Dikhianati dan dijebak oleh suami dan kekasih gelapnya, seorang wanita polos bernama Megan secara tak terduga menghabiskan malam dengan Vega Xylos, bos mafia paling berkuasa di dunia malam. Hingga akhirnya, dari hubungan mereka malam itu, menghasilkan seorang putra jenius, Axel. Tujuh tahun kemudian, Vega yang terus mencari pewarisnya, tapi harus berhadapan dengan Rommy Ivanov, musuh lamanya, baru mengetahui, ternyata wanita yang dia cari, kini telah dinikahi musuh besarnya dan berniat menggunakan kejeniusan Axel untuk menjatuhkan Kekaisaran Xylos. Bagaimana Vega akan menghadapi musuh besarnya dan apakah Megan dan putranya bisa dia rebut kembali?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Black _Pen2024, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32: Jebakan Emas dan Perang Level Lima.
Rommy Ivanov melangkah lebih dekat, bayangannya yang menjulang menelan sosok kecil Axel. Mata Rommy menyipit, menuntut. Ia tidak sepenuhnya mempercayai bocah genius ini, namun ia sangat menginginkan apa yang ditawarkan kecerdasan itu.
“Jelaskan jebakan ini, Axel. Jangan coba-coba mempermainkan aku. Vega Xylos bukan musuh yang bodoh,” desis Rommy, suaranya kini tidak lagi lembut.
Axel, yang hanya setinggi pinggang Rommy, mendongak tanpa rasa takut. Ia telah siap. “Vega memiliki jaringan analitik yang terlalu sombong. Mereka mengandalkan AI untuk memprediksi pergerakan pasar. Aku menemukan celah. Aku tidak bisa menyerang server utamanya—itu terlalu kuat—tetapi aku bisa menyerang umpan-nya.”
“Umpan?” tanya Rommy.
“Ya, Ayah. Aku akan menyuntikkan data palsu ke dalam lima server finansial terpencil yang dimiliki Vega, yang digunakan sebagai ‘peramal’ pasar. Data ini akan meyakinkan sistem AI Vega bahwa aset nikelmu di Kolombia akan anjlok drastis dalam 72 jam ke depan,” jelas Axel, mengetik beberapa baris kode di layar.
Rommy menyeringai. “Maksudmu, dia akan menghabiskan waktu, uang, dan tenaga untuk menyerang tambang yang akan anjlok dengan sendirinya?”
“Tepat sekali,” jawab Axel. “Dia akan membuang sumber daya. Aku menamakannya ‘Jebakan Emas.’ Ketika dia menyadari dia salah menyerang, itu sudah terlambat. Semua energinya terfokus ke sana, sementara kita bergerak di Karpatia.” Axel memandang Rommy dengan tatapan polos. “Aku akan selalu melindungimu dan Mama, Ayah.”
Rommy tergelak, puas. Dia menepuk kepala Axel, sebuah sentuhan yang lebih merupakan penanda kepemilikan daripada kasih sayang. “Kau memang anakku, Axel. Lanjutkan. Dan pastikan tidak ada kesalahan. Aku akan memberi tahu kepala keamanan untuk mengizinkanmu mengakses jalur data yang lebih dalam untuk ‘memperkuat’ jebakanmu.”
Axel mengangguk. Akses lebih dalam. Itu jauh lebih baik dari yang dia harapkan. Rommy baru saja memberinya kunci cadangan untuk seluruh sistem benteng.
...***************...
Di markas Vega, suasana tegang terasa seperti senar biola yang diregangkan hingga batasnya. Hari itu, tekanan finansial yang diminta Vega ditingkatkan menjadi Level 5.
“Laporan dari pasar saham Frankfurt, Tuan. Obligasi real estat Rommy di Swiss anjlok. Kerugian diperkirakan mencapai $500 juta dalam 30 menit terakhir,” lapor seorang analis dengan suara bergetar.
Vega mengangguk, tatapannya dingin. “Lima ratus juta. Itu hanya goresan. Aku ingin dia merasakan nyeri di setiap saraf keuangannya. Zeno, apakah tim ‘Anggrek Hitam’ sudah dikonfirmasi posisinya di sekitar A-17?”
Zeno, yang sibuk memantau peta digital benteng Karpatia, menjawab, “Sudah, Tuan. Mereka telah memverifikasi rute logistik dan titik pengawasan. Mereka sepenuhnya tersamar. Kita hanya perlu memastikan Rommy tidak memperketat keamanan di sektor itu.”
“Dia tidak akan memperketat keamanan jika dia panik karena uangnya,” ujar Vega, menyeringai tipis. “Pukul dia lagi. Gunakan serangan ‘Man-in-the-Middle’ yang disiapkan Axel di tambang nikel Kolombia. Kita akan menggunakan data palsu itu untuk meyakinkan pasar bahwa tambang Rommy sedang mengalami masalah regulasi yang besar. Aku ingin tambang itu terlihat tidak berharga pada pukul 10 malam nanti.”
“Tapi, Tuan, itu adalah data palsu yang disiapkan Rommy sendiri. Kita akan menyerang tambang yang sebenarnya tidak punya masalah?” tanya Zeno, sedikit bingung.
“Rommy menggunakan putranya untuk menipuku dengan ‘Jebakan Emas.’ Sekarang, aku akan menggunakan jebakan itu untuk menipu pasar, dan menghancurkan asetnya di sektor nikel. Dia akan panik. Dia akan yakin bahwa aku tahu tentang rencananya, dan aku bereaksi lebih cepat. Dia akan mengira Axel telah gagal.” Vega menggebrak meja. “Laksanakan. Level 5 berarti tidak ada ampun. Kita menciptakan badai ekonomi yang akan menyedot semua perhatiannya.”
Zeno segera menyampaikan perintah. Ruangan itu dipenuhi suara ketikan cepat dan komunikasi yang terenkripsi. Operasi ‘Anggrek Hitam’ kini bergerak di dua front: fisik di perbatasan, dan finansial di pasar global.
...****************...
Sore harinya, Rommy membawa Megan ke teras rahasia di benteng itu, tempat mereka bisa melihat matahari terbenam di atas pegunungan yang dingin. Rommy memberikan Megan segelas anggur mahal.
“Indah, bukan? Ini adalah pandangan dari puncak dunia. Kau pantas mendapatkannya,” kata Rommy, berdiri di belakang Megan, tangannya diletakkan di bahunya.
Megan menegang di bawah sentuhannya, tetapi memaksakan dirinya untuk rileks. “Sangat indah, Rommy. Aku tidak pernah melihat yang seperti ini.”
“Bagus,” gumam Rommy. “Aku ingin kau bahagia. Aku ingin kau melupakan semua masa lalu yang menjijikkan itu. Lupakan Jose, lupakan Wina, lupakan pria malam di klub itu.”
Rommy membalikkan tubuh Megan agar menghadapnya. Matanya mengunci mata Megan, penuh intensitas. Ini adalah tes loyalitas yang sebenarnya.
“Pria malam itu. Vega Xylos,” Rommy menyebut nama itu dengan nada mengejek. “Kau tidur dengannya. Dia meninggalkanmu. Dan lihat? Dia bahkan tidak tahu bahwa anakmu adalah darah dagingnya. Dia adalah pria yang tidak bertanggung jawab, Megan. Dia gila kekuasaan. Dia akan membunuhmu jika dia tahu Axel adalah anaknya.”
Dada Megan terasa sakit. Rommy tahu. Tentu saja Rommy tahu. Dia telah merencanakan ini sejak awal.
“Aku… aku tidak tahu siapa dia, Rommy. Itu adalah malam yang buruk. Aku dibius. Itu adalah kesalahan yang mengerikan,” bisik Megan, memainkan kartu rasa bersalah dan trauma.
“Aku percaya padamu, Ratuku. Tapi aku harus yakin. Jika, suatu hari nanti, pria itu muncul dan menuntut putranya kembali, apa yang akan kau lakukan?” Rommy menekan.
Megan mengangkat kepalanya, menunjukkan ketegasan yang didorong oleh insting keibuan. “Aku tidak akan membiarkan siapa pun, Vega Xylos atau siapa pun, menyentuh Axel. Axel adalah hidupku. Aku memilih keamanan yang kau berikan, Rommy. Aku akan berdiri di sisimu, apa pun yang terjadi.”
Rommy tersenyum lebar, menunjukkan kepuasan. “Jawaban yang bagus. Kau memilih keluarga. Kau memilih kekuatan.” Ia mencium kening Megan. “Kita adalah satu tim, Megan. Selamanya.”
Tiba-tiba, telepon Rommy berdering nyaring, memutus momen intim itu. Rommy mengangkatnya, wajahnya berubah masam saat mendengar suara di seberang sana.
“Apa katamu? Tambang nikel? Kerugian 80%?” Rommy berteriak, suaranya menggema di teras. Ekspresi Rommy berubah drastis, dari kepuasan menjadi kepanikan total. Rommy langsung memegangi dadanya yang seperti tertusuk logam panas.
“Itu tidak mungkin! Axel baru saja meyakinkanku bahwa tambang itu aman! Ini pasti ulah Vega!” Rommy mencengkeram ponselnya erat-erat, matanya liar. “Dia tahu! Bajingan itu tahu rencanaku! Dia menyerang titik yang kupikir paling aman!”
Rommy membalikkan punggungnya pada Megan, sibuk mengeluarkan perintah ke ponselnya, semua fokusnya beralih ke krisis finansial yang tiba-tiba. Badai Level 5 Vega telah tiba, tepat pada waktunya, membuat Rommy buta terhadap operasi fisik yang akan datang.
Megan, berdiri di sana, menatap punggung Rommy. Dia merasakan sedikit kemenangan, tetapi juga kengerian bersamaan. Vega sekuat ini. Seberbahaya ini. Dan pada hari Jumat, Vega akan datang ke benteng ini, bukan sebagai penyelamat, melainkan sebagai penyerang.
...****************...
Larut malam, Megan kembali ke kamar. Dia menemukan Axel masih di laboratoriumnya, meskipun sudah sangat larut. Axel menoleh, matanya memancarkan kelelahan dan kegembiraan.
“Mama, serangan finansial Papa Vega berhasil. Rommy panik. Dia tidak akan memikirkan keamanan di sekitar pintu logistik A-17,” bisik Axel.
“Dia hampir gila, Axel. Dia menuduh Vega mengetahui jebakanmu,” ujar Megan, mendekati putranya. “Apakah dia curiga padamu?”
“Tidak,” jawab Axel, menggelengkan kepalanya. “Aku menanam data palsu ke server utama Rommy, menyalahkannya pada ‘kegagalan jaringan eksternal.’ Aku bilang itu pasti ulah hacker lain, bukan Papa Vega. Rommy percaya. Dia terlalu fokus pada uang.”
Axel mengetik satu baris kode terakhir. “Aku baru saja memprogram ulang sensor panas di koridor A-17. Jika ‘Anggrek Hitam’ bergerak, mereka akan terlihat seperti pemanas yang rusak, bukan manusia. Sekarang, Mama, ini yang penting.”
Axel membuka sebuah kotak kecil tersembunyi. Di dalamnya ada sebuah perangkat komunikasi satelit kecil, seukuran korek api. “Kau harus membawanya. Hari Jumat, pukul 01:45, aku akan mengaktifkan bypass A-17. Kau harus siap untuk bergerak. Kita akan keluar melalui terowongan layanan yang menuju ke tebing utara. Kita harus pergi, mama, Rommy orang yang licik dan menakutkan...”
“Terowongan tebing utara? Bagaimana kau tahu tentang itu?” tanya Megan, terkejut.
“Rommy memberiku akses lebih dalam ke sistem logistiknya hari ini,” kata Axel bangga. “Aku menemukannya. Terowongan itu digunakan untuk pasokan darurat. Di sana ada jalur yang dijaga oleh tiga orang. Vega akan mengurusnya. Tugasmu hanya menungguku di ruang kontrol cadangan dekat ruang laundry.”
Megan mengambil perangkat itu, tangannya gemetar. Jumat. Hanya dua hari lagi.
“Axel, kau yakin ini aman? Jika Rommy tahu kita mencoba melarikan diri…”
“Aku sudah memastikan Rommy tidak akan tahu, Mama. Dia akan terlalu sibuk menyelamatkan kekaisaran finansialnya. Percayalah padaku. Aku akan melindungimu. Dan aku akan bertemu Papa Vega,” Axel tersenyum, senyum yang sama dingin dan tajamnya dengan mata Vega Xylos.
Saat Axel bersiap untuk mematikan komputernya, sebuah jendela peringatan merah tiba-tiba muncul di layar utamanya, mengganggu semua rencana yang sudah ia susun.
[DETEKSI ANOMALI: Server Utama: Rommy Ivanov. Sinyal Komunikasi Jarak Jauh. Sumber: Tidak dikenal. Tujuan: Jaringan keamanan benteng.]
Axel membeku. Sinyal komunikasi jarak jauh? Bukan serangan, tapi komunikasi. Siapa yang bisa berkomunikasi langsung dengan jaringan keamanan Rommy tanpa terdeteksi oleh sistem pemantauan yang sangat canggih?
Axel mengetik cepat untuk melacak sumber sinyal. Data itu terenkripsi, tetapi dia bisa melihat koordinat geografisnya. Koordinat itu menunjuk kembali ke Jakarta. Lebih spesifik, ke markas sebuah perusahaan logistik yang pernah dimiliki Jose dan Wina, sebelum mereka bangkrut.
Wina. Mata-mata. Rommy bukan bekerja sendirian. Seseorang di luar benteng sedang memberitahunya sesuatu, tepat sebelum malam ekstraksi. Axel menyadari kengeriannya: Rommy mungkin sedang diberi peringatan dari Jakarta, bukan tentang serangan finansial, tetapi tentang rencana pelarian.
Di ruangan lain benteng itu, Rommy, yang masih panik dengan kerugian nikelnya, menerima sebuah pesan teks terenkripsi di ponsel rahasianya. Pesan itu hanya terdiri dari satu kalimat, dikirim oleh Wina yang kini kembali kaya berkat Rommy.
[Rencananya Bergerak. Jaga pintu A-17. Dia bukan lagi milikmu.]
Rommy membaca pesan itu. Rasa panik karena kerugian finansial langsung tergantikan oleh kemarahan yang membara. Dia beralih dari fokus pada uang ke fokus pada penahanan. Wina baru saja memberitahunya bahwa ‘Ratu’ dan ‘Pewaris’ yang ia curi dari Vega Xylos, akan melarikan diri pada hari Jumat.