[⚠️Disclaimer ⚠️
Jangan singgah kalau tak sungguh. Jangan buka bab kalau sekadar kepo di awal, apalagi cuma boom like doang. Ikuti cerita ini sampai tamat, rasakan sensasi punya bestie yang cetar membahana badai.]
.
Popoy, Gilang dan Lele adalah sahabat satu geng yang membagongkan. Masuknya Gilang sebagai anak baru memunculkan gonjang-ganjing dunia persilatan.
Lele, pewaris Uchiha yang adalah jelmaan Sarada akan membawa kalian semua ke dalam cerita anak SMA terdahsyat sedunia menembus universe alam khayal hingga alam barzah.
Bacalah, maka kalian akan menemukan teori konspirasi di dalamnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bulan Separuh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Lele Cepu!
Dengan segala drama gue bingung milih antara nelepon Gilang atau enggak, sampai gue metikin bunga properti villa, gue cabut-cabutin kelopaknya sambil hitungin "telepon, enggak, telepon, enggak,..." Juga gue samperin suara tokek di kebun belakang sambil gue hitungin "telepon, enggak, telepon, enggak,..."
Juga gue samperin para penghuni seberang yang lagi main pingpong sambil gue hitungin "telepon, enggak, telepon, enggak,..." Gue juga jalan ke gang depan, gue nemu meteran listrik rumah orang bunyi, gue pun jongkok di depannya sambil gue hitungin "telepon, enggak, telepon, enggak,..."
Gila!
"Lu ngapain sih Poy? Gue cariin kemana-mana tahunya lu bengong di sini, depan kolam sendirian. Kesambet baru rasa lu!" kata Dwi.
"Hah? Kesambet?" kata gue yang tiba-tiba terilhami ide. Kalau gue kesambet kan ada Gilang yang nolongin. Gue jadi inget anak-anak yang tepar pas upacara bendera. Mereka ditolongin Gilang dan stay di UKS.
Kalau gue ke lokasi camping Puput terus gue pura-pura kesambet, gue bakal disuruh istirahat dong di tenda. Asik dong jadinya gue bisa healing di sana, ikut liburan di alam.
"Wah! Ide bagus, Wik! Gimana kalau gue kesambet aja!" kata gue spontan sambil bangkit berdiri. Ya elah dari tadi gue cuma jongkok-jongkok lama kaya orang boker di pinggir kolam. Gue pun beranjak dan jalan balik ke homestay.
"Eh? Gue barusan ngomong apa dah?" kata Dwi sambil garuk-garuk kepala dan ngikutin gue jalan dari belakang.
"Ladies... Akhirnya gue putuskan, gue nelepon Gilang aja!" kata gue begitu sampai di teras. "Ni anak ngapa sih?" tanya Dwi. "Dia daritadi bingung mau nelepon Gilang apa enggak," kata Nita. "Tahu tuh, ribet banget hidup lu, Le," kata Reka.
Gue pun nelepon Gilang. Gilang ngasih tahu di mana lokasinya dengan cara shareloc.
"Tapi lu ga bisa sembarangan ke sini, Le. Lu cuma akan diterima sebagai pengunjung di jam-jam tertentu. Nanti ada anjungan khusus tamu dan jam kunjung juga dibatasin," jelas Gilang.
"Jam berapa aja tuh? Durasi kunjungan berapa lama? Gue kepo banget anjoy, pingin ngelihat kegiatan di sana juga pingin jenguk sohib gue gimana kabarnya. Kehilangan banget tahu gue selama beberapa hari ini," kata gue.
"Kabar gue baik-baik aja, Le. Nanti kita ketemu ya," kata Gilang. "Bukan elu, Gay! Yang gue maksud itu Papoy," protes gue.
"Lah sama gue enggak? Kan udah lama juga kita ga teleponan, Le. Apalagi sleepcall-an, boro-boro kan?" kata Gilang. "Heh, kambing, jangan sebut-sebut sleepcall-sleepcall lagi ya! Awas lu kalau berani nyebut-nyebut itu!" kata gue. "Tadi gayung, sekarang kambing. Udah kaya Pak Tarno, lu, prok-prok jadi apa... Gayung! Eh jadi kambing!" kata Gilang. "Ya ampun bacot!" kata gue. "Le, lu sekarang suka ngegas sama gue kenapa sih Le?" kata Gilang.
"Bodo amat. Suka-suka gue. By the way, ya udahlah, apapun yang terjadi gue mau datang ke sana," kata gue.
"Tapi lu ga bisa masuk, yang ada anak-anak yang lu kunjungin yang bakal nyamperin lu ke anjungan tamu," kata Gilang.
"Yaah... " kata gue kecewa. Oh, baiklah. Gue akan pakai cara pura-pura kesambet biar gue bisa dievakuasi ke tenda Puput! Sip!
Gue pun datang ke lokasi diantar sama driver gue dan temen-temen lainnya kaya Nita, Reka, Dwi ikut. Tapi mereka cuma kepo doang, ga mau ikut turun. Mereka cuma mau di dalam mobil aja katanya biar kulit mereka tetap slay. Kata mereka takut kena radikal bebas.
Gue pun ke sana dengan arah petunjuk dari shareloc kiriman Gilang. Sesampai di pintu masuk arena, gue disambut sama Gilang. Mobil disuruh mundur dan parkir di sebuah tempat yang agak jauh. Gilang nyepil lokasi parkirnya ke driver gue.
Gue pun masuk bareng Gilang. Gue pun masuk ke bangunan semi permanen gitu, terbuat dari kayu-kayu. Semacam pos khusus buat nerima kunjungan.
Sambil Puput dipanggil sama petugas jaga, Gilang masih nemenin gue di sini.
"By the way, lu kan bukan anak Pramuka. Jadi kerjaan lu apa di sini?" kata gue yang sebenernya berniat ngusir doi. "Gue standby aja. Sebenarnya gue ga tinggal di lokasi ini. Gue dan guru pendamping tinggal di kampung sebelah sana. Kami tinggal di penginapan. Cuma karena lu datang, jadi gue khususin datang juga ke sini. Padahal aslinya gue gabut aja. Nunggu ada yang tepar terus gue dan Pak Saleh dipanggil baru deh gue datang," jelas Gilang.
"Gabut amat lu ya. Leha-leha. Eh, tapi bokap ngizinin elu ke sini ya?" kata gue. "Iya. Pak Saleh sama orang mesjid dekat rumah gue datang buat mintain izin ke bapak gue," kata Gilang. "Oh, gitu," kata gue.
"Oh, iya, sebenarnya gue ga gabut-gabut amat sih di sini. Gue mau ikut turnamen karate," kata Gilang. "What? Di sini ada turnamen karate? Dan lu... lu mau ikut? Hffft... " kata gue kaget sambil nahan ngakak.
"Bukan di sini, tapi di kota kabupaten. Jadi nanti gue ke kota buat ikutan turnamen. Udah izin sih sama Pak Saleh, walaupun beliau berat ngizinin gue. Tapi, karena gue jago lobby-lobby beliau jadi gue dibolehin pergi. Soalnya cuma sehari doang kegiatannya," jelas Gilang.
"Tapi elu masuk karate baru kemaren sore, Gay! Lu mau cari mati? Ga habis pikir, gue! Sebenarnya apa sih yang ada di otaklu?" kata gue.
"Kita ga akan tahu hasilnya kalau ga dicoba, Le. Gue... " kata Gilang dan kata-katanya sempat tertahan sebentar dengan tatapan yang tiba-tiba sok serius gitu. "... gue pingin membuktikan diri juga membuktikan ke orang-orang kalau gue ini adalah cowok," kata Gilang.
"Lah? Yang bilang lu cewek siapa, Gay? Lu kan memang cowok?" kata gue. "Bukan begitu. Lu pasti tahu lah maksud gue," kata Gilang. "Gak tahu gue, sumpah, ga tahu," kata gue.
"Selama ini banyak orang yang ngatain gue culun, gue kelemar-kelemer, katanya kok cowok gini, kaya gitu-gitu. Gue pingin membuktikan kalau gue cowok, Le. Biar ga sia-sia juga si Papoy ngelatih gue karate. Gue pingin bikin Senpai gue bangga sama juniornya. Yang selama ini dikata culun, ternyata bisa bertanding juga," kata Gilang.
Gue terpana dengan penjelasan Gilang. Sebegitu seriusnya Gilang mau berubah. Pantas aja tiba-tiba Gilang ngejamet, ternyata arahnya ke sini. Dia cuma lagi ngalihin mentalnya.
Ga lama, Papoy dan salah satu anggotanya pun datang. Gue pun langsung teriak, "PAPOY!" Puput pun melirik ke kiri dan kanannya, dia merasa malu. Apa tingkah gue norak ya? Bodo amat, pas Puput datang sambil gue manggil dia gue langsung peluk dia.
Terus, gue pun ngadu sama Puput. "Poy, masa Gayung mau ikut turnamen karate di kota kabupaten sini, Poy!" kata gue cepu. "HAH?" Puput pun kagetnya luar biasa.
tp benar juga sih Le rencana lo biar gayung papoy jadian, krn sebenarnya papoy suka ama gayung😁krn Gilang dah puy Mentari jd Papoy cm memendam di dlm hati
tp yg bikin sedih banget klo lele gk bertemu vino, gk tau vino dah mati atau masih hidup
itu yg q rasakan, hewan yg ku sayangi pergi gk kembali padahal di rawat dari msh orok🤧
duh gilang kw bisaan ngetawain papoy kw yang lagi menstruasi ntar gantian kau yang diketawain
barengan nih gilang kw mimpi basah puput kw datang bulan cucok lah kalian