Bagaimana jadinya jika pernikahan yang telah dibina selama 10 tahun tak menghadirkan buah hati? Bagi sebagian orang itu sangat hampa. Tapi Bagi sebagian orang itu bukan masalah.
Seperti yang dialami pasangan suami istri, Agam dan Nisha. Mereka berdua seorang Dokter. Nisha terpaksa kehilangan rahimnya akibat kecelakaan 5 Tahun silam. Sampai sekarang Agam menerima itu. Cinta Agam pada Nisha tetaplah utuh. Namun Nisha malah mengambil keputusan, untuk mencari wanita yang mau melahirkan anak mereka lewat proses bayi tabung.
Bertemulah ia dengan Yasmine, seorang gadis muda berusia 25 tahun. Ia bersedia dengan tawaran Nisha. Namun saat harus mengandung anaknya Agam, ia malah memiliki perasaan pada adik kandung Agam yang mengalami redartasi mental,Lukka.
Mampukah Agam menepati janji setianya? Dan apakah Yasmine bisa menjaga perasaan Nisha?
Yuk, baca kisah mereka. Jangan lupa dukungan, kritik dan sarannya ya..😘😘❤️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon wulan_zai, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 33 : Simpati Tak Berguna
"Kalau bisa mengendarai motor ini, maka nanti akan mudah mempelajari motor apapun. Yang penting kamu sudah bisa melatih keseimbangan." bujuk Yasmine, sambil mengambilkan helm tambahan dari dalam bagasi.
"Benarkah..?" Lukka tampak tertarik dengan bujuk rayu Yasmine.
"Kamu sudah pernah naik motor sebelumnya?" tanya Yasmine, jika sudah pernah ia akan langsung menyuruh Lukka membawa motor. Tetapi Lukka menggeleng, ia bahkan tak pernah hanya sekedar duduk di atas jok motor.
"Kalau begitu, aku akan duduk didepan. Dan kau perhatikan dulu ya ..." Yasmine mengambil posisi di depan, disusul Lukka yang langsung nangkrik di jok belakang.
Anak besar itu terlihat girang. Ini kali pertama ia akan menikmati angin dari atas motor.
"Pegangan..." seru Yasmine saat motor mulai berjalan.
"Oke...!" balas Lukka penuh semangat. Ia sudah hendak melingkarkan tangan ke pinggang Yasmine, namun urung saat teringat di perut Yasmine sedang ada bayi. Akhirnya ia hanya memegang sejumput ujung baju Yasmine, kanan dan kiri. Kakinya yang terlalu jenjang bahkan sangat kontras dengan kaki Yasmine. Untuk menapakkan kaki dari atas motor pun gadis itu harus berjinjit.
"Pertama pastikan posisi motor seimbang, tarik gas perlahan... dan saat motor sudah melaju pelan, kau bisa mengangkat kaki mu." terang Yasmine kepada murid dadakannya.
"wahhh.. hebat...! Kakak hebat..!" Anak itu berjingkrak di belakang, membuat Yasmine sedikit oleng.
"Hei, jangan bergerak.." seru Yasmine berusaha menyeimbangkan.
Saat kondisi motor mulai stabil lagi, tiba-tiba seekor kelinci melompati pagar pembatas dan menyebrang. Karena kaget, Yasmine ambil arah berlawanan sambil menarik gas spontan.
Lukka hampir terjengkang kebelakang, untung ia berpegangan dengan ujung baju Yasmine. Namun nahas karena terlaku kuat Lukka menarik, seluruh kancing kemeja Yasmine copot serempak. Buah-buah baju itu melanting jauh, hingga tampaklah tangktop berwarna putih yang membalut tubuh Yasmine.
Gadis itu ngerem mendadak, membuat tubuh Lukka terdorong kepunggungnya. Mereka mematung sepersekian detik, lalu saling pandang dengan tatapan syok.
"Kakak tidak apa-apa...?" Lukka mengangkat satu sisi kemeja, untuk memastikan perut Yasmine tidak cidera.
"ARRGGHHH....!! Jangan dibuka!" pekiknya sambil menutup kembali kemeja teraniaya itu.
"Maaf, Lukka tidak sengaja..."
Yasmine tak menjawab, ia mengatur nafasnya yang seperti banteng hendak mengamuk. Hancur sudah harga dirinya.
.
.
Beberapa jam kemudian....
Sampailah Yasmine di rumah Agam dan Nisha. Dua makhluk random itu turun dari motor, dengan keadaan yang bikin sekeluarga gagal paham.
Yasmine mengenakan kemeja sekolah Lukka. Sedangkan Lukka tinggal memakai kaos dalam, dengan kemeja Yasmine yang ia kalungkan di leher seperti batman.
"Dari mana saja kau..?!" gretak Agam kesal, namun bukan kepada Lukka. Tetapi kepada Yasmine. Keadaan rumah betambah panik tadi, saat Yasmine ikut menghilang.
"Mencari Lukka..." jawab Yasmine tertunduk.
"Naik motor??" tanya Agam lagi, tatapannya membuat Yasmine terpojok.
"Lukka, kau dari mana saja, hah..? Kenapa kau kabur dari rumah?!" Ambar memeluk Lukka sangat erat. Ia bahkan sudah melaporkan ini kepada polisi.
Lukka melepas pelukan sang ibu, ia masih sangat marah dengan perkara tadi siang. Ia berdiri di sisi Yasmine untuk membela wanita itu.
"Kakak jangan marah pada kak Yasmine..." pinta Lukka kepada sang kakak.
"Kenapa kau selalu bertindak semaumu hah?! Kau tidak berpikir betapa bahayanya naik sepeda motor seorang diri?" Agam cemas saat membayangkan kemungkinan buruk yang bisa menimpa Yasmine. Lebih tepatnya kepada janinnya.
"Aku sudah sangat ahli memakai motor, bahkan aku punya SIM. Jadi tolong jangan berlebihan... aku tidak apa-apa..." jawab Yasmine sedikit kesal.
Agam tak mampu lagi berkata-kata. Yasmine ini tipe wanita yang selalu saja melawan, dan keras kepala.
"Setidaknya pikirkan sebelum kau bertindak. Yang menurutmu aman, belum tentu baik untuk anak kita..!" tekan Agam dengan lolongan mata tajam. Ia seperti hendak membelah wajah gadis itu dengan tatapannya.
Bukannya merasa bersalah, Yasmine malah menatap kesal pada Agam. "Kau pikir kau siapa bisa menyebut anak kita?!" batinnya menggerutu.
"Lukka... Yasmine...? ahh.. syukurlah kalian sudah pulang. Kalian tidak apa-apa..?" Nisha yang baru saja turun dari mobil langsung berlari ke arah dua bocah itu. Jantungnya hampir mati rasa saat membayangkan Yasmine juga ikut kabur dari rumah.
"Kenapa kau tidak memberitahuku jika ingin keluar rumah? Kau membuatku panik.." lirih Nisha mengusap lembut bahu Yasmine.
"Maaf, aku juga panik saat mendengar Lukka menghilang tadi. Maafkan aku..." pinta Yasmine merasa bersalah. Ia tau Nisha pasti sangat khawatir.
Mereka semua pun masuk kedalam rumah. Lukka tak henti-hentinya menerima ceramah dari Agam. Begitupula dengan Yasmine. Ia memperingatkan dua anak itu agar tidak bertindak semaunya seperti ini lagi.
...~~~...
"Bagaimana, Agam..? Kau sudah memikirkan perkataan mama?" tanya Ambar secara empat mata.
Agam yang baru saja selesai mengumpulkan semangat pagi dengan berolahraga, menjadi murung kembali.
"Tidak, ma. Sekali ku bilang tidak, maka tidak." Agam mengusap kasar peluh keringat yang membanjiri leher dan wajahnya.
"Memangnya kamu tega melihat anakmu jauh dari ibunya nanti?"
"Nisha tidak akan melarang Yasmine berkunjung nantinya." jawab Agam terdengar kesal. Ia mematikan treadmill, kemudian duduk di salah satu kursi.
"Aku tidak akan menyakiti Nisha, Ma. Sekalipun aku membantah mama, akan ku lakukan untuk Nisha."
Ambar merapatkan rahangnya mendengar itu. "Dengan mempertahankan Nisha, kau tidak akan mendapatkan apapun. Yasmine adalah pilihan tepat untuk masa depan mu."
"Ma, Aku mencintai Nisha dengan segala kekurangannya. Dia bahkan sudah berkorban dengan membawakan Yasmine ke sini. Mengkhianati cintanya malah akan membuatku terkubur dalam penyesalan nanti. Aku tidak mau."
"Hanya Nisha yang ku cintai, sampai kapan pun." imbuhnya menatap nanar wajah sang ibu. Ia berharap ibunya mengerti, bahwa cinta tidak bisa dipaksakan untuk hadir, dan tak bisa dipaksa untuk berakhir. Cinta sejati akan selalu mengalir bak air sungai yang membelah bebatuan, untuk menuju muaranya.
"Kalau begitu jadikan Yasmine istri kedua mu. Setidaknya gadis itu memiliki pernikahan, setelah dia mengorbankan masa depannya untuk melahirkan anakmu."
Sebagai wanita, Ambar tau bahwa merelakan suami adalah hal yang tidak mungkin dilakukan oleh seorang istri. Tapi ia juga melihat dari sisi Yasmine, bahwa kehilangan masa depan dan harga diri demi generasi seseorang bukanlah hal yang patut dibanggakan. Ia akan di cap sebagai wanita murahan, karena dengan mudah menukarkan rahim dan masa depannya demi uang.
Benar memang dia meminta Nisha bertindak. Tapi yang ia maksud adalah ceraikan Agam, agar putranya bisa memiliki keturunan. Tak disangka Nisha malah mempertahankan Agam, dan malah membawa seorang wanita yang tak diberi status apapun untuk melahirkan anak mereka.
"Ceraikan dia begitu melahirkan, karena status janda akan lebih mulia, ketimbang ia melahirkan seorang anak diluar nikah." Ambar mengatakan negosiasi terakhirnya. Ia tak tega jika Yasmine harus menerima cemoohan nantinya, sebagai gadis murahan.
Agam meremas botol minumnya geram. Menurutnya pernikahan bukanlah suatu hal yang bisa dipermainkan. Ia akan mencari cara apapun, agar ibunya mengerti bahwa Yasmine bukan seorang gadis yang pantas untuk keluarga mereka. Sekalipun fitnah, Agam akan menghalalkan itu agar Ambar tak bersimpati lagi kepada Yasmine.
...***********...
cerai aja
no teras po hlman blkang smbil dlok sawah maak... mo pilih yg mna... hyuu... kumpulin sklian reiders yg lain biar rame... 😁😁😁
biar emak semngat... 💃💃💃😘😘😘