"Jangan lagi kau mencintaiku,cinta mu tidak pantas untuk hatiku yang rusak"
Devan,mengatakannya kepada istrinya Nadira... tepat di hari anniversary mereka yang ke tiga
bagaimana reaksi Nadira? dan alasan apa yang membuat Devan berkata seperti itu?
simak cerita lengkapnya,di sini. Sebuah novel yang menceritakan sepasang suami istri yang tadinya hangat menjadi dingin hingga tak tersentuh
Jangan lupa subscribe dan like kalo kamu suka alur ceritanya🤍
Salam hangat dari penulis💕
ig:FahZa
tikt*k:Catatan FahZa
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tulisan_nic, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Suami yang tidak berguna
"Aku ngga nyangka Mas,kamu berubah begitu"
Nadira memandangi foto pernikahan yang dia pajang di dinding ruang utama
Dia masih tak percaya dengan apa yang suaminya ucapkan.
"Selama ini dia selalu hangat...selalu memperlakukan aku dengan lembut,bahkan aku selalu merasa beruntung menjadi istrinya.Tapi ternyata di balik itu semua dia menyimpan sesuatu yang entah sejak kapan.Menikahiku dengan kepura-puraan"
"Apa aku sebegitu hinanya?,sehingga tidak ada seorang pun yang mencintaiku..bahkan suami ku sendiri"
"Apa wajah dan tubuhku tidak menarik? Sehingga Mas Devan tidak pernah bisa menerima ku"
Bik Laila mendehem halus
"Tidak Nyonya,Itu tidak benar. Anda sangat cantik dan tubuh anda juga seksi pria manapun pasti akan tertarik melihat anda"
"Dulu juga Mas Devan bilang begitu,tapi nyatanya sekarang dia membuangku Bik"
Nadira mulai tersedu-sedu
Bik Laila mendekat,tangannya terangkat tapi ragu. Lalu perlahan ia mengelus pundak majikannya itu
"Nyonya,mungkin Tuan sekarang sedang bimbang.Dan Tuan sedang bingung mengambil keputusan"
Bik Laila yang sudah menjadi asisten rumah tangga di tempat mereka,merasa terkejut dengan apa yang Nadira ceritakan.Rasanya tidak mungkin,Devan bicara seperti itu..karena selama ini Devan memperlakukan Nadira dengan sangat lembut dan penuh cinta.
"Bik,aku tidak mau berpisah dengan Mas Devan.Aku tidak sanggup hidup tanpanya"
"Iya Nyonya,kita tunggu saja...semoga Tuan berubah pikiran dan kembali lagi pada Nyonya"
"Apa mungkin Bik?,Apa mungkin Mas Devan berubah pikiran dan kembali lagi padaku?"
"Sangat mungkin Nyonya,karna selama ini aku melihat Tuan sangat mencintai Nyonya"
Nadira kembali tenggelam dengan air mata,sudah dua hari sejak kejadian malam itu dia tidak bernafsu untuk makan. Dia hanya menangis,kemudian tertidur.Setelah bangun dia hanya akan berdiam diri melamun lalu menangis lagi
"Nyonya,makanlah walau hanya sedikit.Sudah dari kemarin Nyonya tidak makan" Bik Laila menaruh semangkuk sup daging dengan potongan kentang dan wortel kesukaan Nadira.Tapi Nadira menggeleng
"Tidak bik,aku tidak lapar"
"Nyonya jangan seperti ini,nanti Nyonya bisa sakit"
"Biar saja bik,kalaupun aku mati tidak akan mengubah apapun.Karna sudah tidak ada yang menginginkan aku hidup"
"Tidak Nyonya,jangan bersikap seperti ini"
"Hidupku sudah berakhir bik,aku tidak tahu harus hidup untuk siapa...orang tua ku sudah tidak ada,suamiku lebih menginginkan wanita lain"
"Lalu siapa yang peduli dengan hidupku?"
"Tapi nyonya,masih banyak orang-orang yang membutuhkan nyonya. Karyawan nyonya masih ingin nyonya tetap hidup.karna hidup mereka bergantung pada butik yang nyonya punya"
Nadira terdiam, kata-kata bik Laila tadi mengusik hatinya.Ia teringat wajah-wajah cerah karyawan saat gajihan tiba.dalam hatinya
"Bik Laila benar,karyawan ku masih membutuhkan ku"
Nadira mulai beringsut dari duduknya.Tangannya gemetar mengambil sendok.Perlahan dia menyuapkan potongan demi potongan sup daging ke mulutnya hingga sup itu habis tak bersisa.
Bik Laila merasa senang,akhirnya majikannya itu mau memakan sup buatannya
"Nyonya,apakah kau ingin aku ambilkan lagi sup hangat itu?"
"Tidak bik, terimakasih...aku ingin ke kamar saja"
"Baiklah Nyonya"
Nadira menaiki tangga demi tangga menuju kamarnya,langkahnya berat seolah ada yang menahan di setiap ubin yang ia pijak.Nadira belum sampai di kamar,ketika tiba-tiba pintu utama terbuka
Nampak Devan berdiri di depan pintu,dengan memegang sebuah map.Ia melangkah masuk dengan langkah mantap
Nadira menoleh,tubuhnya yang lemah seolah melayang ketika mata mereka bertemu
"Nadira,silahkan tanda tangani surat perceraian ini.Juga dengan aset-aset yang ku alihkan atas nama dirimu sebagai pembagian harta gono gini"
Tatapan Devan dingin,datar tanpa ada senyum sedikitpun
"Aku tidak mau,Mas"
Tubuh Nadira yang lemah,sekuat tenaga mencoba tetap berdiri. Namun lututnya terasa goyah.Pandangannya mulai terasa buram.
Wajah suaminya yang tadi jelas,kini mulai membayang.
Saat Nadira hendak menuruni tangga,kakinya menyenggol pembatas tangga,badannya limbung tanpa berpegangan
Nadira merasa tubuhnya ringan,melayang...dan..
"Brugg"
tangan Nadira mencoba menggapai
Devan reflek melempar map yang tadi ia pegang.Gerakannya cepat namun ia terlambat.
Nadira terjatuh,badannya berguling di antara anak tangga.Kepala nya terbentur pembatas dengan keras
"Nadira.....!!!!"
Langkah Devan terburu,nyaris tak berpola.Suaranya pecah,lebih mirip erangan ketakutan dari pada panggilan.
Tubuhnya menunduk cepat,tangan bergetar.Menepuk lembut pipi istrinya itu.Keringat dingin merembes ke pelipisnya,tanpa sadar ia memeluk tubuh Nadira ke dadanya
"Sayang...buka matamu,dengar aku,bertahanlah..aku akan membawamu ke rumah sakit"
Bik Laila mendengar teriakan Devan,langsung berlari tergopoh-gopoh
"Tuan ada apa?"
"Nadira jatuh dari tangga,tolong suruh staff di luar untuk menyiapkan mobil.Kita bawa Nadira ke Rumah Sakit"
"Baik Tuan"
"Cepat Bik !!!!"
Devan menyelipkan tangannya di tubuh Nadira,dengan sigap ia menggendong Nadira
"Bertahan Nadira,aku mohon bertahanlah..."
suaranya serak,gugup dengan langkah yang terhuyung.
Pintu Mobil sudah terbuka,seorang staff sudah siap di belakang kemudi. Suara mesin sudah meraung.
Devan melompat,pelukannya semakin erat...seolah takut tubuh itu akan terlepas dan hancur jika ia longgarkan sedikit saja.
Di perjalanan ke rumah sakit,Devan masih memeluk Nadira erat. Matanya merah,pupilnya melebar,bibirnya terus bergetar...memanggil nama yang sama
"Nadira...tolong buka matamu"
Sampai di rumah sakit,ia berlari. Dokter dan perawat langsung menoleh
"Cepat...tolong istriku!!!!"
"Beri ia perawatan yang terbaik di rumah sakit ini,tolong cepat!!!"
Perawat langsung bergegas mendekat
"Dia jatuh...tolong cepat!!!"
ucapannya terbata,matanya liat menatap tiap wajah di sekitarnya dengan tatapan memohon sekaligus takut
Brankar tiba di depannya,Devan menurunkan tubuh istrinya dengan sangat hati-hati,seolah itu adalah benda berharga yang sangat rapuh. Jari-jarinya menggenggam tangan Nadira kuat.
"Nadira...kau akan baik-baik saja" Suaranya pecah.Matanya tidak pernah lepas dari wajah Nadira.Bibirnya,bergetar tanpa suara.Langkahnya terhuyung,sepatu kulitnya berdecit menabrak lantai.
Pintu ruangan gawat darurat tertutup. Bahunya naik turun,dadanya berat,nafasnya sesak.Tangan yang tadi menggenggam erat kini hanya memegang udara kosong
Devan lemas,tubuhnya lunglai di kursi tunggu. Matanya memerah,ada genangan di sudutnya.Tangannya saling bertaut,meremas satu sama lain.
"Nadira,maafkan aku...aku yang payah ini harus membuat mu menderita begini. Bencilah aku Nadira...aku benar-benar suami tidak berguna"
"Kau sangat berharga,kau layak untuk orang yang lebih pantas,dan bisa menjagamu hingga lama. Sedang aku...aku hanyalah pria yang sekarat"
Suaranya lirih,seperti berbisik pada diri sendiri...
***Ada apa Devan? Ada apa denganmu? Kamu ingin bercerai tapi kamu begitu peduli dengan istrimu.
Jangan lupa like dan Subscribe,ingatkan aku untuk terus update cerita terbaru
~ Salam hangat dari penulis🤍