🚧CERITA INI HANYA KHALAYAN OTHOR SEMATA, JANGAN MASUKKAN KE DALAM HATI. MASUKKAN SAJA KE DALAM ❤(+) FAVORIT🚧
Dipertemukan dengan CEO galak beserta dengan putrinya yang selalu mengganggu membuat hidupku jungkir balik.
Suatu hari bocah itu memanggilku dengan sebutan 'mommy'.
Apa yang harus kulakukan? Bagaimana caraku menghadapi CEO dingin dengan mata setajam pedang itu?
Klik 'Mulai Baca' untuk mengetahui kisahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kacan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BERTEMU KEMBALI
Fara meraba saku celananya dengan wajah panik, dia tidak mendapati dompet yang tadinya dia letakkan di dalam saku celananya.
Wanita itu kembali masuk ke dalam mobil dan mencari-cari keberadaan dompetnya. Fara terdiam sesaat, dia mencoba mengingat-ngingat dan benar saja dirinya merasa sudah membawa dompet. Tapi, kenapa sekarang tidak ada?
Fara menggaruk kepalanya, dia merasa sangat bingung, pak Roni yang berada di dalam mobil turut membantu istri tuannya. Namun, hasilnya nihil. Dompet Fara tidak dapat ditemukan.
“Sayang banget uang 500 ribu milikku.” Fara terduduk lesu di dalam mobil.
Dia tidak ingin pulang dengan sia-sia, Fara berniat membuatkan jamu untuk suaminya yang terlihat lelah dan mengalami pegal-pegal. Bisa saja dirinya membeli agar lebih praktis. Akan tetapi, jamu yang dibuat sendiri rasanya berbeda dengan jamu yang dibeli, mulai dari kekentalan hingga rasanya.
Mata Fara terpejam sejenak, lalu dia mendapatkan sebuah solusi. Yaitu, meminjam uang pak Roni terlebih dahulu dan akan dirinya ganti ketika sudah berada di rumah.
“Pak, saya boleh pinjam uang seratus ribu?” tanya Fara dengan perasaan sungkan.
“Tentu saja boleh. Ini, Nyonya.” Pak Roni memberikan dua lembar uang seratus ribu pada istri tuannya.
Dahi Fara mengernyit, dia hanya meminta satu lembar saja. Tapi, pak Roni malah melebihkannya.
Apa mungkin pak Roni salah dengar? Pikir Fara.
“Untuk berjaga-jaga jika kurang, Nyonya,” ucap pak Roni.
“Ah iya ya … terima kasih, Pak. Saya belanja sebentar.”
Begitu menerima uang yang diberikan oleh pak Roni, Fara langsung memasuki pasar tradisional dan mencari bahan-bahan untuk membuat jamu. Kepala Fara celingak-celinguk ke sekitar kerumunan orang-orang yang sedang melakukan transaksi jual beli.
Bibir Fara melengkung indah saat matanya mendapati penjual induk kunyit dan juga gula merah.
Dirinya mendatangi penjual itu lalu membeli dagangannya tanpa menawar karena kondisi keuangannya jauh lebih baik daripada sebelumnya. Jadi, dia tidak mau menawar pada pedagang kecil yang juga sedang berjuang untuk menyambung hidup.
Fara sudah mendapatkan apa yang dirinya butuhkan, tinggal beberapa bahan lagi yang harus dicarinya. Keringat mengalir dari pelipis, lalu menetes hingga ke bawah.
Kondisi pasar yang ramai membuat keringat Fara terus menetes.
“Yeay, sudah semua. Saatnya pulang sebelum Ainsley pulang sekolah. Bisa menangis gadis kecilku jika tidak melihat keberadaanku di rumah,” guman Fara dengan tersenyum geli sambil menggelengkan kepala mengingat Ainsley yang selalu menangis jika tidak melihat keberadaan dirinya.
Sebelum kembali berjalan menuju tempat pak Roni memarkirkan mobil, hidung Fara mencium aroma kue pukis yang begitu mengunggah seleras.
Dia melangkahkan kakinya ke arah penjual kue pukis yang berada di sekitaran pasar.
“Pak, satunya berapa?” tanya Fara pada si pedagang sambil menatap penuh minat pada kue pukis yang masih dimasak.
“Satunya tiga ribu. Tapi, kalau beli dua harganya jadi lima ribu saja, Mbak,” jawab si pedagang dengan ramah.
“Saya beli lima puluh ribu ya, Pak. Satu plastik yang dua puluh ribu, yang satunya tiga puluh ribu,” ucap Fara.
“Siap, Mbak,” sahut pedagang itu dengan wajah sumeringah karena dagangannya laris manis.
Mata Fara mengikuti gerakkan tangan penjual kue pakis yang sedang mencungkil kue itu ketika sudah matang dan meletakkannya ke dalam plastik yang sudah dialasi dengan daun pisang.
Aroma kue pukis yang begitu menggoda membuat dirinya semakin tidak sabar untuk menyantap kue itu dengan segera. Mata Fara berbinar saat si penjual memberikan dua plastik kue pukis yang masih mengepulkan asap.
Dengan wajah bahagia Fara menerima plastik berisikan kue pukis, lalu memberikan uang pas ke pada si penjual.
Fara membuka sedikit plastik kue yang dipegangnya sambil mengirup aroma kue itu, dia yang tidak fokus saat berjalan membuat tubuhnya tidak sengaja menabrak seseorang.
“Maaf, maaf.” Fara meminta maaf pada orang yang tidak sengaja ditabraknya tanpa tau siapa sosok itu.
Begitu Fara mengangkat kepala, spontan matanya membelalak lebar saat mengetahui jika orang yang tidak sengaja ditabraknya adalah pria yang berhenti mendadak saat di jalanan tadi.
“Kauu!” Tunjuk Fara.
Mulut Fara terbuka hendak mengeluarkan semburan andalannya. Namun, hal itu urung saat pria berparas bule yang di hadapannya menyodorkan sebuah dompet. Oh astaga! Itu dompet yang dicari-cari Fara sedari tadi. Dia mengambil dompet miliknya, lalu tidak lupa mengucapkan terima kasih dengan nada jutek.
“Sama-sama. Boleh saya minta nomor ponsel kamu?” tanya Pria itu dengan wajah sok keren.
Mata Fara menyipit curiga, daripada berlama-lama menghadapi pria di depannya Fara memilih melenggang pergi tanpa mau menjawab pertanyaan pria berkacamata hitam tersebut.
***
Di perusahan Devan Corporation, sang pemilik sedang mendengarkan semua informasi dari Jhon yang mengatakan jika pria yang paling dibencinya bertemu dengan Fara.
“Bagaimana bisa dia datang lagi ke Negara ini?!” Devan menggebrak mejanya dengan emosi yang meletup-letup.
“Sepertinya hal itu bukan sesuatu yang direncakan, Tuan. Pertemuan itu terlihat seperti ketidaksengajaan.”
Devan kembali menggebrak meja, dirinya tidak suka dengan jawaban yang keluar dari mulut Jhon.
Dia paling tidak menyukai hal yang diterka-terka atau tidak pasti.
“Aku tidak percaya pada pria baji-ngan seperti dia! Kau perintahkan ke pada dua anak buah itu untuk terus mengawasi Fara dengan pria itu!”
“Baik, Tuan.”
Devan menyenderkan kepalanya pada kursi yang dia duduki. Dirinya merasa kalut mengingat sepenggal kenangan pahit yang sampai saat ini tidak bisa dilupakan. Sebuah kisah pupusnya harapan untuk bisa bersama dengan wanita yang dia cintai, dan harus merelakannya untuk seorang pria baji-ngan.
***
Fara sudah tiba di kediaman Devan. Wanita itu membagikan kue pukis yang dia beli di pasar tadi pada asisten rumah tangga, satpam dan supir.
“Ini uang yang tadi, Pak. Terima kasih ya.”
“Sama-sama, Nyonya.” Pak Roni menerima uang itu dengan senang hati.
Fara memasuki wilayah dapur dan meminta bantuan asisten rumah tangga untuk membuat jamu.
Sebenarnya Fara tidak yakin jika Devan mau meminum jamu mengingat pria itu bukanlah warga lokal. Tapi, apa salahnya mencoba.
Waktu memasuki jam makan siang, Ainsley sudah pulang dari tempatnya bersekolah. Kini Fara sudah menyelesaikan acara membuat jamunya.
Seharian wanita itu menemani Ainsley tidur siang dan juga belajar. Hingga tidak terasa waktu sudah berganti menjadil malam. Fara dan gadis kecil berusia lima tahun itu menunggu Devan yang tak kunjung pulang padahal jam makan malam sudah lewat.
Tidak ingin membuat sang anak menunggu, Fara memutuskan untuk menyuapi Ainsley makan lebih dulu. Barulah setelahnya dia menemani sang anak sampai tertidur.
Banyak pertanyaan yang ke luar dari mulut Ainsley tentang kenapa daddy-nya belum juga pulang. Namun, Fara menjawab jika Devan sedang memiliki banyak pekerjaan sehingga bocah itu tidak lagi bertanya dan mulai
memejamkan mata.
Jam sudah memasuki tengah malam. Namun, Devan belum juga pulang ke rumah. Fara merasa khawatir, dia memutuskan untuk menghubungi pria itu. Tetapi, panggilannya tidak diangkat.
Fara memilih untuk turun ke bawah dan menunggu Devan pulang. Hingga sebuah suara deru mobil menandakan jika pria itu sudah tiba.
“Nyonya ….”
Bersambung ….
Kira-kira apa yang sedang terjadi pada Devan?
kalau gak aku demo pakai like kamu thorrr!! 😭😭😭😭
nanti Mak beti marah🤣🤣🤣😆😆😆
astaga... semoga hari author Senin selalu...😭😭😭
jadinya burung hantu....😆😆😆
selamat membatin mommy...🤣🤣😆😆
Fara hamil anak kandung'mu...
bahahakkkk 🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
cepat... cepat...
takut'y klo lambat kenapa² tar keguguran....
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
kita liat apakah Devan cembuluu....