Erina yang masih belum bisa melupakan Bima, memutuskan untuk liburan ke kota romantis di Negaranya. Tidak disangka di kota itulah awal pertemuan Erina dengan Arga.
Karena masalah ekonomi keluarga, Erina hampir menikah dengan duda kejam yang tak lain adalah seorang rentenir.
Pertemuannya kembali dengan Arga telah membuat hidup Erina berubah drastis. Arga tidak hanya menolong keluarganya tapi juga mengajak Erina menikah.
Dengan tujuan balas budi, akhirnya dengan terpaksa Erina menyetujui untuk menikah dengan Arga.
Bagaimana nasib pernikahan mereka? Bertahankah atau hanya seumur jagung? Penasaran, yuk ikuti cerita selengkapnya.
Ig : nafasal8
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nafasal, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pembuat Onar
Arga sudah sampai di lokasi reuni Erina, dia segera melangkahkan kakinya menuju aula. Suasana sudah semakin ramai, para alumni satu persatu memadati acara tersebut.
Arga mengedarkan pandangannya, mencari sosok Erina. Penampilan nya yang memang selalu mencuri perhatian, membuat para undangan yang melihatnya berdecak kagum.
Sayup-sayup terdengar. "Ganteng banget ya, Kira-kira dia pasangan siapa ya? Beruntung sekali perempuan yang mendampingi nya." Arga yang mendengar kasak-kusuk dibelakangnya hanya tersenyum simpul.
"Itu dia!" ucap Arga lirih.
Arga segara menghampiri Erina yang sedang berdiri dengan seorang perempuan yang terlihat seperti memojokkan nya. Arga semakin mendekat dan ternyata perempuan yang memojokkan Erina adalah Vina.
Rupanya belum kapok juga dia.
Gumam Arga dalam hati yang merasa kesal melihat Vina.
"Kamu itu emang gak tau diri ya Rin, udah punya suami masih saja menggoda laki-laki lain." maki Vina.
"Sudah-sudah Vin, kamu tak harus bersikap seperti itu kepada Erina." salah seorang teman Erina menengahi, dia yang tak lain adalah Widya.
"Eh, Wid. Terus aja bela temen kamu yang gak tau diri ini. Lama-lama aku eneg liat mukanya si Erina ini." ucap Vina sambil melipat kedua tangannya.
"Vin, kalau memang kehadiranku membuatmu tak nyaman di acara ini. Oke, aku akan pergi. Tapi kamu gak harus bersikap seperti ini kan sama aku. Aku bahkan tak tahu apa salahku selama ini sama kamu, tapi sepertinya kamu benci banget sama aku." Erina yang sedari tadi sudah menahan emosinya akhirnya angkat bicara.
"Heh, terserah aku dong. Kamu gak tau kan, kalau reuni ini tercipta juga karna donasi ku yang sangat besar. Jadi, harusnya kamu nyadar diri kalau disini aku ratunya." ucap Vina dengan angkuhnya. "Hey Wid, kamu gak kasih tau Erina apa. Kalau donatur terbesar itu aku! Harusnya kamu kasih tau dia, biar dia itu gak sok disini. Mentang-mentang istrinya Tuan Arga, jangan belagu ya disini. Lagian mana Tuan Arga mu, kamu dibiarkan datang kesini sendiri. Itu tandanya kamu udah gak dibutuhkan sama dia." seru Vina dengan nada berteriak.
Terdengar kasak kusuk temen-teman Erina. "Eh, iya Erina katanya dinikahi orang kaya. Tapi kok penampilan nya biasa aja ya.", " Iya, denger-denger Vina udah ngeluarin puluhan juta untuk reuni ini lho. Maklum Vina kan memang asli orang kaya." mereka sibuk berbicara di belakang Erina dan Vina.
Vina dan lainnya tidak menyadari kehadiran Arga. Arga yang sudah geram mendengar ucapan Vina segera mendekati Erina.
"Sayang, maaf aku terlambat." Arga melingkarkan tangannya di bahu Erina dan mencium kening Erina. Erina sempat terkejut dengan kehadiran suaminya.
Raut wajah Vina seketika berubah menjadi kesal. Vina seolah teringat sesuatu, dia langsung mengambil handphone di tasnya.
"Maaf Tuan, sepertinya istri anda ini tak sepolos yang anda kira. Di belakang anda Erina sudah mencoba mendekati laki-laki lain." ucap Vina sambil menyerahkan handphonenya pada Arga.
Suasana semakin riuh, teman-teman nya semakin heboh membicarakan Erina.
Arga meraih handphone Vina, dia mengamati foto yang ditunjukkan Vina. Seorang laki-laki dan Erina sedang berbincang. Arga mengerutkan dahinya. Erina yang belum tau foto apa yang ditunjukkan Vina tampak sedikit cemas.
Arga melihat sekeliling dan menemukan yang dia cari.
"Kamu Bima kan?" Arga menunjuk seorang laki-laki yang tak lain adalah Bima. Erina semakin tampak gusar.
"Kemarilah!" Arga menjetikkan jarinya ke arah Bima. Bima hanya menuruti perintah Arga, dia berjalan mendekat ke arah Erina dan Arga.
"Kenapa kamu masih mencoba mendekati istriku?" tanya Arga tanpa basa-basi, Erina hanya bisa terdiam cemas melihat suaminya.
Habislah kamu Erina.
gumam Vina, tersenyum penuh kemenangan.
"Saya hanya menegur sapa saja Tuan, maafkan atas kelancangan saya." Bima menundukkan kepala sebagai permintaan maaf, karna dia menyadari bagaimana pengaruh Arga terhadap bisnis keluarganya jika dia mencoba melawan.
Erina diselimuti perasaan tak nyaman dengan situasi ini.
"Sayang, maaf aku sudah tidak ada hubungan apa-apa dengan Bima." Erina mencoba menengahi, karna situasinya benar-benar membuatnya merasa canggung.
Arga menoleh Erina dan tersenyum. "Aku percaya kamu sayang." ucapnya lirih, Erina merasa sedikit lega dengan kalimat Arga.
"Baiklah, kali ini aku memaafkanmu. Untuk selanjutnya jangan pernah berani dekati istriku lagi, karna dia hanya milikku." ucap Arga sambil mengeratkan pelukannya. Erina hanya bisa tersenyum simpul.
Bima mengangguk, ada perasaan getir yang dirasakannya.
Sementara Vina terlihat sedikit kesal.
Hah, kenapa Tuan Arga begitu gampang memaafkan mereka.
gumam Vina.
Arga yang masih memegang handphone Vina, berjalan mendekati Vina.
"Ini adalah motif lama yang digunakan seseorang untuk menjatuhkan lawannya." ucap Arga sambil mengangkat handphone Vina. "Kali ini kamu aku maafkan atas keberanianmu memfitnah Erina ku, tapi tidak untuk lain waktu. Dan bukti ini harus di lenyapkan." ucap Arga seraya membanting dengan keras handphone milik Vina ke lantai.
Vina dan teman-temannya melongo melihat handphonenya tercecer di lantai.
"Oh, handphone lima belas juta ku." teriak Vina sambil memunguti kepingan handphone nya yang berserakan.
Arga menyunggingkan senyumnya.
"Aku akan mengganti handphone mu dua kali lipat, tapi kamu harus datang ke kantorku." Arga melemparkan sebuah kartu nama di depan Vina. Dan segera menggandeng Erina untuk segera pergi dari tempat itu.
Sementara Widya yang merasa tak enak, segera berlari ke arah Erina dan Arga.
"Erin, tunggu." teriak Widya.
Arga dan Erina segera menghentikan langkahnya.
"Iya Wid." sahut Erina.
"Rin, maafkan aku ya. Semuanya jadi seperti ini, ini semua karna aku di suruh Vina Rin. Dia yang mengatur semua ini. Dan reuni yang tanggalnya dipercepat ini juga idenya Vina." ucap Widya penuh penyesalan.
"Tidak apa-apa Rin, kamu tidak bersalah. Aku pergi dulu ya." ucap Erina sambil menyentuh bahu Widya dan tersenyum.
Arga yang menunggu, langsung mengajak Erina pergi. Widya tersenyum dan mengucapkan terimakasih berulang kali.
Sementara Bima meratapi hatinya, sudah tidak ada harapan lagi untuknya. Dia menghela napas panjang dan berlalu meninggalkan acara tersebut.
Sedangkan Vina hanya bisa menangis menyayangkan handphonenya. "Ini semua gara-gara Erina." ucapnya menahan amarah.
***
Arga dan Erina hanya terdiam di dalam mobil, suasana terasa canggung bagi Erina.
"Kenapa kamu tak bilang kalau Bima juga datang?" suara Arga memecah keheningan.
"Maaf honey, aku pikir kamu sudah tahu. Dan lagi pula itu bukan sesuatu yang penting bagiku, jadi menurutku tak perlu menyampaikannya padamu." Erina menundukkan kepalanya, meremas pelan baju yang dikenakannya.
Apa sekarang keakuratan Pak Sam sudah menurun? Biasanya informasi sekecil apapun selalu di sampaikan kepada tuannya ini.
Gumam Erina, sedikit penasaran dengan Pak Sam yang melewatkan informasi tentang Bima.
"Mulai saat ini, aku tak ingin kamu berbicara dengan Bima atau pun laki-laki lainnya. Kamu hanya milikku, tak ada yang boleh mendekatimu." ucap Arga dengan sedikit penekanan dalam kalimatnya.
Apa dia sekarang sedang cemburu? Ah, kenapa tak jujur saja kalau kamu sedang cemburu.
Erina tersenyum senang melihat Arga cemburu kepadanya.
"Kenapa kamu malah senyum-senyum? Kamu senang ya tadi bisa ngobrol dengan Bima?" suara Arga terdengar sangat lantang. Membuat Erina memejamkan mata karna malu dengan Pak Yan.
"Bukan honey, aku hanya merasa saat ini kamu sedang cemburu?" ucap Erina lirih.
"Apa? Siapa yang cemburu? Aku hanya tak ingin melihat kamu dekat-dekat dengan laki-laki lain." sahut Arga kesal.
Hah, tak mau mengakuinya juga. Dasar Tuan Muda, kamu terlihat lucu tau kalau sedang cemburu.
Erina terkekeh dalam hati.
"Iya... iya... kamu sedang tidak cemburu." seru Erina mencoba mengalah.
Mobil telah sampai dirumah, Arga dan Erina turun.
"Ingat baik-baik apa yang aku katakan tadi, aku berangkat ya. Aku ada jamuan makan siang, tidak apa-apa kan kamu makan sendirian?" ucap Arga sambil memeluk Erina dan membelai rambutnya.
"Iya, aku akan ingat baik-baik perkataanmu suamiku." Erina membalas pelukan suaminya. "Sudah berangkat sana, aku sudah terbiasa kok makan siang sendiri." bisik Erina di telinga Arga.
"Wah, sepertinya kamu sedang menggodaku ya. Kamu terlihat ingin sekali aku temani makan siang. Baiklah, kalau begitu aku akan batalkan jamuan makan siangnya." seru Arga sambil mengambil handphone di sakunya.
Erina yang menyadari perkataannya tadi berujung fatal. Segera mendorong Arga untuk masuk mobil.
"Aku hanya becanda honey, kamu masuk mobil dan bergegas ke acara jamuan makan siangnya ya." Erina menutup pintu mobil dan menyuruh pak sopir segera menjalankan mobilnya.
"Hei, kenapa kamu seenaknya sendiri. Aku bahkan belum mendapatkan ciuman selamat siang darimu." teriak Arga dari balik kaca mobil. Erina hanya tersenyum dan melambaikan tangan.
"Huuh, akhirnya." Erina bernapas lega.
***
Epilog
Vina merencanakan untuk membuat malu Erina di depan teman-temannya saat acara reuni.
"Wid, kamu kirim pesan pada Erina tapi untuk Dress Code tidak usah dicantumkan. Oke." ucap Vina sambil tersenyum licik.
"Tapi Vin, ini kan acaranya formal di gedung. Takutnya nanti Erina hanya memakai baju casual seperti reuni-reuni sebelumnya." Widya sedikit keberatan dengan perintah Vina.
"Sudah kamu turuti saja apa kataku, toh donatur terbesar di acara ini kan aku. Dan kamu tak lupa itu kan? Jadi, aku berhak dong melakukan semua sesuai keinginanku." ucap Vina berkacak pinggang.
"Baiklah Vin." Widya yang menjabat sebagai sekretaris di acara reuni itu hanya mengiyakan kemauan Vina.
"Bagus, kita lihat nanti Erina. Aku akan menunjukkan padamu, kamu tak kan bisa menandingi aku. Lihat saja, nanti aku akan membuatmu malu. Seperti apa yang kamu lakukan padaku waktu itu." ucap Vina seraya mengingat kejadian di mall waktu itu. Kejadian yang benar-benar membuatnya malu.
Bersambung