Suami Kontrak Nona Crazy Rich

"Oh ya tuhan kakak ipar apa kamu tahu? aku ini sangat suka sekali disuguhi cowok-cowok tampan saat pulang kerumah, berada di Manhattan membuat otak ku terkadang tidak baik-baik saja, aku sangat senang saat kembali ke Indonesia disuguhi wajah yang membuat bola mata ku jadi cling mengkilap seperti pembersih kaca." Amarilis terus bicara, bergelayutan dilengan Wiraditya.

Percayalah Wiraditya rasanya ingin sekali menenggelamkan dirinya ke ke mana saja asal dia bisa kabur dari adik iparnya, dia tidak jijik sungguh!. Tapi rasanya geli-geli bagaimana saat seorang gadis terus menggenggam erat lengan nya dan bicara dengan sedikit nyeleneh. Amarilis terlalu unik dan aneh baginya, entah menurun dari sifat siapa dia tidak tahu, yang jelas ini sangat tidak baik-baik saja, dia meremang dibuat nya.

"Aku akan memperkenalkan kamu dengan beberapa teman-teman ku." Wiraditya menjawab ucapan Amarilis, dia berusaha untuk menggeser diri, ingin kabur rasanya dari adik iparnya tersebut, berusaha mencari Queen W yang entah ada dimana.

Amarilis menyeretnya menuju ke arah ruang tamu.

"Kamu sudah pulang nak?." Suara daddy Ahem terdengar memecah keadaan.

"Daddy kakak ipar ku sungguh mempesona." Amarilis bicara pada daddy nya.

"Lepaskan genggaman mu dari lengan kakak ipar mu, kamu lihat sayang? wajah kakak ipar mu sedikit pucat menerima perlakuan aneh mu." Tuan Ahem bicara, dia mencoba menyingkirkan tangan putri nya dari Wiraditya.

Sepertinya sang mertua paham jika menantunya tersebut agak tidak nyaman dengan perlakuan Amarilis.

"Adik ipar mu memang berbeda, sifat nya agak unik dan menarik, cukup berbanding terbalik dengan W, jadi jangan terlalu di ambil hati." tuan Ahem bicara cepat ke arah Wiraditya setelah berhasil menarik putri nya, Amarilis.

"Daddy... tunggu dulu aku-," Amarilis ingin kembali melangkah maju, tapi tuan Ahem buru-buru menahan putri nya, menarik kerah pakaian belakang nya hingga membuat Amarilis mundur kebelakang.

"Sayang daddy punya beberapa rekomendasi anak laki-laki dari teman-teman bisnis daddy, apa kamu suka? daddy pikir -." Hebatnya laki-laki tua itu berhasil membuat Amarilis melupakan Wiraditya.

Dia langsung merespon ucapan daddy nya, mengabaikan Wiraditya dimana bisa dilihat kedua orang tersebut mulai pergi beranjak dari hadapan nya. Ditengah keadaan yang rasanya tiba-tiba jadi sunyi dan suram, Wiraditya berusaha mencari keberadaan istrinya, nyatanya dia tidak menemukan Queen W dilantai bawah, hingga akhirnya bola mata Wiraditya berpindah ke lantai atas, dan tanpa sengaja dia menangkap sosok istrinya yang berjalan di atas tangga, sempat pandangan mereka bertemu hingga akhirnya Wiraditya merasa Queen W langsung membuang pandangannya begitu saja.

Laki-laki tersebut diam, dengan gerakan cepat berusaha untuk mengejar langkah Queen W menuju ke arah kamar yang digunakan sebagai kamar pengantin mereka. Dia langsung melesat naik, berpikir bukankah mereka harus pulang? jadi dia harus membereskan juga pakaian nya yang ada didalam kamar.

"Itu Amarilis si bungsu Hillatop?." Wiraditya mencoba membuka percakapan, agak aneh setiap kali bersama tapi mereka memilih diam seperti musuh atau tidak saling mengenal.

"Hmmm." Queen W hanya berhmm ria, tidak menatap kearah Wiraditya sama sekali.

"Dia adik ipar yang riang dan energik." Laki-laki tersebut memuji Amarilis.

Meskipun sebenarnya agak mengerikan dengan sifat aktif nya, tapi dia tidak memungkin mengeluh soal itu bukan?!.

Queen W sama sekali tidak menjawab, memasukkan beberapa pakaian kedalam koper dan memastikan tidak ada yang tertinggal.

Wiraditya sejenak menatap Queen W, menelisik wajah gadis tersebut untuk beberapa waktu.

"W." Hingga pada akhirnya dia kembali bersuara.

Queen W sama sekali tidak menjawab, masih sibuk dengan kegiatan nya, tangan-tangan nya cukup cekatan memasukkan beberapa barang-barang miliknya ke koper yang ada di atas kasur.

"Boleh aku bertanya soal sesuatu." Dan Wiraditya memberanikan diri untuk bertanya soal satu hal, sebenarnya dia cukup penasaran dengan sesuatu yang mengganggu nya belakangan ini.

Queen W menjawab perlahan.

"Katakan saja." Ucap gadis tersebut pelan.

Wiraditya tidak langsung menjawab, dia menatap dalam sosok istrinya untuk beberapa waktu, mencoba untuk mengatur ritme hatinya beberapa waktu, mungkin ini salah karena terpaksa mengeluarkan satu rangkaian kata yang bisa jadi menyinggung perasaan Queen W tapi dia hanya ingin tahu tentang sebuah kenyataan.

"Kenapa lebih memilih menikah kontrak ketimbang menikah dengan sungguh-sungguh?." Dia benar-benar ingin tahu, baginya agak tidak masuk akal gadis sekelas Queen W tidak memiliki kemauan menikah dan hidup normal dengan pasangan nya dengan sungguh-sungguh.

"Apakah laki-laki itu benar-benar menyakiti kamu di masa lalu?." Tanya laki-laki tersebut lagi kemudian.

Queen W seketika menghentikan gerakan tangannya, dia diam sejenak untuk beberapa waktu dimana fokus nya masih tertuju pada tas kopernya, dimana didalam tas tersebut telah tersusun barang-barang miliknya dengan sangat rapi, pandangan gadis tersebut nanar, entahlah bagaimana menjabarkan perasaan Queen W namun bisa dilihat ekspresi wajahnya berubah ketika Wiraditya mempertanyakan soal hal tersebut, hingga pada akhirnya gadis itu membiarkan pandangan nya bertemu dengan Wiraditya.

******

Katakan pada ku ya bidadari surga ku, seberapa sakit hati mu karena dia?.

Jika luka nya menganga maka aku bersiap untuk menutup nya,

mungkin aku bukan laki-laki yang baik,

tapi aku sedang berusaha memantaskan diri untuk menjadi laki-laki yang pantas yang mampu menggenggam diri.

Wiraditya.

*******

Kau tahu?,

aku pernah jatuh cinta, sangat.

Menaruh harapan pada manusia dan berpegang pada asa,

Merangkai banyak mimpi tentang masa depan bersama dia yang aku cinta,

hingga akhirnya aku sadar dia membuat ku terluka parah

Menciptakan sebuah trauma yang tak kunjung punah.

Dimana sebenarnya aku telah mati lama,

namun dengan jasad yang tidak terkubur dengan tanah.

Queen Wilhelmina.