Gadis berusia dua puluh tahun harus merelakan impian pernikahannya dengan sang kekasih demi memenuhi keinginan terakhir sang ayah. Ia di jodohkan dengan bujang lapuk berusia empat puluh tahun yang hidup dalam kemiskinan.
Namun siapa sangka, setelah enam bulan pernikahan Zahira mengetahui identitas asli sang suami yang ternyata seorang milyarder.
Banyak yang menghujatnya karena menganggapnya tidak pantas bersanding dengan sang suami hingga membuatnya tertekan. Akan kah Zahira tetap mempertahankan pernikahan ini atau ia memilih untuk meninggalkan sang suami?
Dukung kisahnya di sini!
Terima kasih buat kalian yang mau suport author.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon swetti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PERTEMUAN TAK TERDUGA
Arkan membawa Aarav ke rumah sakit terdekat semalam. Aarav harus di rawat selama beberapa hari untuk observasi karena ada luka yang cukup parah di bagian lambungnya. Mungkin efek makan tidak teratur di tambah minum minuman keras. Saat ini Aarav masih belum siuman. Entah apa yang membuat Aarav masih setia menutup matanya. Arkan menatap Aarav yang berbaring lemah di ranjang pesakitan. Ia merasa iba dengan kondisi bosnya saat ini.
" Anda orang baik tuan, tapi anda juga bodoh." Gumam Arkan. " Hanya karena ingin membuktikan tuan Seno bersalah, anda sampai mengorbankan diri anda sendiri tanpa berpikir panjang. Sekarang anda harus mengalami hal seperti ini setelah di tinggalkan nyonya Hira. Padahal sebelum anda mengenal nyonya Hira anda akan selalu baik baik saja. Anda orang yang cuek, dingin dan pendiam. Tapi setelah mengenal nyonya Hira, perlahan sifat anda berubah. Terlihat dari mata anda, kalau anda sangat mencintai nyonya Hira. Itu sebabnya anda tidak bisa kehilangannya. Aku hanya bisa berdoa, semoga kalian segera di pertemukan meskipun itu tanpa sengaja. Karena aku yakin nyonya Hesti tidak akan membiarkan kalian bertemu." Sambung Arkan.
" Egh." Aarav mengerjapkan matanya. Ia mengedarkan pandangan, rupanya hari sudah pagi.
" Tuan, anda sudah sadar? Saya panggilkan dokter dulu." Ucap Arkan.
" Apa aku di rumah sakit?" Tanya Aarav melihat nuansa ruangan yang dominan dengan warna putih. Arkan menganggukkan kepalanya.
" Memangnya aku kenapa?" Tanya Aarav lagi.
" Semalam anda pingsan tuan." Sahut Arkan.
Aarav ingat kalau terakhir kali ia berada di kontrakan milik ibunya.
" Hira dimana? Apa kamu menemukan Hira di kontrakan mama? Kalau iya, di kamar nomer berapa? Aku akan menjemputnya sekarang." Cerocos Aarav.
Arkan menghembuskan kasar nafasnya. Ia jadi merasa bersalah karena sudah membohongi Aarav. Ini ia lakukan karena suruhan bu Hesti.
" Maaf tuan, ternyata saya salah lihat. Semalam saya terpaksa menelusuri data orang yang menyewa di sana, namun rupanya tidak ada nama nyonya muda. Mungkin yang saya lihat hanya mirip saja." Jelas Arkan.
Aarav terlihat lesu, sepertinya ia kehilangan harapan untuk bertemu dengan Hira.
" Shhh!!" Desis Aarav memegangi perutnya.
" Anda kenapa tuan? Apa ada yang sakit?" Tanya Arkan dengan nada khawatir.
" Kenapa rasanya perutku sakit sekali? Seperti di iris pakai pisau." Rintih Aarav.
" Sebentar tuan! Saya panggilkan dokter dulu." Arkan segera keluar ruangan untuk memanggil dokter.
Aarav hanya bisa menatap kosong kepergiannya.
" Apa kau tahu mas sakit, Hira? Rasanya tubuh ini sudah tidak kuat untuk bertahan. Tapi mas ingin bertemu denganmu, mas ingin meminta maaf padamu. Mas ingin kita kembali bersama. Mas janji, ini kesalahan mas yang pertama dan yang terakhir kali. Tapi mau kah kamu mengabulkan keinginan mas ini? Aku rasa kemarahanmu tidak akan reda semudah itu."
**
Di rumah utama keluarga Alaric, Hira baru saja selesai sarapan bersama ibu mertuanya. Tiba tiba perutnya terasa mual, ia membekap mulutnya lalu berlari ke wastafel kamar mandi yang ada di dapur.
Huek... Huek..
Bi Hesti nampak panik, ia segera menyusul Hira.
Huek...
Hira memuntahkan seluruh isi perutnya ke dalam wastafel.
" Sayang kamu kenapa? Apa kamu salah makan? Atau kamu masuk angin?" Bu Hesti memijat tengkuk Hira berharap muntah Hira bisa reda. Tapi Hira justru muntah muntah tanpa henti.
" Ya Tuhan, apa kamu keracunan Hira? Kita harus ke rumah sakit sekarang."
Hira yang sedang muntah tidak mengindahkan ucapan ibu mertuanya. Perutnya sangat mual, kepalanya mendadak pusing. Dan keringat dingin tiba tiba mengucur membasahi tubuhnya. Rasanya benar benar tidak karuan sampai..
Brugh!!!
" Hira!!!!"
Hira jatuh ke lantai tidak sadarkan diri.
" Tolong!! Tolong!! Bi Inah, pak Tejo tolong!" Teriak bu Hesti minta tolong.
Beberapa pelayan di rumahnya langsung berdatangan.
" Astaga, nyonya muda kenapa?"
" Dia pingsan. Ayo bantu saya bawa dia ke mobil."
Mereka membantu bu Hesti membawa Hira ke dalam mobil lalu bu Hesti sendiri yang membawa Hira ke rumah sakit.
Sampai di rumah sakit, Hira langsung di bawa ke UGD untuk mendapat penanganan darurat. Bu Hesti nampak gelisah menunggu di depan ruangan UGD, ia berjalan mondar mandir sambil terus berdoa. Ia benar benar takut sang menantu kenapa napa. Jika terjadi sesuatu pada Hira, Aarav pasti akan membencinya. Apalagi selama ini Hira berada dalam pengawasannya.
" Ya Tuhan, tolong selamatkan menantuku!"
Setengah jam menunggu, akhirnya Hira tertangani dengan baik. Dokter keluar dari ruangan, bu Hesti segera menghampirinya.
" Bagaimana keadaan menantu saya dok?" Tanya bu Hesti.
" Alhamdulillah kondisi pasien baik baik saja. Saya menduga kalau pasien sedang hamil saat ini. Dan kondisi seperti ini biasa di alami oleh ibu hamil muda seperti nyonya Zahira."
" A.. Apa? Menantu saya hamil dok?" Tanya bu Hesti memastikan. Matanya nampak berbinar, jika benar ia akan sangat bahagia mendengar kabar ini.
" Itu baru dugaan saya, untuk lebih jelasnya nanti akan di tangani oleh dokter spesialis kandungan. Untuk saat ini, pasien masih butuh perawatan. Jadi kami akan memindahkan pasien ke ruang perawatan. Anda bisa langsung urus administrasinya." Ujar dokter.
" Lakukan yang terbaik untuk menantu saya dok. Saya akan urus administrasi dulu. Saya minta ruangan VVIP untuk menantu saya." Ujar bu Hesti.
" Silahkan nyonya."
Bu Hesti segera menuju ruang pendaftaran untuk mengurus semua administrasi. Setelah itu ia menuju ruang VVIP dimana Hira sudah di pindah ke sana.
**
Aarav yang sedang berbaring tanpa sengaja melihat sekelebat sosok seseorang yang begitu mirip dengan sosok ibunya. Ia bisa melihat jelas karena kebetulan pintu ruang perawatannya tidak tertutup. Ia merasa kedinginan kalau harus menyalakan AC. Makanya ia mematikan AC dan membuka pintu ruangannya.
" Mama, mama ada di sini tapi tidak jenguk aku? Bukan kah mama bilang ada pertemuan dengan anggota PKK di jam sekarang? Lalu kenapa mama ada di sini? Atau mama di sini bersama Hira? Sepertinya mama membunyikan sesuatu dariku. Aku harus memastikannya, siapa tahun ini berkaitan dengan Hira."
Karena penasaran ia pun segera turun dari ranjang. Ia mencabut jarum infus yang menancap di tangannya. Ia segera keluar mencari sosok tersebut. Kebetulan Aarav masih bisa melihat punggung sosok tersebut memasuki ruangan VVIP yang tak jauh dari ruangannya saat ini. Ia sangat yakin kalau itu ibu kandungnya.
" Mama di ruang VVIP? Siapa yang sakit? Atau mama menjenguk salah satu temannya?" Pikir Aarav.
Ia segera berjalan menuju ruangan tersebut. Ruangan yang berjarak sekitar dua puluh meter dari ruangannya. Sampai di depan ruangan itu, Aarav bisa melihat sosok yang ia yakini sebagai ibunya berdiri di samping ranjang melalui celah pintu yang tidak tertutup rapat. Sepertinya mereka sedang berbincang dengan dokter. Mungkin membahas kondisi pasien di dalam ruangan itu.
" Selamat nyonya Hira, anda positif hamil."
Deg...
Jantung Aarav berdetak sangat kencang saat mendengar nama istrinya di sebut.
" Hira? Apa aku tidak salah dengar dokter menyebut nama Hira?" Gumam Aarav.
" Alhamdulillah Hira, kamu hamil nak. Selamat ya."
Aarav kembali terkejut begitu mendengar jelas suara sang mama.
" Itu beneran mama. Dan apa tadi? Hira hamil?"
Mendadak Aarav merasa sangat bahagia. Senyuman mengembang menghiasi wajah pucatnya. Tanpa membuang waktu ia langsung membuka pintunya dan masuk ke dalam.
Keempat orang di dalamnya menoleh ke arahnya.
" A.. Aarav." Ucap bu Hesti. Ia lupa kalau sekarang Aarav ada di rumah sakit yang sama. " Ah sial! Kenapa Aarav bisa menemukan Hira secepat ini sih. Apa dia mendengar ucapan dokter tadi? Semoga saja tidak, biar kehamilan ini menjadi rahasia kami berdua dulu." Batin bu Hesti.
Deg...
Jantung Hira berdetak sangat kencang melihat tatapan Aarav. Ia semakin iba melihat penampilan Aarav saat ini. Terlihat jelas jika Aarav tidak mempedulikan dirinya sendiri.
" Hi.. Hira." Ucap Aarav menatap Hira tanpa lepas. " Akhirnya mas menemukan kamu sayang." Ucap Aarav bahagia.
" Maaf tuan, anda siapa?" Tanya dokter Mila, dokter spesialis kandungan yang akan menangani Hira ke depannya.
" Saya su... "
" Mantan suami." Sahut Hira memotong ucapan Aarav.
Deg...
Setelah tadi jantung Aarav bertalu talu kini justru rasanya detakkan itu seolah berhenti.
" Oh anda mantan suami nyonya Hira, saya kira anda suaminya tuan." Ucap dokter Mila.
" Suami saya sudah tiada dok sejak dia meninggalkan saya dengan menikahi wanita lain."
Jeduarrr...
TBC....
..pintaran mak mu dr pd luu...😏😏