NovelToon NovelToon
Asmaraloka

Asmaraloka

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Reinkarnasi / Time Travel / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Naik Kelas
Popularitas:991
Nilai: 5
Nama Author: ryuuka20

Ketika Romeo dan Tina mengunjungi sebuah museum desa terpencil, mereka tidak pernah menyangka bahwa patung kuno sepasang Dewa Dewi Asmara akan membawa mereka ke dunia lain—Asmaraloka, alam para dewa yang penuh kemegahan sekaligus misteri. Di dunia ini, mereka bukan lagi manusia biasa, tapi reinkarnasi dari Dewa Kamanjaya dan Dewi Kamaratih—penguasa cinta dan perasaan.
Terseret dalam misi memulihkan keseimbangan cinta yang terkoyak akibat perang para dewa dan iblis, Romeo dan Tina harus menghadapi perasaan yang selama ini mereka abaikan. Namun ketika cinta masa lalu dan masa kini bertabrakan, apakah mereka akan tetap memilih satu sama lain?
Setelah menyadari kisah cinta mereka yang akan berpisah, Sebagai Kamanjaya dan Kamaratih mereka memilih hidup di dunia fana dan kembali menjadi anak remaja untuk menjalani kisah yang terpisahkan.
Asmaraloka adalah kisah epik tentang cinta yang melintasi alam dan waktu—sebuah petualangan magis yang menggugah hati dan menyentuh jiwa.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ryuuka20, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

5. Museum Asmaraloka

...****************...

Malam itu, setelah selesai pertemuan dan kegiatan bersama para murid di Desa Asmaraloka, mereka semua kembali ke villa untuk beristirahat. Suasana mulai tenang, dan udara malam terasa sejuk. Tina, yang sudah selesai membereskan barang-barangnya lebih cepat dari yang lain, memilih duduk di bangku teras belakang villa. Ia menikmati kesunyian malam, sementara teman-temannya masih sibuk beres-beres di dalam.

Tiba-tiba, Romeo muncul dari dalam villa, membawa beberapa makanan yang ia beli sebelumnya. "Ayo makan," ajaknya santai sambil duduk di sebelah Tina. Ia mengambil beberapa buah anggur dan menawarkannya kepada Tina.

Tina yang tadinya tenggelam dalam pikirannya tersenyum kecil, menerima tawaran Romeo. "Makasih," katanya pelan, mengambil sebutir anggur dan memakannya. Mereka duduk dalam keheningan sejenak, hanya ditemani suara angin malam dan gemerisik dedaunan.

"Lo masih kepikiran soal hutan itu ya?" tanya Romeo, akhirnya memecah keheningan. Tina menoleh padanya, lalu mengangguk pelan.

"Entahlah, kayak ada sesuatu yang aneh di sana," jawabnya jujur. "Tapi mungkin gue cuma terlalu banyak mikir."

Romeo mengunyah anggurnya, menatap ke arah hutan yang terlihat dari kejauhan. "Mungkin cuma sugesti aja, atau cerita-cerita desa ini bikin lo mikir yang aneh-aneh."

Tina tersenyum tipis, merasa sedikit lebih tenang dengan kehadiran Romeo di sampingnya. "Mungkin," balasnya pelan, meskipun rasa penasaran itu masih ada di hatinya.

Sebenarnya ia masih memikirkan kemarin yang di katakan pemandu wisata. Tapi ia simpan saja dalam hati,"pasti Lo mikirin yang kemarin itu kan?" Tanya Romeo sambil tertawa,"gue gak percaya sih."

Setelah mereka berkumpul untuk mendengarkan pengumuman. "Anak-anak hari ini kita akan ke museum Asmaraloka, disana kita akan melihat sejarah dari desa Asmaraloka." ucap Buk Melly.

"Jangan sampai Lo hilang ya." ucap Romeo yang sudah berdiri di sebelah Tina. Gadis itu hanya mendengus pelan. Rasanya ia ingin sekali menjauh dari Romeo setelah kejadian tersandung itu.

Merekapun sampai di gedung tinggi dan klasik ini adalah Museum Asmaraloka dimana sejarahnya dari desa ini muncul dan ada beberapa peninggalan sejarah yang panjang dari cerita-cerita tentang terbentuknya desa ini. Romeo dan Tina sekarang adalah satu team.

Mereka berjalan perlahan menyusuri lorong-lorong museum yang diterangi lampu temaram. Setiap langkah terasa berat bagi Tina, seolah lantai kayu tua di bawah kaki mereka menyimpan bisikan-bisikan masa lalu. Di sisi kanan, ada pajangan lukisan kuno bergambar seorang pria berpakaian adat dengan sorot mata tajam. Tina spontan menarik tangan Romeo lebih erat.

"Rom.. liat deh.. lukisan itu," bisiknya.

Romeo menoleh dan memperhatikan lukisan itu sebentar. "Iya, kenapa?"

"Matanya... kayak ngikutin kita jalan," kata Tina pelan, matanya tak lepas dari tatapan lukisan itu.

Romeo tersenyum tipis, mencoba menenangkan. "Itu efek lukisan klasik aja. Dari sudut manapun lo berdiri, emang kelihatan kayak ngeliatin kita. Udah biasa, kok."

Tina mencoba mengangguk meski hatinya masih gelisah. Saat mereka berbelok ke ruangan berikutnya, ada sebuah pajangan benda pusaka—keris tua dengan ukiran rumit di gagangnya. Di bawahnya tertulis: "Keris Pusaka Asmaraloka-Hanya akan bangkit bila jiwa terikat oleh dendam."

Tina berhenti lagi. "Gue makin gak enak, Rom. Sumpah, tadi gue ngerasa kayak ada bisikan sesuatu pas lewat sini."

Romeo menatap Tina lebih serius kali ini. "Bisikan? Bisik apaan?"

Tina menggeleng, wajahnya pucat. "Gue gak ngerti. Suaranya pelan banget kayak cuma bilang 'balik... jangan ganggu...' tapi jelas banget gue denger."

Romeo menatap sekitar, kali ini mulai merasa tidak nyaman juga. Suasana museum yang sunyi membuat segala sesuatu terasa lebih berat dan mencekam.

"Lihat, kalau lo makin gak enak, kita keluar aja. Gak usah maksain," kata Romeo, menawarkan jalan keluar.

Namun sebelum Tina sempat menjawab, tiba-tiba lampu ruangan itu berkedip sebentar—hanya sepersekian detik, tapi cukup membuat semua orang di dalam ruangan terdiam dan saling menatap.

"Lo liat itu?" tanya Tina dengan panik.

"Iya..." jawab Romeo, kini mulai siaga. Ia menggenggam tangan Tina lebih erat. "Ayo, kita keluar sekarang."

Tapi saat mereka hendak berbalik, tiba-tiba suara kayu berderit terdengar dari arah rak pajangan keris. Tanpa angin, keris itu bergeser sedikit di tempatnya, seolah hendak jatuh.

Tina menjerit pelan. Romeo langsung menariknya menjauh dari pajangan. Beberapa siswa lain dan guru yang ada di ruangan juga mulai memperhatikan. Wali kelas mendekat dengan cepat.

"Ada apa ini? Kalian kenapa?" tanya Bu Ratri, guru mereka.

Romeo menjawab cepat, "Kayaknya Tina shock, Bu. Boleh kami keluar sebentar?"

Bu Ratri mengangguk. "Bawa dia keluar dulu. Nanti saya susul."

Romeo segera menuntun Tina ke arah luar museum, kembali ke udara luar yang jauh lebih hangat dan terasa lega. Tina menghela napas panjang, air matanya jatuh tanpa sadar.

"Gue gak ngerti, Rom... tapi tempat itu bener-bener bikin gue ngerasa kayak.... ada yang manggil?"

Romeo memeluk bahunya, menenangkan. "Gue percaya lo. Kita ke luar aja, ya?"

Tina hanya mengangguk, matanya menatap ke arah sepasang Dewa dan Dewi yang sedang menari, Patung laki-laki yang seperti memeluk Patung Dewi yang saling berpandangan. yang kini tampak lebih gelap dari sebelumnya… seolah menyembunyikan rahasia yang belum selesai.

*********

Romeo membuka matanya perlahan, tapi yang dilihat bukan lagi museum Desa Asmaraloka. Ia terbaring di atas sebuah ranjang besar berhias ukiran emas dan tirai putih yang lembut melambai-lambai. Di sekelilingnya, dinding-dinding tinggi dipenuhi lukisan dan relief yang menggambarkan kisah cinta para dewa. Aroma dupa halus memenuhi udara.

Tubuhnya terasa ringan, namun saat ia menunduk, ia terkejut. Ia mengenakan pakaian serba putih keemasan, dengan sabuk besar bertatahkan permata merah di pinggang. Di tangannya tergantung gelang emas, dan mahkota kecil menghiasi kepalanya.

"Apa ini...?" gumam Romeo, bangkit perlahan dari ranjang.

Suara lembut terdengar dari balik tirai. "Kau telah bangun, Sang Ksatria Asmara."

Tirai terbuka, dan Tina masuk—atau seseorang yang menyerupai Tina, dengan balutan gaun dewi warna biru laut yang mengalir lembut hingga lantai. Rambutnya dihiasi untaian bunga dan perhiasan emas yang menjuntai di dahi. Mata mereka bertemu.

"Tina?" tanya Romeo, masih tak percaya.

Tina juga tampak kebingungan. "Romeo? Ini... ini lo juga?"

Mereka saling mendekat. Mata mereka menatap sekeliling ruangan—dan tahu bahwa mereka sedang berada di tempat yang bukan dunia biasa. Tiba-tiba, keduanya teringat akan pahatan patung di museum tadi: sepasang dewa dan dewi asmara, saling memandang penuh cinta.

"Kita masuk ke dalam patung itu..." bisik Tina.

"Dan sekarang kita... jadi mereka?" Romeo melanjutkan, melihat dirinya sendiri dari kepala hingga kaki.

Tiba-tiba, lantai bergetar pelan dan suara lembut namun berwibawa terdengar memenuhi ruangan.

"Waktumu telah tiba, Romeo sang Jiwa Dewa. Bersama Dewi hatimu, bangkitkan kembali cinta yang terkunci selama seribu tahun."

Mereka saling berpandangan.

"Ini pasti ada hubungannya dengan kenapa gue ngerasa gak nyaman di museum tadi," ujar Tina.

Romeo mengangguk pelan. "Dan sekarang... kita harus cari tahu kenapa kita dibawa ke sini."

Di luar jendela besar, langit berwarna keemasan, dan dari kejauhan, tampak sebuah kuil tinggi yang berdiri di atas danau cermin. Udara tenang, tapi ada sesuatu yang menunggu.

1
sjulerjn29
" kita beneran dewa"😂
sjulerjn29: ya ampun thor suasana kerajaan tp gk ngebosenin .
thor mampir di episode baru ceritaku😊🤭
total 1 replies
HNP
semangat, jangan lupa follback.💪
iqbal nasution
semangat
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!