“Jangan sok suci, Kayuna! Kalau bukan aku yang menikahimu, kau hanya akan menjadi gadis murahan yang berkeliling menjual diri!”
Demi melunasi hutang ayahnya, Kayuna terpaksa menikah dengan Niko — CEO kejam nan tempramental. Ia kerap menerima hinaan dan siksaan fisik dari suaminya.
Setelah kehilangan bayinya dan mengetahui Niko bermain belakang dengan wanita lain. Tak hanya depresi, hidup Kayuna pun hancur sepenuhnya.
Namun, di titik terendahnya, muncul Shadow Cure — geng misterius yang membantunya bangkit. Dari gadis lemah, Kayuna berubah menjadi sosok yang siap membalas dendam terhadap orang-orang yang menghancurkannya.
Akankah Kayuna mampu menuntaskan dendamnya??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SooYuu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 15
Sorot matahari pagi menyapu lembut pelataran rumah besar. Pantulan hangat dari kaca mobil mewah tanpa atap — menerpa wajah Niko yang duduk di kursi kemudi. Dengan jas hitam yang terpasang rapi dan memakai kacamata berlensa transparan, menambah kesan wibawanya.
Jari-jarinya mengetuk pelan stir mobil, seolah tak sabaran menunggu sang istri yang tak kunjung keluar rumah. “Lama sekali wanita itu,” keluhnya.
Tak lama, Kayuna keluar dari rumah. Niko membelalak — menurunkan kacamatanya, kala melihat penampilan istrinya.
Wanita itu memakai gaun bernuansa glamor berwarna maroon mencolok. Dipadukan dengan topi kecil bergaya putri inggris. Langkahnya anggun menuju ke mobil. “Maaf, lama ya nunggunya, Mas?”
Niko masih ternganga, tatapannya menelusuri dari ujung kaki hingga rambut istrinya. “Apa yang kau kenakan?”
“Bukankah kita akan pergi ke pertemuan penting?” tanya Kayuna.
“Kau gila?! Kita akan rapat, bukan ke tempat pesta!” bentak Niko.
Kayuna tersentak, namun ia segera kembali membusungkan dada. “Kamu bilang aku nggak perlu pura-pura lagi di depan temanmu itu. Ya sudah, memang beginilah diriku dan gayaku yang sebenarnya,” jawabnya dengan berani.
Niko menghela napas berat. “Kau pikir aku lelucon?” dengusnya tajam. “Jangan bikin malu, Kayuna.”
Kayuna mendesah malas. “Haruskah aku ganti baju lagi? Tapi ini akan memakan banyak waktu,” ujarnya.
Niko menatap arloji di pergelangan tangannya. “Sial, udah mau telat lagi,” gumamnya. “Ya sudah, cepat masuk mobil,” ucapnya akhirnya.
“Okay ….” Kayuna segera berlari kecil menuju pintu penumpang.
Dia duduk dengan tenang, lalu memakai sabuk pengaman. Sementara Niko masih menatapnya terheran.
‘Apa yang terjadi padanya? Siksaanku membuatnya gila? Atau bawaan kehamilannya? Dia sangat aneh belakangan ini.’ Niko terus bertanya-tanya dalam hati.
“Kenapa, Mas? Ada masalah?” tanya Kayuna saat menyadari tatapan bingung suaminya.
Niko mengalihkan wajah. “Kenapa Yudha sangat ingin bertemu denganmu? Kau hanya merepotkanku.”
“Dia temanmu, kenapa bertanya padaku. Aku pun tak mengenalnya,” sahut Kayuna dengan nada santai.
“Nada bicaramu … semakin berani sekarang.” Niko membalas sambil menginjak gas mobilnya.
“Kau suamiku, apa yang perlu kutakutkan? Aku sudah terbiasa.” Kayuna kembali menjawab dengan tenang.
“Kau —”
“Bangunin aku kalau sudah sampai,” cetus Kayuna sambil menyandarkan bahunya, lalu memejamkan matanya.
“Kau benar-benar ….” Niko menarik napas kesal. “Kalau bukan karena Yudha calon investor, aku nggak sudi membawamu ke pertemuan penting ini,” desisnya pelan.
Kayuna membuka matanya, wajahnya memantul di kaca jendela mobil. ‘Kalau bukan demi mengumpulkan bukti kejahatanmu, aku juga nggak sudi menuruti perintahmu. Sebelum aku mati, kau … harus dihukum, Niko,’ sumpahnya dalam hati.
***
Di sebuah resto ternama. Niko berjalan penuh percaya diri, disusul oleh Kayuna yang melangkah dengan anggun di belakangnya.
Kevin sudah berada di lokasi, ia buru-buru menghampiri bosnya, sementara Airin mengikuti di sampingnya.
Mata Airin langsung tertuju pada Kayuna. “Bu Kayuna juga ikut?” tanyanya.
“Iya, investor ingin menemui istriku,” jawab Niko tanpa sadar.
‘Istriku?’ batin Airin membara.
“Hai, Rin.” Kayuna mengulurkan tangan — memeluk sahabatnya itu.
Airin sedikit kaget, tapi ia segera merespon dan balik memeluk Kayuna. Namun matanya masih terus menajam pada Niko yang berdiri menatapnya.
Niko menelan ludah, lalu memberi isyarat dengan bahasa wajah.
‘Wangi ini … benar, aroma parfume yang menempel di kemeja Niko yang kucuci waktu itu. Kalian benar-benar main belakang?’ Kayuna menyeringai remeh dalam hati.
Kayuna masih berusaha menahan diri, agar tak gegabah demi melancarkan rencananya yang baru saja dimulai. “Udah lama ya nggak ketemu, Rin,” ujarnya.
“Hah?” Airin tergagap, lalu melepas dekapannya. “Itu … bukankah kita bertemu terakhir kali di rumah sakit?”
“Kamu benar,” jawab Kayuna. “Lain kali kita ketemuan ya, makan atau ke mana gitu.” Ia lalu meraih tangan Niko dan menggandengnya menuju ruang rapat, sengaja membuat Airin kesal.
Airin menyusul dengan langkah berat, wajahnya memerah — mendidih, menahan emosi. ‘Kenapa wanita itu tiba-tiba ikut rapat? Seharusnya aku yang dampingi Niko hari ini,’ batinnya menggerutu.
“Apa yang kau lakukan?” bisik Niko pada Kayuna.
Kayuna mendekatkan wajahnya di telinga Niko. “Temanmu tau kita menikah, kamu mau memperkenalkan aku sebagai istri bukan?”
“Jangan bertingkah, Kayuna. Cukup diam saja, jangan banyak bicara saat bertemu Yudha.” Niko kembali menekankan ucapannya.
“Bukankah Yudha penasaran denganku? Aku harus banyak bicara untuk membuat investor itu tertarik, kan? Kenapa mengajakku kalau hanya disuruh diam,” cetus Kayuna.
“Dia hanya penasaran seperti apa istriku, bukan karena tertarik denganmu. Jangan besar kepala kau,” balas Niko dengan pelan.
Kayuna memutar bola matanya malas. “Nyenyenye,” gumamnya sambil komat-kamit sendiri.
Tiba di depan pintu dengan lapisan kayu tua, dihiasi dengan ukiran naga yang membelit gagang logam berwarna emas. Cahaya temaram dari dalam ruangan tampak misterius kala Kevin membuka lebar pintu tersebut.
“Mohon maaf, Pak Yudha hanya bersedia bertemu dengan Pak Niko beserta Istrinya. Saya harap para asisten ataupun sekretaris tidak perlu ikut masuk,” ucap seorang perempuan berpenampilan rapi dan berwajah serius. Ia menghampiri di dekat pintu — menyambut tamu yang sudah ditunggu oleh bosnya.
“Benarkah? Yudha tidak memberitahu sebelumnya,” sahut Niko.
“Maaf, Pak. Sebelumnya Pak Yudha sudah memberitahu saya, tapi saya ada urusan mendesak dan meminta Airin menyampaikan pesannya kepada Anda,” ujar Kevin sambil menunduk.
Niko langsung menatapnya dengan tajam, lalu menggeser pandangannya pada Airin. “Benar, Airin?”
Airin membeliak panik. “Anu … itu, Pak. Saya —”
“Lain kali perhatikan pekerjaanmu, Airin,” potong Kayuna dengan cepat. Tatapannya mengintimidasi. “Sampaikan informasi dengan cepat dan tepat, seharusnya kamu tidak perlu repot-repot ikut ke sini kan, kalau kamu bisa mengingat dan mengatur jadwal dengan benar.”
Airin menelan ludah, bibirnya mengatup rapat, jari-jarinya saling memijat kuat. “Saya mohon maaf, Bu.”
“Apa kau masih layak menjadi sekretaris pribadi suamiku? Hal penting seperti ini saja kau lalai,” tekan Kayuna sengaja menjatuhkan harga diri Airin. 'Kena kau!' batinnya menyeringai.
Niko mendadak tertegun, seolah tak percaya istrinya berani menegur karyawannya yang tak lain adalah sahabatnya sendiri. Begitu juga dengan Kevin yang tampak kaget mendengar kelugasan istri bosnya.
Padahal, ini adalah bagian dari rencana Airin. Ia sengaja tak memberitahu Niko tentang permintaan investor, dia berencana ingin menggantikan posisi Kayuna dan menemani Niko menghadiri rapat tersebut. Sialnya, Yudha sempat menghubungi Niko secara pribadi, dan memintanya membawa Kayuna untuk datang ke pertemuan penting itu.
Airin menahan napas, dadanya sesak dipenuhi rasa cemburu, marah, bahkan menahan malu di depan orang-orang yang menatap remeh dirinya. ‘Sial! Kayuna merusak semuanya. Kevin … mulut embernya itu,’ gerutunya dalam hati.
“Silakan masuk, Pak, Bu,” ucap si asisten wanita yang sejak tadi berdiri menyambut mereka.
“Baiklah …,” sahut Niko. “Kevin, bawa Airin kembali ke kantor. Tunggu sanksi dari saya,” ucapnya berlagak bijak di depan Kayuna.
“Baik, Pak.” Kevin mengangguk, lalu membawa Airin keluar dari resto tersebut.
Kayuna tersenyum tipis, merasa puas berhasil mengusir rivalnya dengan cara elegan.
Keduanya lalu masuk ke ruangan tempat rapat investor. Mata Kayuna melebar saat melihat sosok pria yang duduk di sudut ruangan. “Dia —”
*
*
Bersambung ….