasrat dalam tubuhnya berhubung istrinya selalu sibuk mengurusi sang buah hati yang sedang sakit.

Begitu pula dengan Tantri, bahkan ia yang lebih agresif menyerang Robin dengan ciuman dan sentuhan yang berbeda dan menimbulkan sensasi yang luar biasa hingga lawannya kewalahan.

Sekali singkap saja, pemandangan indah sudah terpampang nyata di hadapannya. Kulit putih dan mulus serta beberapa bagian yang sangat menantang untuk segera diremas.

Suara desahan dari mulut Tantri semakin menyemangati Robin untuk berbuat lebih.

Tantri sudah tidak sabar lagi, ia dengan cekatan melucuti pakaian Robin yang masih melekat sempurna di tubuhnya.

Astaga! Mulutnya ternganga menyaksikan pemandangan yang sangat menggiurkan. Berbeda dengan yang sering ia lihat pada pasangan sebelumnya.

"Ada apa?" tanya Robin yang heran melihat ekspresi Tantri.

Tantri tersenyum dengan tangan yang mulai meraba-raba sebagai jawaban atas pertanyaan Robin.

"Aauuhh, auuhhh..."

Kini giliran Robin yang mendesah kenikmatan ketika tangan Tantri menyentuh dengan lembut bagian tubuhnya yang sensitif.

"Tok, tok, tok!"

Suara ketukan di pintu membuat keduanya berhenti dari aktifitasnya yang sudah semakin memanas.

Robin dan Tantri saling berpandangan dengan wajah cemas.

"Ibu, Ibu... !" teriak Cantika di luar dengan suara melengking.

Tantri segera mencari baju dan memakainya lalu mengintip dari balik pintu kamar. Di luar ada Cantika bersama Dodi. Ia pun segera memberi kode kepada Robin agar keluar melalui jendela kamar.

Setelah memastikan bahwa semuanya sudah aman, ia pun menghampiri pintu depan lalu membukanya.

"Kok, bukannya lama bangat, Bu?"

"Maaf, tadi Ibu sedang di kamar mandi soalnya sakit perut sejak semalam!"

Dodi nyelonong masuk ke dalam rumah. Tadi ibunya menyuruh untuk mengantar Cantika untuk mengambil pakaiannya yang masih tertinggal di rumahnya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!