Kedatangan teman lama yang tiba-tiba membuat Aruna sangat terkejut. Rasa iba Aruna terhadap teman lama nya membuka kesempatan hubungan antara suami dan teman lamanya.
Bagaimana kah kisah antara Aruna, suami, dan teman lamanya?
Follow IG @wind.rahma
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wind Rahma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ucapan Bahagia yang Menyakitkan
Di tempat kerja, Aruna tampak banyak melamun. Fokus kerja nya hilang. Meski ia berusaha untuk tidak mengingat apa yang telah terjadi kemarin, tapi tetap saja ingatan itu terlintas lagi di kepalanya.
"Aruna, kau kenapa?" tanya seorang teman Aruna yang bekerja satu shift dengan nya.
Tepukan di pundak menarik paksa Aruna keluar dari segala pemikiran nya.
"A-aku, aku memangnya kenapa?" Ia malah balik bertanya.
"Kau melamun sejak tadi, Aruna. Apa yang sedang kau pikirkan?"
Aruna dengan cepat menggeleng. "Tidak, aku tidak memikirkan apapun."
"Bohong. Kau pasti sedang memikirkan hal berat kan? Apa kau ada masalah dengan keluargamu?"
"Tidak, tidak. Tidak ada."
"Baiklah kalau kau tidak mau cerita. Aku tidak akan memaksa. Tapi kau harus tetap fokus kerja. Jangan sampai membuat kesalahan. Nanti gajimu bisa di potong."
"I-iya. Terima kasih sudah mengingatkan aku."
"Sama-sama. Kalau begitu, aku ke depan dulu, ya. Mau antar pesanan," pamit teman Aruna.
"Iya, Nabila."
Setelah Nabila pergi, Aruna mengusap wajahnya dengan hembusan napas kecil. Untung saja ada Nabila yang mengingatkan nya, jika tidak, bisa-bisa ia ceroboh dalam pekerjaan akibat melamun.
Aruna mengecek ponselnya sebentar, ia membuka room chat whatsapp dan mendapati sebuah pesan dari Abian semalam. Sebenarnya ia ingin mengabaikan pesan tersebut, tapi rasa penasaran menghampirinya.
Suamiku:
Happy 5th Wedding Anniversary, sayang. Maaf, aku telah menodai pernikahan kita. Aku berharap kau bisa memaafkan kesalahan aku agar kita bisa menjadi keluarga utuh seperti dulu. Sampaikan salamku terhadap Elona, maaf belum menjadi suami dan ayah yang baik.
Seharusnya kalimat ucapan itu menjadi sesuatu yang membahagiakan sekaligus mengharukan. Tapi pada kalimat kedua, kalimat pertama berubah menjadi hal yang paling menyakitkan.
Usai membaca pesan tersebut, alih-alih membalas nya, Aruna justru memblokir nomer Abian. Ia tidak mau berhubungan lagi dengan pria yang sudah menyakiti hatinya. Bahkan ia ingin berpisah dalam waktu dekat ini, sebab ia tidak memiliki alasan untuk mempertahankan hubungan yang sudah ia bangun selama lima tahun ini.
"Maafkan ibu, Elona. Kau juga harus berpisah dengan ayah mu. Ibu yakin, suatu hari kau akan mengerti keputusan ibu, nak. Maafkan ibu," ucap Aruna.
Satu jam berikutnya, Aruna mendapat kabar dari ibu Zahrana jika Elona sudah pulang. Aruna berpesan pada ibu Zahrana untuk tidak membiarkan siapapun menemui Elona, termasuk Abian.
Awalnya ibu Zahrana menanyakan alasan kenapa Abian tidak boleh bertemu dengan Elona, Aruna tidak menjelaskan apa yang terjadi, ia hanya minta demikian. Ibu Zahrana pun mengerti.
Tepat jam tiga sore, sudah waktunya Aruna pulang. Tapi suasana di luar sedang hujan deras. Jika naik taksi online, pasti mahal. Ia memilih untuk menunggu hujan reda.
"Aruna, aku pulang duluan, ya," pamit Nabila.
"Iya, Nabila. Hati-hati."
Nabila beranjak dari sana, sementara Aruna masih berdiri di depan resto.
"Hai, Aruna," sapa seseorang.
"Haikal? Kau ada janji lagi di sini?"
"Iya, aku sering meeting dengan klien di sini. Tapi aku jarang melihatmu."
"Resto ini terlalu luas, Haikal. Dan pelayan nya juga banyak."
"Iya. Ah ya, kau di jemput lagi?" tanya pria itu kemudian.
"Mmm ... " Aruna bingung harus jawab apa.
"Aku antar pulang saja, gimana?"
Aruna diam. Jika ia menunggu hujan reda, ia tidak tahu hujan nya masih lama atau tidak. Apa ia terima saja tawaran Haikal?
"Memangnya tidak apa-apa?"
"Tentu saja tidak apa-apa. Aku senang bisa membantumu. Kita sudah kenal sejak lama, jadi tidak perlu sungkan. Bagaimana, mau aku antar?"
Aruna mengangguk. "Boleh."
"Ya sudah, kalau begitu ikut aku."
"Iya."
Aruna mengikuti langkah Haikal sampai parkiran dalam. Pria itu membukakan pintu samping untuk Aruna.
"Terima kasih, Haikal."
"Sama-sama."
Haikal pun masuk ke dalam mobilnya, menghidupkan mesin, keluar dari parkiran, dan mobil pun melesat pergi.
_Bersambung_