Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh...
Dia yang bernama Ruqayyah Zakira... Seorang Gadis yang menjadi tulang punggung untuk ibunda dan kedua Adiknya setelah kepergian sang Ayah.
Berat hidup yang dia jalani tak membuat nya jatuh, dia malah semakin tangguh.
Tapi karna sebuah kejadian yang membuat nya harus memutuskan untuk menikah.
Bukan di jodohkan, Dijebak atau pernikahan Kontrak, tapi itu permintaan nya.
Menikah dengan seorang Pria yang baru dia kenal.
Pria itu bernama Abidzar Prasetya.
Kira-kira apa ya yang akan terjadi??
Benarkah itu hanya Pernikahan Semalam??
Apa ada yang nama nya Pernikahan Semalam...???
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ajeng Kirana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ijab Kabul ke dua
Begitu indah melihat hidup orang lain, kadangkala hidup orang lain terlihat begitu tampak sempurna, tanpa kita ketahui duka apa yang telah mereka lewati selama ini.
Setiap kita pasti memiliki ujian nya masing-masing, ada yang lebih baik diam dan mereka memilih membagikan kebahagiaan dari pada duka, ada pula yang sibuk berkeluh kesah di luar sana.
Kediaman Bunda Ratih sudah disulap begitu indah, dengan background hijau mudah dan di hiasi mawar putih yang mendominasi. Lembut dan elegan.
Ruqayyah juga sudah cantik bak putri raja dengan gaun berwarna cream nya, gaun pilihan Mama mertua tak salah alamat, karna begitu cantik saat Ruqayyah kenakan.
‘’Pengantin pria nya bakalan melotot nih melihat mbak nya’’ puji sang makeup
‘’Udah cantik dari lahir, jadi di pakaikan apa aja pasti cantik nya masyaallah..’’ puji sang makeup yang lain.
‘’udah..lihat tuh pengantin nya tambah gerogi di puji terus..’’ goda kakak sepupu Ruqayyah yang bernama Raisa
Kak Raisa menyalakan televisi yang ada di kamar, televisi baru yang memang sengaja di letakan di kamar, karna dari sini lah Ruqayyah bisa melihat Abidzar mengucapkan Ijab Kabul.
‘’Mereka semua sudah di bawah, dan acara akan di mulai dek..’’ ujar Kak Raisa sambil menggenggam tangan Ruqayyah, terasa dingin
"tenang, jangan terlalu tegang" tambah Kak Raisa sambil membawa Ruqayyah duduk di tepi ranjang menghadap ke arah televisi
‘’huuufft…’’ Ruqayyah nampak membuang napas nya cukup panjang.
Ini memang bukan ijab Kabul yang pertama bagi nya dan Abidzar, tapi tak tahu kenapa, rasanya jantung nya lebih berdebar saat ini di banding ijab Kabul yang pertama kali.
Nampak pak ustadz pun memulai membuka acara dengan sedikit memberikan wejangan
‘’Pernikahan itu bukan hanya menyatukan dua insan, tetapi juga menyatukan visi misi kehidupan menuju tujuan yang sama, yaitu Jannah’’
‘’dalam perjalanan rumah tangga, setiap pasangan suami istri pada dasar nya sedang belajar bagaimana beradaptasi dan berkolaborasi menuju keluarga Sakinah, mawadah wa rahmah, tapi tak jarang juka ada pertengkaran yang terjadi di dalam rumah tangga’’
‘’tapi ingat, ada yang di larang dalam pertengkaran menurut islam, yaitu Kekerasan, Mencaci maki dan berkata kasar, membongkar rahasia keluarga..’’
‘’jika ada pertengkaran, maka selesaikan dengan kasih sayang, mengendalikan emosi sebaik mungkin, saling memberi nasihat dengan lembut..’’
‘’Bagaimana nak Abi, apa sudah siap menjalani semua itu..??’’ tanya Pak Ustadz sambil menepuk pundak Abidzar
‘’Bismillah siap pak ustadz..’’ jawab Abidzar
‘’sudah siap nih pak penghulu, silahkan di lanjut..’’ ujar Pak Ustadz
Sang Paman, abang kandung dari almarhum sang ayah lah yang menjadi wali Ruqayyah.
Dengan satu tarikan napas, dengan lantang Ijab Kabul pun berjalan dengan khidmat.
Saat para saksi mengucap kata SAH secara bersamaan , semua pun dengan kompak mengucap hamdallah dan mengusapkan kedua tangan nya kewajah mereka sebagai bentuk syukur.
Air mata tampa abidzar sadari menetes, sungguh rasa yang berbeda, sangat berbeda dengan ijab Kabul yang pertama kali dia ucapkan, rasa haru dan Bahagia bercampur menjadi satu.
Sang Papa merangkul Abidzar. Dan moment itu dapat Ruqayyah lihat dari layar televisi, air mata nya pun tak kalah ikut menetes.
‘’selamat ya dek, udah donk jangan nangis, nanti make up nya luntur loh…’’ ujar Kak Raisa
Bunda yang tadi di bawah kini sudah berada di kamar Ruqayyah, memeluk sang Putri kecil nya.
‘’Bunda…’’ lirih Ruqayyah sambil merangkul perut sang Bunda
‘’doa terbaik, bunda gak bisa berkata-kata, doa terbaik untuk anak bunda’’ ujar bunda sambil mencium kening Ruqayyah.
Jika biasa nya setelah ijab Kabul sang pengantin Wanita yang mendatangi sang pengantin pria, berbeda dengan kali ini.
Abidzar lah yang menjemput Ruqayyah, Abidzar di antar oleh kedua adik Ruqayyah.
Pintu kamar Aqila buka, nampak Ruqayyah yang sedang dalam dekapan sang Bunda, Bunda dengan cepat mengusap air mata nya dan juga air mata yang ada di pipi sang Putri.
Bunda memanggil Abidzar dengan senyuman mengembang saat melihat Abidzar menunggu di depan pintu.
Abidzar langsung melangkahkan kaki nya mendatangi bunda , mencium takzim tangan Bunda, Bunda pun merangkul Abidzar yang kini telah menjadi anak laki-laki nya.
‘’bunda serahkan Ruqayyah, sayangi dia, jangan pernah sakiti dia, jika dia salah tegur dan nasihati, jangan engkau caci ataupun engkau maki, apalagi sampai engkau memukul nya, ’’ ujar Bunda kembali dengan berlinang air mata
‘’Abi bukan laki-laki sempurna Bun, tapi seperti janji Abi ke Bunda, Abi akan terus belajar hingga Abi bisa seperti cermin untuk istri Abi..’’ balas Abidzar
Bunda pun bergeser dari posisi nya berdiri, kini Abidzar berdiri tepat di hadapan Ruqayyah, jika tadi moment di bawah yang terlihat di layar televisi, kini moment di kamar lah yang terlihat, moment mereka bisa dilihat oleh para tamu undangan.
Abidzar menghembuskan napas panjang, dilihat nya Ruqayyah yang duduk di tepi ranjang, mata nya berbinar, siapa yang kan menduga ini semua akan terjadi setelah apa yang dia lakukan, wanita yang telah sah di mata Allah beberapa bulan lalu dan hari ini dia sahkan di mata banyak saksi tampak begitu cantik.
Siapa sangka Wanita sholeha dan Tangguh ini mau menerima diri nya yang masih jauh dari agama.
Di tatapnya lekat mata Ruqayyah yang juga nampak menahan air mata agar tidak terjatuh, pelan namun pasti Ruqayyah mengeluarkan tangan nya untuk meraih tangan Abidzar, Abidzar pun menyambut nya.
Jika dulu dia mencium tangan sang suami hanya formalitas, kini dia mencium tangan sang suami dengan berjuta doa di dalam nya, air mata itu menetes tepat di punggung tangan Abidzar, terasa hangat, sangat hangat dan Abidzar mampu merasakan kehangatan itu.
Beberapa detik kemudian Abidzar mengangkat dagu Ruqayyah kini dua mata itu kembali saling menatap, Kepala Abidzar mendekat , dengan tangan yang menyentuh ubun-ubun Ruqayyah, dilafazkan nya doa, doa yang baru dia hafal beberapa hari lalu.
Doa yang dia lantunkan dengan lirih namun masih mampu Ruqayyah dengar, saat doa itu selesai, di cium nya kening Ruqayyah, ada air mata yang menetes dan itu jatuh di punggung tangan Ruqayyah.
Sungguh yang melihat nya saja terharu, bagaimana dengan mereka yang merasakan nya.
Takdir tuhan siapa yang tahu, setiap manusia itu berproses, begitu pun dua insan ini, perjalanan yang tak mudah baru mereka lewati, dan bab baru kembali mereka buka.
Jika dulu mereka membuka dengan tanpa rasa dan tujuan, tapi berbeda dengan kali ini.
Bunda pun bisa melihat cinta dari dua insan ini, dan bunda menangis Bahagia sembari memeluk kedua putri kecil nya yang lain.
Abidzar melepaskan ciuman nya, di usap nya air mata yang ada di pipi Ruqayyah.
‘’sudah, Ayo turun, kalian sudah di tunggu banyak tamu di bawah sana..’’ ujar Bunda
🍂🍂🍂
Info UP bisa Follow IG kak Ajeng ya.. @cerita_ajengkirana
Sebaik-baiknya Bacaan itu adalah - Al'Quran