MISI KEPENULISAN NOVELTOON
Enam tahun hidup sebagai istri yang disia-siakan, cukup sudah. Saatnya bercerai!
Zetta menghabiskan waktu yang tak sebentar untuk mengabdikan dirinya pada Keenan Pieters, lelaki yang menikahinya, tapi tak sekalipun menganggapnya sebagai seorang istri.
Tak peduli Zetta sampai menjadi seperti seorang pelayan di keluarga Keenan, semua itu tak juga membuat hati Keenan luluh terhadap Zetta. Sampai pada akhirnya, Zetta pun memutuskan untuk menyudahi perjuangan cinta sepihaknya tersebut.
Namun, saat keduanya resmi bercerai, Keenan malah merasakan jika ada sesuatu yang hilang dari dalam hidupnya. Lelaki itu tanpa sadar tak bisa lepas dari setiap kenangan yang Zetta tinggalkan, di saat sang mantan istri justru bertekad membuang semua rasa yang tersisa untuknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tiwie Sizo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32
Melihat para pemuda yang membuli Roan tadi lari dengan ketakutan, Zetta pun menghela nafasnya. Sedikit banyak dia menyadari jika sikap Roan yang menyebalkan pasti terpengaruh oleh lingkungannya. Banyak hal tak menyenangkan yang pemuda itu alami saat tak berada di rumah, membuat Roan mencari pelampiasan yang tak pada tempatnya, termasuk dengan bersikap kurang ajar pada Zetta selama ini.
Zetta menoleh ke arah Roan dan mendapati mantan adik iparnya itu ternyata sedang memandang ke arahnya. Cepat-cepat Roan membuang wajahnya ke arah lain dan menjadi agak salah tingkah karena kedapatan sedang memperhatikan Zetta.
"Pulanglah," ujar Zetta sambil melangkah meninggalkan pemuda itu.
Roan tak beranjak dari tempatnya berdiri, tak pula mengatakan apapun. Zetta yang menyadari hal itu menghentikan langkahnya dan kembali menoleh ke arah Roan.
"Kenapa? Tidak punya ongkos untuk pulang?" tanya Zetta.
"Mau aku antar?" tanya Zetta lagi. Dia tak serius menawarkan itu. Hanya basa-basi dan ingin sedikit mengejek Roan karena selama pemuda itu sangat memusuhinya. Bagi sebagian orang, mendapatkan bantuan dari orang yang sangat dibenci di saat mengalami kesulitan adalah hal yang sangat menjatuhkan harga diri. Tampaknya Roan juga sedang merasakan itu sekarang.
"Aku tidak mau pulang," ujar Roan akhirnya.
Zetta agak menaikkan sedikit satu alisnya.
"Kenapa? Kamu takut mamamu dan Keenan melihat keadaanmu sekarang?"
Sekali lagi Roan tak menjawab. Dia tampak menghela nafasnya sebelum kemudian menatap ke arah Zetta.
"Aku mau ikut pulang ke rumah Kakak saja," ujar Roan lagi.
Zetta terlihat agak melongo mendengar itu. Pertama dia terkejut mendengar Roan memanggilnya kakak dengan begitu sopan. Kemudian dia juga terkejut mendengar pemuda itu mau ikut pulang dengannya. Mantan adik iparnya ini tidak sedang mabuk, kan?
"Apa? Mau ikut pulang denganku?" ulang Zetta.
Roan menngangguk penuh harap seperti anak kecil yang meminta dibelikan permen.
Seketika Zetta tertawa sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Rupanya kamu sedang merasa sangat putus asa, ya, sampai-sampai mau ikut pulang denganku. Ya sudah, kalau kamu tidak mau pulang ke rumahmu, aku beri kamu uang untuk menginap di Motel."
Zetta hendak merogoh dompetnya dari dalam tas, tapi langsung Roan tahan.
"Aku tidak mau menginap di Motel. Kumohon, sekali ini saja aku pulang ke rumah Kakak," pinta Roan.
Sekali lagi Zetta melongo. Belum cukup Roan membuatnya terkejut dengan berbicara sopan dan memanggilnya dengan sebutan kakak, sekarang pemuda itu juga memohon padanya. Sepertinya Roan memang sedang mabuk. Atau mungkin otaknya agak bergeser karena mendapatkan pukulan dari geromolan pemuda berandalan tadi.
Lagi-lagi Zetta membuang nafas kasar dan merutuki dirinya sendiri karena memiliki hati yang lemah. Bisa-bisanya dia merasa iba pada mantan adik ipar laknat di hadapannya ini.
"Ayo," ujar Zetta kemudian sambil melanjutkan langkahnya menuju ke mobilnya yang terparkir.
Seketika mata Roan menjadi berbinar.
"Aku sungguh boleh ikut pulang ke rumah Kakak?" tanya Roan sambil mengikuti Zetta dari belakang.
"Jangan banyak tanya. Nanti aku berubah pikiran," sahut Zetta datar sambil masuk ke dalam mobilnya.
Roan tersenyum dan ikut masuk juga ke dalam mobil tersebut. Mereka pun langsung meluncur menuju rumah Zetta. Sepanjang perjalanan, mereka berdua sama-sama tak ada yang mengeluarkan suara. Tapi bisa Zetta lihat dari ujung matanya jika saat ini Roan sedang mengulum senyum. Entah apa yang sedang dipikirkan oleh pemuda itu, yang jelas sikapnya saat ini benar-benar absurd.
Sesampainya di rumah Zetta, Roan langsung mengikuti Zetta masuk sembari memperhatikan seisi rumah tersebut. Suasana yang lengang seakan memberitahu Roan jika rumah itu tak memiliki penghuni lain selain Zetta.
"Duduklah, aku mau ganti baju dulu," ujar Zetta.
Roan menuruti kata-kata Zetta sambil masih memperhatikan sekelilingnya. Dia juga melihat kekilas kamar mana yang Zetta masuki. Tak lama kemudian, Zetta keluar lagi dari kamar tersebut dengan menggunakan pakaian rumahan yang lebih santai. Perempuan itu kemudian pergi ke dapur dan kembali dengan membawakan minuman dan makanan ringan untuk Roan.
Roan segera meneguk minuman yang ada di hadapannya, lalu memandang ke arah Zetta dengan sorot mata yang membuat Zetta kembali mengerutkan keningnya.
"Kak, aku lapar ... tidak bisakah Kakan memasak sesuatu untukku?" tanya Roan kemudian.
Mendengar itu, hampir saja Zetta tak bisa menahan tawanya. Apa-apaan anak ini? Dengan tanpa beban dia meminta Zetta memasak untuknya, seakan hubungan mereka sebelumnya adalah hubungan kakak adik yang penuh dengan kasih sayang.
"Ngg ... sudah lama aku tidak makan masakan Kak Zetta ...," tambah Roan lagi sambil memalingkan wajahnya ke arah lain. Dia malu, Zetta bisa melihat itu.
Masakan Zetta memang sangat enak, Roan mengakui itu bahkan sejak dulu. Semenjak Zetta bercerai dengan Keenan, Nyonya Brenda sebenarnya telah mempekerjakan seorang koki profesional untuk menyediakan hidangan mereka, tapi tetap saja di lidah Roan, masakan Zetta jauh lebih enak.
"Baiklah, tunggu di sini," ujar Zetta sambil kembali berlalu menuju dapur, Dia sendiri juga pulang tanpa makan malam terlebih dahulu, jadi mau tak mau dirinya memang harus memasak untuk makan malam meskipun Roan tak memintanya.
Zetta memeriksa isi kulkasnya. hanya ada ikan fillet dan brokoli yang masih tersisa. Sepertinya dia hanya akan memasak dua menu sederhana saja untuk makan malam.
Sementara Zetta sibuk di dapur, Roan diam-diam bangkit dari duduknya, lalu berkeliling di setiap sudut rumah Zetta. Sampai akhirnya, pemuda itu masuk ke dalam kamar Zetta yang tak terkunci. Dia memeriksa ruangan tersebut dengan seksama, memastikan apakah Zetta sekarang tinggal bersama seorang lelaki. Hasilnya, Roan tak menemukan jejak seorang lelaki di kamar itu.
Tapi kemudian, Roan membuka sebuah laci dan menemukan sebuah surat. Dia langsung membaca surat tersebut dan dari isinya, dia mengambil kesimpulan jika saat ini Zetta sedang berkencan secara online dengan seorang lelaki. Roan pun cepat-cepat memasukkan surat tersebut ke dalam saku seragam sekolahnya, lalu kembali ke ruang tamu.
Zetta selesai memasak tak lama setelah Roan kembali duduk di tempatnya. Dia langsung mengajak pemuda itu untuk makan malam. Menu yang telah disiapkannya hanya ikan fillet asam manis dan tumis brokoli serta nasi hangat. Tak ada daging kesukaan Roan, tapi tetap saja Roan makan dengan lahap seolah sudah lama dia tak menjumpai makanan.
Setelah selesai makan, Roan duduk di sofa ruang keluarga, sedangkan Zetta mencuci piring bekas mereka makan malam. Setelah memastikan dapurnya bersih, Zetta pun ikut duduk di ruang keluarga rumahnya.
"Sekarang perutmu sudah kenyang, kan? Pulanglah," ujar Zetta pada Roan.
"Tidak mau. Aku mau menginap di sini saja. Kan rumah Kak Zetta adda kamar kosong," sahut Roan.
"Jangan melunjak. Dari tadi aku sudah menuruti keinginanmu, sekarang pulanglah dan jangan membuat masalah lagi," tegas Zetta.
"Atau aku hubungin Keenan dan meminta dia untuk menjemputmu di sini," ujar Zetta lagi sambil mengeluarkan ponselnya.
Melihat Zetta yang mau menghubungi Keenan, Roan langsung merebut ponsel Zetta dengan paksa. Gerakan Roan yang tiba-tiba membuat tubuh Zetta agak terhempas di atas sofa, hingga atasannya. agak tersingkap dan memperlihatkan pinggang rampingnya.
Roan agak terkesiap dan cepat-cepat menoleh ke arah lain. Namun begitu, dia terlanjur melihat sesuatu di sebelah kanan pinggang Zetta, sebuah tato yang bertuliskan nama Keenan.