Lin Feng, "Tuan Muda Teoris" dari Klan Lin, adalah bahan tertawaan di Akademi Awan Hijau. Dia jenius strategi, tapi bakat bela dirinya nol besar.
Segalanya berubah drastis saat arwah kakek-kakek telanjang mesum merasuki mata kirinya, memberinya kekuatan cheat [Mata Penjiplak] yang bisa meniru dan menyempurnakan jurus apa pun seketika.
Berbekal otak licik, mata copy-paste super, dan panduan kakek mesum di kepalanya, Lin Feng kini siap mengacak-acak dunia Jianghu. Ini adalah kisah di mana dia mempermalukan para jenius, men- trol/ musuh-musuhnya, dan mengejar tujuan utamanya membangun harem terbesar dalam sejarah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ex, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31 bagian 3
Keheningan yang mematikan memenuhi kamar VIP yang mewah itu.
Zhang Yao duduk membeku di tempat tidurnya. Jubah robek itu masih teronggok di pangkuannya. Tangannya yang sehat gemetar hebat.
"K-Kau..."
Wajah Zhang Yao berubah dari pucat pasi menjadi merah padam karena marah, lalu kembali pucat pasi karena ketakutan, lalu kembali merah padam.
"K-KAU... GILA?!" teriaknya, suaranya pecah dan nyaring. "KAU MEMATAHKAN LENGANKU! KAU MENGHANCURKAN TULANGKU! DAN KAU... DAN KAU DATANG KE SINI... UNTUK MEMINTA... GANTI RUGI?!"
Itu adalah absurditas di level yang berbeda. Itu adalah logika iblis.
"Lin Feng!" Kroni 1, yang gemetaran, mencoba terdengar berani. "B-Beraninya kau! K-Klan Zhang... K-Klan Zhang akan..."
"Akan apa?"
Lin Feng memotongnya dengan satu pertanyaan pelan.
Dia menatap Zhang Yao. Bukan dengan amarah. Tapi dengan... kekecewaan. Seolah-olah dia sedang berbicara dengan anak yang bodoh.
"Mari kita tinjau faktanya, Zhang Yao," kata Lin Feng, suaranya tenang dan penuh perhitungan. "Satu." Dia mengangkat satu jari yang terawat.
"Kau... yang menantangku. Di depan umum. Benar?"
Zhang Yao tercekat. "...Y-Ya, tapi..."
"Dua." Lin Feng mengangkat jari kedua. "Kau... yang menyerangku lebih dulu. Benar?"
"...Y-Ya..."
"Dan tiga." Lin Feng mengangkat jari ketiga. "Saat kau menyerangku... kau merobek jubahku."
Dia mencondongkan tubuhnya ke depan lagi, senyumnya hilang, digantikan oleh ekspresi dingin yang menusuk.
"Aku," kata Lin Feng. "Adalah korban dari seranganmu yang tidak beralasan."
"Fakta bahwa aku... tersandung saat membela diri... dan kau, sang 'Jenius', tidak bisa mengendalikan jurusmu sendiri sampai kau mematahkan pergelangan tanganmu yang lemah... itu," kata Lin Feng, "adalah... kecelakaan yang disebabkan oleh dirimu sendiri."
"Sebuah kecerobohan," tambahnya.
"BWAHAHAHA! LOGIKA IBLIS!" raung si Kakek di kepalanya. "AKU SUKA! KAU MEREBUT POSISI 'KORBAN'! KAU MEMUTARBALIKKAN FAKTA DENGAN SANGAT INDAH! KAU DILAHIRKAN UNTUK INI, NAK!"
Lin Feng menegakkan tubuh. "Jadi. Ada kerusakan yang jelas. Ada bukti." Dia menunjuk jubah di pangkuan Zhang Yao. "Dan ada pelaku. Yaitu kau."
"Dua ribu tael perak."
Dia mengulurkan tangannya yang mulus. "Tunai. Aku tidak menerima kredit."
Wajah Zhang Yao berkedut.
"K-KAU... KAU YANG MEMATAHKAN TANGANKU, BAJINGAN SIALAN!" raungnya, akhirnya meledak. "DAN KAU MAU MEMINTA..."
"Berisik," potong Lin Feng.
Satu kata itu.
Datar, dingin, dan penuh kebosanan.
Itu membungkam Zhang Yao lebih efektif daripada tamparan.
Lin Feng menatap kedua kroni yang berdiri gemetar di dekat dinding.
"Kalian berdua," katanya. "Keluar."
"T-Tapi... T-Tuan Muda kami..."
Lin Feng mengalihkan pandangannya ke kroni yang baru saja bicara. Mata kirinya terasa sedikit hangat.
ZZT.
[Menganalisis: Murid Anonim Sampah]
[Kelemahan: Lutut kiri lemah (Cedera lama). Teknik Pernapasan Klan Li (Versi Buruk). Takut pada... Ular.]
Lin Feng tersenyum tipis. "Lutut kirimu... masih sakit saat hujan, ya?"
Wajah kroni itu berubah dari pucat menjadi seputih kertas. "A-A-Apa... b-bagaimana... kau...?"
"Keluar," ulang Lin Feng. "Atau... haruskah aku membawa beberapa... teman ularku ke sini?"
"AAAAHHH!"
Kedua kroni itu tidak perlu diperintah tiga kali. Mereka berdesakan keluar pintu, membantingnya tertutup di belakang mereka, meninggalkan Tuan Muda mereka sendirian... dengan iblis itu.
Kamar VIP itu kini sunyi senyap. Hanya ada mereka berdua.
"Nah," kata Lin Feng, menarik kursi kayu rosewood dan duduk di samping tempat tidur. Sangat santai. "Di mana kita tadi? Ah, ya. Kompensasi."
Zhang Yao gemetar hebat. Dia tidak berani menatap mata Lin Feng.
"K-Klan Zhang... K-Klan Zhang tidak akan..."
"Klan Zhang tidak akan apa?" tanya Lin Feng lembut. "Menuntutku? Melaporkanku? Silakan."
"Biarkan aku membantumu menyusun laporannya," lanjut Lin Feng. "Yang terhormat Tetua Klan, hari ini aku, Zhang Yao, sang jenius, secara ilegal menantang seorang murid di lapangan. Aku menyerangnya lebih dulu. Aku merobek jubahnya. Lalu... aku tidak sengaja mematahkan tanganku sendiri karena jurusku yang payah."
Dia menatap kuku jarinya yang terawat. "Kira-kira... bagaimana reaksi Tetuamu?"
Zhang Yao tidak bisa bernapas.
Lin Feng benar. Itu adalah kebenaran yang memalukan. Dia akan dihukum oleh klannya sendiri karena telah mempermalukan nama mereka!
"K-Kau... kau iblis," bisik Zhang Yao.
"Aku seorang Teoris," ralat Lin Feng. "Sekarang, berhentilah membuang-buang waktuku. Aku punya tidur siang yang harus kujalani."
Dia mengulurkan tangannya lagi. "Dua ribu tael."
Tangan Lin Feng yang sempurna terulur di udara. Menunggu.
Zhang Yao menatap tangan itu. Lalu dia menatap mata Lin Feng.
Dia tidak melihat kemarahan. Dia tidak melihat kesombongan. Dia hanya melihat... kekosongan. Kebosanan. Seolah-olah dia adalah serangga yang sedang ditagih uang sewa.
Dan itu... jauh lebih menakutkan.
Logika iblis Lin Feng telah menguncinya. Dia tidak bisa melarikan diri.
Jika dia melawan, iblis ini mungkin akan mematahkan sesuatu yang lain.
Jika dia melapor, klannya akan menghukumnya karena kebodohannya.
Dia... telah kalah. Kalah total, di setiap lini.
"Hah... hah..." Zhang Yao terengah-engah, keringat dingin membasahi dahinya.
"B-Baik," bisiknya, suaranya hancur. "B-Baik... K-Kau... menang..."
"HAHAHAHA! DIA MENYERAH!" raung si Kakek di kepala Lin Feng. "DIA MENYERAH TOTAL! LIHAT WAJAHNYA YANG SEPERTI DARA YANG KEHILANGAN KEHORMATANNYA! AMBIL UANGNYA, NAK! AMBIL 'MAS KAWIN'-NYA!"
Dengan tangannya yang sehat, Zhang Yao merogoh ke dalam jubah tidurnya dengan gemetar. Dia mengeluarkan sebuah kantong penyimpanan kecil yang terbuat dari sutra bersulam.
Ini adalah kantong Qiaokun miliknya, hadiah dari ayahnya. Isinya... uang jajannya untuk enam bulan ke depan.
"D-Di... di sini..." desisnya, rasa malu membakar wajahnya. "I-Ini... s-semua yang aku punya... A-Ada... dua ribu... l-lima ratus tael..."
Dia menawarkan kantong itu dengan tangan gemetar.
Lin Feng tidak mengatakan apa-apa.
Dia mengambil kantong itu.
Dia tidak menghitungnya. Dia tidak memeriksanya. Itu akan membuatnya terlihat membutuhkan.
Dia hanya mengambilnya dan memasukkannya dengan santai ke dalam jubah biru langitnya. Seolah-olah dia baru saja menerima sebungkus kacang.
Dua ribu lima ratus tael.
Modal awalnya... aman. Bahkan dengan bonus 500 tael.
"Bagus," kata Lin Feng. "Senang berbisnis denganmu, Tuan Muda Zhang."
Dia berdiri dari kursinya.
Zhang Yao menghela napas lega. Siksaan ini akhirnya berakhir. Iblis ini akan pergi.
Tapi Lin Feng... tidak langsung pergi.
Dia berdiri di samping tempat tidur, menatap Zhang Yao yang kini hancur.
"Ah," kata Lin Feng, seolah baru teringat sesuatu. "Satu hal lagi. Nasihat gratis."
Zhang Yao tersentak, menatapnya dengan ngeri.
Lin Feng mencondongkan tubuhnya ke depan, sangat dekat, senyumnya hilang.
"Jurus pedang klanmu," bisiknya. "'Tebasan Badai Awan'..."
Dia mendecakkan lidahnya. "Sampah."
"Kau harusnya berterima kasih padaku," lanjut Lin Feng, suaranya sangat pelan. "Aku melihat 15 kelemahan fatal. Aku memilih yang paling mudah... pergelangan tanganmu."
Mata Zhang Yao terbelalak ngeri.
"Jika aku memilih... kelemahan ke-7..." Lin Feng menunjuk ke leher Zhang Yao dengan jarinya yang terawat. "...kau tidak akan berada di sini mengeluh tentang lenganmu."
"Kau akan berada di Paviliun Kremasi."
Lin Feng tersenyum. Senyum paling ramah yang pernah dilihat Zhang Yao.
"Latih tanding kita... selesai."
Dia berbalik dan berjalan dengan santai ke pintu.
"T-Tunggu!" seru Zhang Yao, suaranya panik. "J-Jubahmu! K-Kau... meninggalkannya!"
Jubah putih robek itu masih teronggok di pangkuan Zhang Yao.
Lin Feng berhenti di ambang pintu. Dia menoleh ke belakang, melirik jubah itu, lalu melirik Zhang Yao.
"Simpan saja," katanya.
"Anggap itu... sebagai tanda mata untuk pelajaran hari ini."
Klik.
Pintu tertutup dengan pelan, meninggalkan Zhang Yao sendirian di kamar yang sunyi.
Hening.
Zhang Yao menatap jubah robek di pangkuannya.
Lalu...
"AAAAAAARRRRRRGGGGHHHHHHH!!!"
Sebuah jeritan frustrasi, penghinaan, dan ketakutan yang murni... meledak dari Tuan Muda Klan Zhang, mengguncang seluruh Paviliun Medis.
tapi overall, ini cukup bagus👍
untuk kalimat 'haaaah' ini seperti menghela napas kan? harusnya Hoamm, mungkin?🤭
maaf kak sok tau, tapi aku lebih nyaman begitu🙏