Khadijah Nasytiti, seorang sekretaris yang sangat tergila-gila kepada bosnya, Arya Khalifano Bumi. Apapun akan dilakukan oleh Nana untuk mendapatkan cinta Arya. Sedangkan Arya masih terpaku dengan cinta masa kecilnya.
Hingga suatu keadaan memaksa Arya meminta Nana untuk menjadi pacarnya. Dan hubungan mereka berlanjut hampir ke jenjang pernikahan. Saat Arya sudah mulai membuka hati, suatu kesalahan dilakukan oleh Nana.
Mampukah Khadijah Nasytiti mempertahankan cintanya? Akankah Khadijah Nasytiti memaksakan cintanya untuk selalu terbalas? Atau menyerah dan pergi dari kehidupan Arya?
Yuk saksikan kisahnya
IG : @nonamarwa_
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nona Marwa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 32
🌹HAPPY READING🌹
"Menghibur Acha dan melupakan Nana?"
DEG
Arya serasa ditampar oleh perkataan Bumi. Arya mengusap wajahnya kasar. Baru saja dia ingin memulai hubungan yang baru dengan Nana, kini dia sendiri yang merusaknya.
"Daddy sudah tahan emosi Daddy melihat perlakuan kamu terhadap Nana sejak di rumah tadi, Arya. Tapi kali ini kami benar-benar keterlaluan," ucap Bumi.
"Dad, Nana pasti mengerti. Disaat seperti ini Acha lebih butuh Arya, Dad," ucap Arya dengan egonya.
"Mengerti maksud kamu adalah sebuah kesakitan untuk Nana, Arya," ucap Bumi tegas. Entah kenapa, Bumi sangat menyayangi Nana layaknya seorang Ayah yang sangat menyayangi Anaknya. Dia bisa melihat orang yang selama ini ingin dia temui di wajah Nana.
"Oke. Sekarang mau Daddy apa?" tanya Arya pasrah.
Bumi menatap Arya tak percaya dengan apa yang dia dengar. "Kamu bertanya apa yang Daddy inginkan? Jangan bodoh jadi lelaki Arya! Tanya hati kamu, apa perbuatan kamu ini membuat Nana terluka atau tidak? Sesekali gunakan perasaan kamu, Arya," ucap Bumi.
"Ayolah Dad, jangan berbelit-belit," ucap Arya tak paham.
Bumi berdecak kesal. Kepintarannya dalam urusan wanita tidak turun kepada anaknya ini. Kelamaan sendiri membuat Arya menjadi orang yang tak peka sama sekali.
"Susul Nana dan bujuk dia, Bodoh!" ucap Bumi kesal.
"Nana dimana, Dad?" tanya Arya akhirnya.
"Sudah pulang setelah melihat kekasihnya yang bergandengan tangan dengan wanita lain tanpa mengacuhkannya sama sekali," ucap Bumi menyindir Arya.
Tidak ingin berdebat dengan Daddy nya, Arya segera berlari ke parkiran mobilnya. Sedangkan Bumi kembali ke tempat Acha, Mita dan Meisya.
"Arya kemana, Pa?" tanya Mitha setelah melihat suaminya.
"Nana," jawab Bumi singkat.
Mereka semua mengangguk mengerti dengan perkataan Bumi.
"Apa sudah ada info terbaru, Cha?" lanjut Bumi bertanya kepada Acha yang masih sesegukan di pelukan Meisya.
Acha menggeleng. "Belum ada konfirmasi sama sekali, Om. Kita hanya di suruh menunggu," jawab Acha.
"Acha yang sabar, ya. Kita berdoa yang terbaik buat Zein," ucap Bumi membujuk Acha. Bumi menyayangi Acha sebagai anaknya sendiri. Karena Acha adalah anak dari mendiang sahabatnya yang sudah meninggal.
"Iya, Om," jawab Acha.
.....
Kini mobil Arya sudah sampai di depan halaman rumah Nana. Arya segera keluar dari mobil dan berjalan menuju pintu rumah.
Tok, tok, tok.
Pada ketukan ketiga, pintu terbuka dari dalam.
"Loh, Nak Arya kesini?" tanya Bi Mirna heran.
"Emangnya nggak boleh, Bi?" tanya Arya sedikit bercanda.
"Eh ... Bukan begitu, Nak Arya. Nana kan nggak ada di rumah jadi untuk apa Nak Arya kesini?" ucap Bi Mirna tak enak.
Nana nggak ada di rumah. Astaga, apa yang udah gue lakuin. Batin Arya berteriak menyesal.
"Hehe, saya cuman mau lihat Bibi saja," jawab Arya dengan wajah tanpa dosa nya.
Dahi Bi Mirna berkerut mendengar perkataan Arya. Dia bingung dan sama sekali dengan apa yang dikatakan Arya.
Melihat Bi Mirna bingung Arya segera pamit. "Yasudah, Bi. Kalau begitu saya permisi dulu, ya. Assalamu'alaikum," ucap Arya langsung berbalik dan sejalan ke mobilnya.
"Waalaikumsalam," jawab Bi Mirna linglung. Tidak ingin semakin pusing, Bi Mirna segera menutup pintu dan masuk ke rumah.
Sedangkan Arya kini sudah melajukan mobilnya meninggalkan rumah Nana. Sepanjang jalan kepala Arya menoleh ke kiri dan ke kanan melihat Nana.
"Nana, kemana kamu?" gumam Arya pada dirinya sendiri.
Lama Arya berputar-putar di daerah yang sama, hingga akhirnya dia teringat sesuatu.
"Apa mungkin Nana ketempat Ayahnya?" tanya Arya pada diri sendiri.
"Gue harus mastiin ke sana," ucap Arya dan langsung memutar mobilnya ke arah Rumah Sakit Jiwa tempat Akmal dirawat.
Berdasarkan informasi yang sudah di terima dari Gilang, Arya melajukan mobilnya dengan kecepatan sedikit tinggi ke Rumah Sakit yang dia tuju. Tentu saja Arya mengetahui alamatnya, karena Rumah Sakit itu adalah salah satu Rumah Sakit yang dimiliki oleh keluarga Arya.
.....
Mobil Arya telah sampai di Rumah Sakit. Arya memarkirkan mobilnya di tempat parkir khusus miliknya. Setelah itu dia langsung memasuki Rumah Sakit. Di sepanjang jalan menuju ruangan Akmal, Arya melihat banyak orang-orang yang tertawa tanpa beban dalam hidupnya. Mereka berbicara dengan mainan yang ada ditangannya seolah itu adalah tempat curhat mereka.
Orang gila memang hebat. Mereka dengan mudahnya bisa menciptakan dunia sendiri. Batin Arya.
Kini langkah Arya terhenti di depan sebuah pintu kamar yang tertutup rapat. Sebelum masuk, Arya mengambil nafas sejenak dan membuangnya secara perlahan. Menormalkan detak jantungnya yang sudah seperti lari maraton.
Dengan perlahan, tangan Arya membuka handel pintu.
Nana yang tadi asik memperhatikan wajah Akmal yang tertidur pulas menoleh ketika mendengar seseorang membuka pintu ruangan Akmal.
Tubuh Nana menegang mendapati Arya yang sudah berdiri di ambang pintu. Nana langsung berdiri dari duduknya dan menatap Arya dengan terkejut.
"Pa-Pak Arya," ucap Nana terbata.
.....
Nana dan Arya kini tengah duduk bersama di bangku taman Rumah Sakit. Meskipun hari sudah sedikit gelap, keindahan taman tetap nampak karena lampu-lampu di sana menyala dengan indah.
Keheningan menemani Nana dan Arya untuk saat ini. Hingga Arya memutuskan untuk membuka suaranya.
"Apa tidak ada yang ingin kamu jelaskan, Na?" tanya Arya dingin.
Jemari Nana saling memilin. Mencoba untuk menghilangkan ketakutan dan rasa gugupnya, tapi dia berusaha untuk tenang.
"Bapak sudah melihat semuanya. Untuk apa saya jelaskan," ucap Nana dengan nada dingin.
"Tidakkah kamu perlu untuk berbagi kepada Saya?" ucap Arya.
"Tidak," jawab Nana singkat.
Arya terkekeh kecil mendengar jawaban Nana. "Saya pacar kamu," ucap Arya.
Nana menoleh begitu mendengar jawaban Arya. "Bapak mengakui saya?" tanya Nana.
"Bicaralah layaknya seorang kekasih, Na," ucap Arya juga melihat Nana. Kini mereka saling bersitatap. Hingga Nana memutuskan pautan mata mereka karena tindak sanggup melihat mata tajam nan indah itu. Tidak sadarkah Arya bahwa dia juga berbicara formal kepada Nana? Dasar Arya.
Nana tertawa sumbang. "Pergilah, Pak. Bapak sudah tahu mengenai keluarga saya yang selama ini ingin Bapak ketahui," ucap Nana tanpa menghiraukan perkataan Arya.
"Hanya sebatas ini cinta kamu kepada Saya?" tanya Arya memandang Nana.
"Jangan bicara cinta jika Bapak hanya mampu memberi luka, Pak," ucap Nana sendu.
"Dimana Nana yang selalu kuat dan berjuang untuk Saya?" tanya Arya.
Nana menggeleng mendengar pertanyaan Arya. "Ingatlah satu hal, Pak. Sekuat apapun seorang wanita, dia hanya seonggok daging bernyawa yang berasal dari sebuah tulang rusuk yang bengkok, Pak. Sangat rapuh," jawab Nana sendu. Dengan sekuat tenaga Nana menahan air matanya agr tidak menetes di depan Arya.
Arya turun dari kursi dan bersimpuh di depan Nana. Nana mengalihkan pandanganya begitu Arya menatap matanya.
"Na, lihat mata Saya, Na," ucap Arya. Tapi Nana tetap mengalihkan pandanganya.
"Na, tatap mata Saya!" bentak Arya memaksa Nana menatap matanya.
Pertahanan Nana runtuh. Air matanya mengalir melihat mata Arya. Pandangan Arya yang tadinya tajam kini berubah teduh melihat Nana yang sudah menangis. Kedua tangan Arya bergerak untuk menghapus air mata Nana.
"Percaya sama Saya, Na. Hati ini sudah Saya berikan untuk kamu, Na. Dan itu tidak akan berubah," ucap Arya lembut.
"Tidak berubah bukan tidak mungkin dia akan kembali seperti dulu Bapak mencintai wanita lain," jawab Nana.
Arya menggeleng. "Sudah keputusan saya untuk memilihmu. Bagaimanapun keadaannya, kita akan tetap bersama," ucap Arya.
"Walau suatu saat Bapak harus memilih antara saya atau sahabat kecil saya, apa yang akan Bapak lakukan?" tanya Nana.
"Saya pastikan itu tidak akan pernah terjadi. Karena kalian memiliki tempatnya masing-masing di hati Saya," jawab Arya. Arya bangun berdiri dan kembali duduk di kursi. Setelah itu membawa tubuh Nana kedalam pelukannya. Nana hanya diam menurut, tapi tangannya tidak membalas pelukan Arya.
Bukan itu jawaban yang aku inginkan, hiks. Apakah sesulit itu mengatakan bahwa aku penting untukmu?Batin Nana berucap sendu mendengar jawaban Arya yang tidak dia inginkan.
Maafkan saya, Na. Saya hanya ingin kamu bersabar. ucap Arya dalam hati. Arya tahu Nana kecewa dengan jawabannya. Terbukti dengan Nana yang tidak membalas pelukannya. Tapi untuk saat ini hanya itu yang bisa dia ucapkan. Dia masih butuh waktu untuk memantapkan hatinya.
......................
Maaf slow update ya teman-teman. Mulai besok aku akan usahakan untuk selalu update. Jangan tinggalkan novel ini, ya. Jadilah saksi perjalan kisah cinta Nana dan Arya. Aku sayang kalian 🌹🌹🤗😍