Ikhlas ... bukanlah hal yang mudah untuk diterapkan, namun terkadang kita dipaksa untuk menerapkan nya oleh keadaan.
Bellona Ghelsi, memaksa dirinya untuk menelan semua kenyataan pahit dalam hidupnya. Kenyataan bahwa Logan sang suami yang amat ia kagumi sebelumnya, ternyata memiliki hubungan spesial dengan Bella yang merupakan saudaranya sendiri.
Kisah masa lalu Logan dan Bella yang tak diketahui oleh Lona, membuat gadis itu merasa sangat menyesal karena harus hadir diantara mereka.
Melepaskan ..., itulah pilihan Lona! ia ingin kembali membuat jalan kehidupan nya sendiri tanpa hadirnya seorang pria.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon JackRow, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
My Way-33
Terbaring lesu di samping sang ibu, Nyonya Freya tampak membolak-balik album kenangan masa kecil dari para putra-putrinya sore itu,
"Freya ..., kau harus kembali ke rumah Nak! kasihan Bella dan Benedict! mereka pasti mengkhawatirkan mu!" usapan lembut dari jemari keriput Nyonya Letizia membuat sang putri akhirnya duduk dengan menampilkan wajah sendu.
"Mereka sudah cukup besar untuk bisa mengurus diri mereka sendiri, ibu! lagipula Bella juga sudah jarang pulang ke rumah sekarang! dia lebih memilih tinggal di apartemen. Bahkan kemarin ku dengar dia sempat pamit untuk pergi beberapa hari ke luar kota bersama rekan kerjanya, diriku sungguh kesepian di rumah itu, ibu-,"
"Andai saja kau menuruti ayah mu ini dari dulu! kehidupan mu pasti tak akan seperti ini Freya! sifat mu yang keras kepala dan memilih untuk meninggalkan Julius demi hidup bersama Darent! astaga, Tuhan! tolong jangan melimpahkan hukuman atas dosa putri ku pada cucu kesayangan ku! Lona sungguh berhak mendapatkan kebahagiaan nya, ia berhak memiliki kehidupan yang lebih baik! tolong lindungi lah cucuku!" Tuan Alberto berbicara dengan nada yang begitu rendah namun cukup tegas terdengar di telinga istri juga putrinya.
"Ayah! aku sungguh minta maaf! ini semua memang kesalahan ku! tolong lakukan sesuatu, ayah! tolong temukan keberadaan putri ku! aku sungguh ingin kembali memeluk putri ku!" Nyonya Freya seketika berlutut dihadapan pria berambut putih yang terduduk dengan wajah datar di depan perapian.
Isak tangis serta buliran air mata semakin tampak mengalir deras di pipi Nyonya Freya saat ia mengingat semua ketidak adilan yang diterima oleh Bellona semasa mereka masih tinggal bersama.
"Mom ..., granny!" suara Benedict tampak memecah keheningan di antara ketiga orang tua yang kini saling mendiamkan diri di ruang keluarga.
"Kau kemari Ben?" Nyonya Letizia tersenyum lembut dan meraih lengan Benedict untuk duduk di sampingnya.
"Aku tak bisa membiarkan mom terus menerus seperti ini granny, kakek! jadi tolong biarkan diriku mencari keberadaan Lona! aku-, aku juga merindukan gadis kekanakan itu! aku sungguh menyesal karena sering berbicara yang bukan-bukan tentang dirinya!" suara Benedict terdengar bergetar, matanya pun kini telah berkaca-kaca.
Haruskah diriku sendiri yang turun tangan untuk kali ini? apa Ghelsi bisa menerima permintaan ku untuk kembali?
Tuan Alberto kembali menyandarkan kepalanya pada kursi rotan sembari memejamkan mata setiap kali ia mengingat sang cucu kesayangan.
******
Matahari perlahan mulai berpindah ke ufuk barat, Rafayel tampak memeriksa arloji berwarna silver yang melingkar pada pergelangan tangan kanannya,
"Ayolah Rafayel! kita bisa mencoba untuk berselancar sesaat bukan?"
"Maaf! aku sungguh minta maaf, karena tak bisa memenuhi ajakan mu untuk kali ini Cullen! aku sedang buru-buru sekarang! mungkin lain kali!"
"Baiklah! akan ku tunggu tantangan dari mu! see you, bro!" pria dengan kemeja berwarna abu-abu itu tampak menonjok pelan dada Rafayel.
Melangkah tergesa menuju area mobilnya, Rafayel kembali tersenyum saat mengingat ada hal istimewa yang kini berada di apartemen mewah miliknya.
"Astaga! ponsel Nona ada di mobil ini dari kemarin?" kenapa dia sama sekali tak menanyakan nya padaku?" Rafayel tampak memeriksa gawai yang sempat ia letakkan sembarangan saat Lona sempat pingsan.
"Cantik! meskipun sedikit ketus! aaaaaghh, kurasa diriku benar-benar menginginkan nya!" sang model pria papan atas itu tampak kembali berbicara dan tersenyum seorang diri saat melihat foto dari Bellona Ghelsi.
"Apa dia sudah makan? haruskah aku menelfon ke apartemen? tidak! sebaiknya aku segera pulang! akan lebih menyenangkan mendengar semua celotehan yang keluar dari bibir tipisnya daripada harus berbicara melalui saluran telepon." Rafayel pun seketika! melajukan kendaraan Porsche Panamera miliknya dengan kecepatan di atas rata-rata.
Wajah tampan yang semula terlihat begitu serius mengendalikan mobil itu seketika berubah cerah, saat kendaraan memasuki gerbang apartemen.
"Apa yang kau lakukan Nona?"
"Oo-oh! kau sudah kembali?"
"Tentu! aku merindukanmu!" Rafayel menubruk tubuh Ghelsi dan membuat gadis itu menghentikan aktivitasnya.