NovelToon NovelToon
Gadis Kecil Milik Sang Juragan

Gadis Kecil Milik Sang Juragan

Status: sedang berlangsung
Genre:Duda / Selingkuh / Obsesi / Beda Usia / Romansa
Popularitas:4.3k
Nilai: 5
Nama Author: PenulisGaje

Armand bukanlah tipe pria pemilih. Namun di umurnya yang sudah menginjak 40 tahun, Armand yang berstatus duda tak ingin lagi gegabah dalam memilih pasangan hidup. Tidak ingin kembali gagal dalam mengarungi bahtera rumah tangga untuk yang kedua kalinya, Armand hingga kini masih betah menjomblo.

Kriteria Armand dalam memilih pasangan tidaklah muluk-muluk. Perempuan berpenampilan seksi dan sangat cantik sekali pun tak lagi menarik di matanya. Bahkan tidak seperti salah seorang temannya yang kerap kali memamerkan bisa menaklukkan berbagai jenis wanita, Armand tetap tak bergeming dengan kesendiriannya.

Lalu, apakah Armand tetap menyandang status duda usai perceraiannya 6 tahun silam? Ataukah Armand akhirnya bisa menemukan pelabuhan terakhir, yang bisa mencintai Armand sepenuh hati serta mengobati trauma masa lalu akibat perceraiannya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon PenulisGaje, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Prolog - Luka

Ruangan itu terlihat terang benderang. Di dalam kamar yang terbilang luas dan hampir keseluruhan ornamennya terbuat dari bahan kayu berkualitas tinggi tersebut, Armand berdiri di dekat dengan tatapan mengarah lurus memandangi pemandangan yang ada di luar sana. Memang tidak ada hal menarik yang bisa dipandang. Akan tetapi, pekatnya langit malam seakan bisa sedikit menenangkan perasaannya yang sedang tidak baik-baik saja.

Tatapan Armand begitu tajam. Kemarahan tampak jelas di sorot matanya. Meski bibirnya terkatup rapat, namun kedua tangan yang menyilang di balik punggung tergenggam begitu erat. Sudah lebih dari 5 menit Armand tetap bertahan di posisinya itu. Tak berkata apa-apa, hanya helaan napasnya yang terdengar.

Lalu, saat kemarahan sudah tak bisa lagi ia bendung, Armand pun memejamkan kedua matanya rapat.

Armand tak tahu lagi harus mengatakan apa. Semua yang dilihatnya serasa benar-benar nyata. Kesakitan serta kemarahan yang menggerogoti hatinya membuat Armand tak berdaya. Bahkan setelah sekian bulan berlalu, semua kilasan tersebut terus berputar di benaknya bagaikan kaset rusak. Kilasan tersebut tak mau pergi. Yang ada terus membayangi di sepanjang Armand melangkah.

"Mas... "

Panggilan bernada lembut nan merayu tersebut membuat Armand membuka cepat kedua kelopak matanya yang tadi tertutup. Seraya mengumpulkan ketenangan diri, perlahan Armand berbalik dan langsung menghadap ke arah pintu yang entah sejak kapan telah terbuka lebar. Di tengah pintu yang terbuka tersebut, berdiri sesosok wanita dalam balutan pakaian sangat minim dan tipis. Bahkan dari jarak yang terbilang cukup jauh, Armand bisa melihat jika wanita tersebut tak mengenakan apa-apa di balik pakaian yang dipakainya.

Wanita itu tersenyum sangat manis. Senyum yang dulunya membuat Armand merasakan seperti apa rasanya jatuh cinta pada pandangan pertama.

Tak ada yang berubah. Semuanya masih sama seperti dulu. Hanya saja wanita itu semakin terlihat dewasa dan pastinya terlihat semakin memikat.

"Kok mas Armand masih belum juga mandi? Aku udah nungguin mas Armand dari tadi loh."

"Ayo kita bercerai saja, Lin." Kalimat tersebut keluar begitu saja dari bibir Armand tanpa bisa ia tahan-tahan lagi.

"Jangan bercanda deh, mas." Lina mendengus kesal. Kedua tangannya ia silangkan di depan dada seraya kembali berkata, "Emangnya mas Armand nggak capek apa ngomongin hal itu terus selama beberapa bulan terakhir? Bukannya aku udah bilang, kalau sampai kamu gugat cerai aku, detik itu juga kamu bakalan ngeliat mayatku terbujur kaku di depan matamu. Jadi, camkan itu di kepalamu baik-baik. Gak bakalan pernah ada perceraian diantara kita!"

"Kau ingin bunuh diri, begitu?" Armand tersenyum miring. Ancaman yang selalu sama didengarnya itu dulu membuatnya selalu tak berdaya. Tapi kini, Armand sudah benar-benar muak. "Silahkan kalau kau ingin melakukan niat gilamu itu! " Lanjut Armand tak ingin lagi mengalah.

"MAS... " Lina berteriak kencang. Tak peduli apakah suaranya akan terdengar sampai ke tetangga sebelah. "Ingat janjimu dulu. Janji yang kamu ucapkan saat akan menikahiku." imbuh Lina mengingatkan akan janji yang pernah Armand ucapkan.

Armand tersenyum pedih. Hanya karena sebuah janji, kini Armand merasakan tubuhnya bagaikan diikat dengan rantai yang begitu erat, sampai-sampai Armand tak tahu bagaimana harus melepaskan dirinya.

"Aku capek, Lin." Suara Armand benar-benar terdengar lelah. Bahkan saat melanjutkan, suaranya seakan tak lagi memiliki semangat hidup di dalamnya, "Baik kau maupun aku, kita berdua sama-sama tahu bahwa pernikahan ini tak lagi dapat dipertahankan. Nggak ada lagi kebahagiaan yang tersisa, seperti di awal pernikahan kita."

"Persetan dengan semua itu!" Lina menyergah. Keinginan yang tadi begitu menggebu-gebu untuk bercinta dengan suaminya langsung hilang begitu saja. "Sampai mati pun, aku nggak akan pernah melepaskanmu." Ucap Lina lagi.

"Sebenarnya untuk apa kau ingin tetap mempertahankan pernikahan kita ini?" Tanya Armand lelah. Saat melihat wanita yang berstatus sebagai istrinya itu tak juga memberikan jawaban, Armand kembali buka suara dengan mengatakan, "Aku sudah pernah bilang bahwa aku merelakan kau mencari kebahagiaan lain di luar sana karena ternyata selama ini kau merasa nggak benar-benar bahagia dengan pernikahan kita ini. Jadi, untuk kebahagiaanmu dan juga untuk ketenangan pikiran serta hatiku, ayo kita selesaikan semua ini secara baik-baik. Jangan ada pertengkaran ataupun yang mengganjal nantinya."

"Sudah aku bilang kalau kita nggak akan pernah berpisah. Aku sudah meminta maaf dan mas Armand sudah memaafkanku. Kita akhiri pembicaraan kita ini sampai di sini. Istirahatlah! Biar besok pikiran mas Armand lebih jernih dan nggak akan lagi ngungkit hal yang sama seperti ini."

Usai mengatakan kalimat tersebut, Lina langsung membalikkan badan dan kemudian pergi dari sana.

Sementara Armand yang ditinggalkan dalam ketermanguan hanya bisa tetap berdiri di tempatnya semula sembari menahan perih akibat luka di hati serta harus kembali menekan rasa menyesak yang menggumpal dalam dada.

Andai tak terikat janji dengan sosok yang sangat ia hormati serta sayangi, sudah lama Armand akan melangkah pergi tanpa mempedulikan apapun lagi.

Akan tetapi, sampai saat ini Armand tak bisa melakukan apapun. Bahkan tempat untuk berkeluh kesah pun Armand tak punya. Bukan karena Armand tak memiliki teman, hanya saja pantang bagi Armand untuk menceritakan perihal apa saja yang terjadi di dalam biduk rumah tangga yang sudah diarunginya selama lebih dari 6 tahun itu kepada orang lain. Jangankan kepada teman, Armand bahkan tak mau mengatakan apapun yang dirasakannya di depan keluarganya sendiri.

Luka itu sampai saat ini masih berdarah dan menganga. Bahkan mungkin tak akan bisa sembuh bila Armand tak juga menemukan jalan untuk mengakhiri ini semua.

1
Ana Umi N
lanjut kak
y0urdr3amb0y
Wuih, penulisnya hebat banget dalam menggambarkan emosi.
Alucard
love your story, thor! Keep it up ❤️
PenulisGaje: makasih udah mau mampir dan baca cerita saya 🤗
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!