Diusianya yang relatif muda, Bunga. harus dihadapkan pada pernikahan dengan sang majikannya yang lumpuh, atas permintaan dari istri pertama nya Bella. yang lebih memilih sibuk dengan dirinya sendiri dan Dunia modeling yang selama ini dia gelutinya.
Arya CEO Tampan Itu hanya bisa pasrah, ketika diminta untuk menikahi Bunga. yang selama ini begitu tulus merawat dan memberikan kasih sayang pada putra satu-satunya Cecilio.
Seiring berjalannya waktu, akankah cinta tumbuh diantara mereka? setelah Arya sembuh. mampukah penyesalan Bella untuk kembali merebut cinta Arya yang dulunya begitu besar kini sudah hilang. tergantikan dengan sosok Bunga yang jauh lebih muda, cantik dan enerjik.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ritasilvia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berterus terang
Beberapa hari tidak masuk kuliah, membuat Bunga merasa rindu pada Vira, gadis lucu, cetia dan cukup bawel. dari kejauhan dia sudah melambaikan sebelah tangannya kearah Bunga.
"Vira."
"Bunga." Mereka berpelukan erat.
"Sekarang kamu masih hutang penjelasan pada ku." todong Vira yang resah selama beberapa hari ini Bunga menghilang tanpa alasan yang jelas.
"Baiklah Vira, tapi nanti ya."
Mereka memasuki kelas dan duduk di kursi yang berdekatan.
" Aduuuuuh ketinggalan lagi," gumam Vira pelan, sambil sibuk membolak-balik isi tas kecilnya. wajah cantik nya langsung berubah panik.
"Apanya yang ketinggalan?" bisik Bunga yang menatap bingung sahabatnya.
" Tugasku yang kemaren, mana dosen juga udah datang lagi." Vira memelankan nada suaranya saat melihat kedatangan pak Andrian dosen muda dan yang paling tampan dibandingkan dosen lainnya.
"Benaran dia dosen Kita?"
Bunga merasa mata pelajaran tidak salah, tapi dosen yang datang untuk mengajar berbeda dari sebelumnya.
"Dosen baru." bisik Vira.
"Ooo pantesan,"
"Namun dia terkenal kiler dan selalu memberikan hukuman bagi mahasiswa nya, apalagi yang lalai dalam mengerjakan tugas yang diberikan nya. ya... contoh nya seperti kita ini." Vira menunjuk dirinya sendiri.
"Trus gimana dong Vira?" ucap Bunga yang ikut kawatir menatap sahabatnya itu.
"Kalau kamu aman lah, kan kemaren kamu izin. kalau aku benar-benar lupa."
Jawab Vira mengangkat bahunya pasrah, akan hukuman yang akan dia dapatkan nanti. dia menatap sang dosen yang mulai menaruh tasnya dimeja depan kelas.
"Okey sebelum kita masuk pada pelajaran yang baru, saya minta kalian semua mengumpulkan tugas yang telah saya berikan kemaren." berdiri dengan sikap nya yang dingin dan angkuh didepan kelas.
Semua berjalan kedepan meletakkan tugas mereka diatas meja dosen, mata elang Adrian bisa melihat siapa yang tidak meletakkan tugas kedepannya. sehingga dia kembali bersuara lantang.
"Bagi siapa yang belum atau tidak mengerjakan tugas, saya harap maju kedepan dengan sikap sportif. sebelum saya memberikan hukuman atau memangil orang tersebut secara langsung." Adrian melirik Vira yang menunduk dengan wajah pucat.
"Okey, karena tidak ada yang maju. saya akan menghitung sampai tiga, satu......du..dua, tig" ucapan Adrian terhenti. Vira dengan wajah lesu maju kedepan.
"Kamu tahu kesalahan mu?"
"Tahu pak, saya tidak mengumpulkan tugas dari bapak." jawab Vira.
"Kenapa kamu tidak mengumpulkan, atau tidak mengerjakan nya?" tanya Adrian menatap lekat wajah Vira.
" Saya sudah mengerjakan pak, cuma ketinggalan dirumah. soalnya tadi saya buru-buru jadi lupa." balas Vira.
"Alasan yang dibuat-buat, untuk kelalaianmu itu kamu harus mengerjakan kembali dengan tugas tambahan dariku dua kali lipat dari tugas yang aku berikan kemaren." ucap Ardian cuek.
"Tapi pak?" ucap Vira belum sempat dia mengutarakan keberatannya, Ardian sudah memberikan isyarat dengan tangan, yang menyatakan bahwa dia tidak ingin dibantah lagi.
"Galak amat sih." gerutu Vira.
Setelah mata kuliah selesai, Vira dan Bunga keluar dengan wajah ditekuk. terutama Vira dia masih kesal dengan perlakuan dosen Adrian yang dirasakannya tidak adil.
"Ini semua gara-gara aku fokus ngerjain sepupu ku yang sombong dan angkuh itu, coba saja dia tidak cari gara-gara dengan ku. mungkin aku tidak akan seperti ini." gerutu Vira.
"Sudahlah Vira, mending sekarang kamu main kerumah aku saja. mumpung suamiku belum pulang dari kantor jadi kita berdua bisa bebas mau ngapain," tawar Bunga.
"Jadi kamu sudah menikah, kapan?" berbagai pertanyaan bermunculan di benak Vira.
"Cerita panjang, next time. aku akan menceritakan semuanya," balas Bunga.
Baiklah aku setuju sekali."
Mereka berdua langsung masuk kedalam mobil jemputan, sopir suruhan Arya langsung membuka pintu begitu melihat kedatangan Bunga dan sahabatnya.
"Silahkan Nona Bunga, mbak." sopir pribadi yang disiapkan Arya menunduk hormat.
"Terimakasih pak." ucap Bunga.
"Bunga, ternyata suamimu orang yang sangat baik dan perhatian sekali, aku jadi penasaran orang seperti apakah suami mu itu? aku ingin melihat wajahnya?" Tutur Vira menerawang membayangkan juga bakal dapat suami seperti Bunga..
"Kalau kamu ingin bertemu dengan suamiku, sebaiknya kamu main dirumahku sampai sore tunggu dia sampai pulang kerja." terang Bunga.
"Baiklah."
Mobil melaju dengan kecepatan sedang, melewati gedung perusahaan Arya yang besar. berdiri megah di pusat perkotaan ini.
"Diperusahaan itulah suamiku bekerja." tunjuk Bunga bangga, sambil tersenyum bahagia.
Mata Vira membulat ketika melihat gedung perusahaan yang disebutkan oleh Bunga, berbagai pertanyaan berkecamuk dipikiran nya. tentang siapa sebenarnya Bunga yang sekarang. tidak mungkin suaminya orang sembarangan, dengan mobil dan gaya kehidupan Bunga yang sudah jauh berbeda dan berubah, dibandingkan dengan kehidupan nya yang dulu.
"Itu kan perusahaan, tempat suaminya mbak Bella?" Gumamnya Vira pelan.
Tanpa terasa, mereka sudah sampai disebuah perumahan elit. yang tidak sembaragan orang mampu untuk membeli dan tinggal dikawasan ini.
"Ayok turun Vira." ajak Bunga mengajak sahabatnya itu masuk.
"Bunga apakah suamimu bernama Arya?" tanya Vira hati-hati, dan langsung nama laki-laki itu yang melintas di otaknya.
"Benar Vira, tapi kamu kok tahu. sementara kamu belum ketemu sama mas Arya." ucap Bunga.
"Asal tebak aja sih." menggaruk kepala nya yang tidak gatal.
Bunga dan Vira masuk kedalam rumah mewah tersebut, Vira melihat foto pernikahan sederhana Bunga dan Arya terpajang disalah satu ruangan, yang diyakini Vira sebagai ruangan keluarga.
"Ternyata Bunga adalah istri dari mas Arya, dan kenapa ini bisa terjadi. apakah dia sudah bercerai?" berbagai pertanyaan bermunculan kembali, membuat dia kehilangan kata-kata untuk mengajukan pertanyaan pada Bunga..
"Ternyata begitu banyak informasi yang terlewati, selama aku menetap tinggal di luar negeri. terutama tentang kehidupan Bella. tapi aku tidak bisa menyalahkan Bunga yang sekarang sudah menikah dengan Arya, mungkin ini jalan terbaik mengingat sifat Bella yang begitu egois selama ini, aku yakin Bunga tidak tahu apa-apa. begitu pun dengan mas Arya. semua ini murni kesalahan kak Bella dan keegoisan nya pergi ke luar negeri, lebih memilih karier nya saat itu. " gumam Vira.
"Vira, kok melamun gitu, apa kamu mengenali suamiku sebelumnya?"
"Iya Bunga,"
jawab Vira seraya mengikuti langkah Bunga menuju taman belakang, sambil membawa minuman segar dan makanan untuk mereka berdua.
"Bunga maafkan aku sebelumnya, tapi aku ingin berterus terang kepada mu tentang mas Arya." ucap Vira.
"Maksudmu Vira?"
"Sebenarnya, mas Arya suamimu itu, adalah suami dari kakakku sepupu ku Bella." ucap Vira was-was takut sahabatnya itu kecewa terhadapnya setelah mengetahui kebenaran itu.
Bunga terdiam, dia bingung harus mulai bicara dari mana, dari semula dia sudah mengetahui suaminya sudah menikah dan dia merupakan istri kedua.
"Maafkan aku Vira, aku tidak merebut mas Arya dari kakakmu mbak Bella. saat itu aku benar-benar terdesak dan menerima perjodohan kami, dan perlu kamu tahu. orang yang paling ngotot menyuruh kami untuk segera menikah Adalah mbak Bella sendiri." terang Bunga.
"Apa?"