Blurb
Arjuna Syailendra dan Anggita Jelita, menerima perjodohan demi kepentingan masing-masing. Bersama bukan karena cinta, tetapi hanya sebatas azas manfaat.
Akankah rasa berdebar tak terencana tumbuh di hati mereka? Sementara Arjuna hanya menganggap Anggita sebagai pelampiasan dari cinta tak berbalas di masa lalu.
Ikuti kisah mereka yang akan menguras emosi. Selamat membaca🤗.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Senjahari_ID24, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 17a
Istri Arjuna 17a
Beberapa waktu terakhir, sikap Juna padanya seolah melonggarkan ikatan tak kasat mata yang dibelitkan di lehernya. Anggi bertanya-tanya dalam hati. Apakah mungkin Juna merasa bersalah lantaran terakhir kali akibat kemarahannya berbuah petaka? Menyetubuhinya kasar memaksa, meluapkan amarah hingga membuatnya terbaring sakit. Hanya saja hingga detik ini kata maaf tak kunjung terucap dari lisan, satu kata yang selalu identik mencerminkan rasa sesal.
Anggi juga sedikit keheranan. Sudah hampir sepuluh hari sejak dirinya dinyatakan sembuh, Juna belum pernah menggaulinya lagi. Tak seperti sebelumnya, yang selalu menuntut memasukinya tak peduli dirinya suka atau tidak.
“Kenapa belum tidur?” Juna yang naik ke atas kasur bertanya, rambutnya tampak sedikit basah imbas dari terkena siraman shower saat membersihkan diri barusan.
Pria itu tampak lelah setelah seharian hingga malam berkutat dengan pekerjaan. Maklum saja, saat Anggi sakit, banyak meeting tatap muka yang digeser jadwalnya. Anggi yang sedang sibuk dengan pikirannya menoleh dan bereaksi kikuk.
“Eh, i-ini aku lagi nonton film. Ada film bagus,” jawabnya beralasan lalu berpura-pura fokus melihat layar televisi yang menayangkan film bergenre fiksi ilmiah berjudul ‘Ender’s Game’. Padahal sejak tadi film tersebut tidak diperhatikannya. Tanpa persetujuan, Juna meraih remot yang tergeletak di dekat bantal dan mematikan televisi.
“Jangan banyak begadang. Nonton saat siang hari. Sudah waktunya beristirahat.” Juna menunjuk jam di dinding dan jarum pendeknya hampir mengacu ke angka sebelas.
Detak jantung Anggi gaduh seketika. Tidak ada hasrat untuk membantah, ia menarik selimut dan berbaring miring membelakangi Juna. Pandangannya bergulir ke sembarang arah. Menelan ludah susah payah dan menanti. Menduga-duga kemungkinan malam ini Juna akan kembali mendesakkan birahi padanya.
Sebentuk lengan kekar menarik dan memeluknya erat. Disusul elusan napas hangat yang menerpa tengkuk. Juna merapatkan diri bahkan melingkarkan kaki memerangkap tubuhnya. Biasanya Anggi memberontak kendati Juna lah yang selalu berakhir unggul. Akan tetapi, kali ini Anggi diam saja, malah menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya.
“Selamat tidur,” ucap Juna pelan, lalu menyurukkan wajah di tengkuk Anggi. Menghirup aroma sedap yang menguar dari kulit halus istrinya dan tak lama dengkuran halus teratur terdengar pelan.
Anggi menghela napas mencoba meredam sisi aneh dirinya. Mungkinkah ia berubah mesum sekarang? Meskipun Juna lebih sering kasar saat menggaulinya, tetapi entah kenapa kali ini ia tiba-tiba mendamba disentuh. Anggi menggerutu, merutuk dalam kalbu. Memaki pikirannya yang malah berkelana pada hal-hal bergelora. Memaksa mata untuk memejam meski sedikit kesulitan.
Dering panggilan telepon di dini hari berdenging nyaring. Ia terjaga seketika. Berusaha membuka mata beratnya dan menggapaikan tangan. Namun, dekapan erat Juna menyulitkannya bergerak sehingga si pria yang memeluknya itu ikut terbangun.
“Mas, ponselku berbunyi. Tolong minggir sebentar,” pinta Anggi yang berusaha melonggarkan dekapan Juna.
“Emhh, siapa sih. Malam-malam telepon? Ganggu orang tidur saja!” Juna menggerutu tanpa mau membuka matanya.
“Ya, mana aku tahu! Makanya lepasin dulu pelukannya.” Anggi bersungut-sungut. Juna bukannya melonggarkan lingkaran lengan, melainkan malah semakin mengeratkannya.
Berdecak sebal akhirnya Juna melepaskan guling hidup favoritnya. Dia kesal karena mimpi indahnya terpecah belah menjadi serpihan. Dalam mimpinya tadi ia tengah mencerup rakus rasa manis dari bagian Anggi yang membusung. Setidaknya ia masih bisa mencicipi di alam tidur, karena di alam nyata istrinya itu belum boleh dicumbu dan dimasuki sesuai saran dokter.
Anggi beringsut cepat menyambar ponsel dan menempelkannya di telinga. “Halo?”
“Anggi, kamu harus cepat ke sini. Sekarang juga!” terdengar suara Ayu yang panik juga kegaduhan dari seberang sana. Anggi langsung menegakkan tubuh bersama rasa kantuknya yang menguap begitu saja.
“Ada apa, Mbak? Terjadi sesuatu sama ibu?” Anggi merasakan firasat buruk berembus kencang.
“Kondisi ibu tiba-tiba menurun. Kamu harus cepat datang sekarang juga!”
TBC
JUNA NYEBELIN TINGKAT TINGGI 😡