Di balik ketegasan seorang Panglima perang bermata Elysight, mata yang mampu membaca aura dan menyingkap kebenaran, tersimpan ambisi yang tak dapat dibendung.
Dialah Panglima kejam yang ditakuti Empat Wilayah. Zevh Obscura. Pemilik Wilayah Timur Kerajaan Noctis.
Namun takdir mempertemukannya dengan seorang gadis berambut emas, calon istri musuhnya, gadis penunggu Sungai Oxair, pemilik pusaran air kehidupan 4 wilayah yang mampu menyembuhkan sekaligus menghancurkan.
Bagi rakyat, ia adalah cahaya yang menenangkan.
Bagi sang panglima, ia adalah tawanan paling berbahaya dan paling istimewa.
Di antara kekuasaan, pengkhianatan, dan aliran takdir, siapakah yang akan tunduk lebih dulu. Sang panglima yang haus kendali, atau gadis air yang hatinya mengalir bebas seperti sungai?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sibewok, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29 - Pelarian Elara
Elara mengerutkan alisnya, ia sama sekali tidak paham pertanyaan Putri Mahkota. Liora Endless.
"Ah, aku pikir akan mendengar jawaban menarik dari mu Elara Elowen," ucap Liora setengah kecewa, "kau tidak bisa menghiburku pagi ini." lanjut Liora lagi, suaranya terdengar dari dalam kereta oleh Elara yang duduk di luar kereta kuda.
Elara menghela nafasnya pelan, ia menatap tirai yang bergerak lembut di pintu kereta kuda, lalu menatap punggung Zevh Obscura yang duduk tegak di atas kuda perangnya. Ia masih belum paham apa yang di pertanyakan oleh Liora mengenai ciuman tersebut.
"Lupakan pertanyaan ku, mungkin aku telah salah paham pada kalian berdua." Liora lalu menatap punggung Zevh dari dalam kereta, dan Elara tersenyum getir karena merasa tak pernah melakukan hal yang di ucapkan oleh Liora.
Elara benar-benar tak menjawab pertanyaan Liora, hingga perjalanan sudah berlalu sampai matahari semakin naik di atas kepala para rombongan, mereka sesekali berhenti di perjalanan hanya untuk menyapa para rakyat wilayah timur dan kembali melakukan perjalanan, hingga sore menyapa, tapi perjalanan masih memerlukan waktu sedikit lagi untuk bisa sampai ke Istana Noctis.
Dan sebuah kejadian tak terduga terjadi.
Srak! Tap! Tap! busur panah tajam menancap pada pepohonan dan kereta kuda yang di naiki Liora dan Elara yang panik di luarnya, karena ia hampir saja terkena busur panah tersebut.
Detik itu ada yang menyerang rombongan secara mendadak dari berbagai sudut, dari balik bukit dan pohon, semak-semak, busur panah meluncur dan tak bisa terhindarkan.
Liora berusaha tenang di dalam kereta, ia sudah mempersiapkan diri menjadi istri Zevh Obscura, suatu waktu pasti akan mendapatkan kondisi seperti ini. Karena Zevh adalah pria yang sangat di incar oleh Wilayah Utara. Oleh Pangeran Arons.
Apalagi kabar Elara yang jadi tawanan Zevh saat ini pasti mengguncang amarah Pangeran Arons di wilayah Utara.
"Lindungi Putri Mahkota." teriak Zevh, para prajuritnya segera membuat barisan benteng agak jauh dari kereta kuda. Liora tersenyum di dalam kereta kuda, setidaknya Zevh masih memberikan perhatian kecil padanya.
Dan Vein sudah menghunuskan pedangnya melawan prajurit berpakaian hitam. Dan Zevh, sebelum menyusul Vein, ia menatap Elara yang masih duduk di kursi luar kereta kuda.
Sorot pandangan Zevh seolah berkata, "Jangan berani lari dariku." lalu kuda Zevh melewati Elara dan Liora yang berada dalam kereta kuda tersebut.
Klank! Suara pedang beradu.
Srak! pedang mengiris baju dan kulit, bau amis darah menguar di udara, para musuh tumbang satu persatu.
Dan di kereta kuda, "Elara, apa kau ingin lari dari Panglima?" Tanya Liora, ia ingin bisa menjauhkan Elara dari Zevh. Lagi pula sudah jelas Elara saat ini pasti sedang di cari wilayah Utara, karena Elara adalah calon pengantin pangeran Arons saat ini. Dan Liora geram kenapa Zevh masih menahan Elara.
Apalagi Liora sakit hati saat melihat kejadian Zevh sedang mencium Elara saat tadi pagi di ruangan tahanan, yang Liora tidak tahu, bahwa yang ia lihat itu tidak seperti apa yang dia pikirkan. Tapi rasa cemburu sudah membakar kewarasannya saat ini.
"Elara, kau dengar aku?" Liora membuka sedikit tirai pintu kereta kudanya untuk menatap Liora yang melamun membayangkan dirinya bisa bebas dari Zevh Obscura.
"Elara, aku bisa membantumu," Elara pun menoleh ke arah suara Liora di dal kereta kuda. "aku akan mengawasi dari dalam untuk mencari celah jalan untuk mu kabur dari situasi sekarang." jelas Liora.
Elara diam, masih belum menjawab, ia menatap langit yang mulai gelap, sore hari sudah berlalu dan malam hari akan segera datang.
"Aku tidak tahu alasan mu kenapa membantuku." ucap Elara tanpa ragu, kedua wanita yang sama cantik itu saling menatap, "tapi aku berterima kasih atas bantuanmu, dan satu hal lagi, aku tidak pernah melakukan apa yang kau tuduhkan padaku tadi." Elara lalu menutup tirai kereta. Liora tersenyum getir.
"Cepat lihat jalan keluar untuk ku, ini kesempatan emas ku untuk kabur, karena hari mulai gelap, aku bisa dengan mudah untuk bersembunyi nanti." jawab Elara. Matanya tajam menatap arah rerumputan liar, dan pohon-pohon yang menjulang tinggi menyentuh langit malam yang mulai menggelap.
"Baiklah, aku akan percaya padamu, dan sekarang aku melihat... ada sisi kosong di arah Utara." Ucap Liora, ia menatap jalanan itu dari dalam kereta, dan di sisi arah lain, pertempuran itu masih terjadi.
"Tunggu, kau harus jalan melewati semak, jangan lari ke arah pepohonan," tambah Liora, "Dan percepat langkah kakimu, karena Zevh akan dengan mudahnya menumbangkan musuhnya" ucap Liora, lalu ia melanjutkan kembali ucapannya, "Berterima kasihlah dengan baik padaku Elara." ucap Liora, menutup pembicaraannya dengan Elara.
"Tentu. Saat aku bertemu anda kembali, aku akan mengucapkannya dengan baik." Elara lalu segera turun dari sisi kereta kuda, sepatu kainnya menapaki tanah berumput, tanah itu kering hingga ia bisa merasakan suara retakan ranting yang ia injak.
Elara mengendap ke sisi semak-semak, menuruti perintah Liora. "Dia benar-benar memberikan jalan keluar yang sempurna," ucap Elara, saat ia melihat di sebrang semak ada pepohonan, dan ada beberapa musuh yang baru datang dari balik pepohonan.
"Liora, dia sudah melihat musuh itu sepertinya," gumam Liora saat menatap pria berpakaian hitam itu berlari dari balik pohon menuju pertempuran yang masih Zevh dan rombongannya halau.
Elara lari sekencang-kencangnya, dan tak pernah menatap ke arah belakang sejak tadi, karena jalan di depannya adalah pelariannya, dan tujuannya saat ini, mata Elara sibuk mencari aliran sungai Oxair, ia ingin cepat menenggelamkan dirinya pada sungai, agar bisa dengan mudah melarikan diri.
"Berhenti!" teriak seorang prajurit dari balik pohon, suaranya lantang dan terdengar sampai ke area pertempuran Zevh yang sedang melumpuhkan para gerombolan yang menghadang perjalanannya.
"Putar arah, target sudah di temukan." teriaknya lagi, membuat para gerombolan berpakaian hitam itu meninggalkan segera area pertempuran yang di pimpin Zevh, dan segera mengikuti langkah kuda si prajurit berpakaian hitam dari balik pohon. Obor Menyala untuk tanda membimbing gerombolan itu agar mengikutinya.
"Sial." Teriak Zevh, ia segera mendekat pada kereta, dan Elara sudah tidak ada di sana.
Zevh menyibak tirai pintu kereta kuda cepat tapi tidak kasar, tapi gerakannya tenang namun tegas.
"Liora, apa kau..." pertanyaan itu menggantung, ia menatap Liora yang tergeletak pingsan.
Zevh mengulurkan jarinya, menyusuri leher jenjang Liora. "Aku tahu kau pura-pura pingsan Istriku." suara Zevh merambat pelan.
Ujung telunjuknya ia tekan tepat di kerongkongan Liora. Menekan aliran nafasnya, lembut tapi ada tekanan kuat, untuk memperingatkan Istrinya.
"Jangan pernah lakukan hal ini lagi," ucap Zevh dingin, Liora segera membuka matanya, lalu menelan ludahnya, dan ia berusaha bernafas karena Zevh membuatnya sesak.
"Vein, kawal Putri Mahkota ke kerajaan Noctis dengan selamat, jaga dan berikan pelayanan terbaik untuk istriku." titahnya. yang segera Vein jawab. "Baik Panglima."
"Aku akan menangkap sendiri gadis bandit itu." ucapnya saat Zevh menaiki kuda hitamnya, Axten.
Para prajurit saling melempar pandangan karena merasa tak berguna, panglima pergi sendirian untuk menangkap gadis bandit yang menjadi tawanannya si panglima itu.
"Semuanya kembali ke istana, dan persiapkan sambutan untuk kepulangan Pangeran Zevh di istana." ucap Vein, lalu Zevh pun menunggang kudanya, ia pergi dari kerumunan prajuritnya dan Liora hanya tersenyum, setidaknya ada usaha yang ia sudah lakukan hari ini untuk membuat Elara pergi, dan dalam hatinya Liora berdoa. "Semoga Elara berhasil lolos dari pelariannya kali ini."
Kereta kuda Liora kembali bergerak, para prajurit yang terluka sebagian naik kembali ke atas kuda, menahan rasa sakit dan berdiri tegak di atas kuda, dan menyingkirkan rasa sakit dan menunjukan kesetiaan pada perintah Zevh untuk mengawal Putri Mahkota, Liora Endless, menuju ke Istana Noctis.
Dan Elara, dalam pelariannya di dal hutan, ia semakin mengangkat gaunnya tinggi, agar bisa berlari cepat dan bersembunyi dari pengejaran orang-orang Utara, yang sudah pastinya suruhan Pangeran Arons untuk menangkap dirinya.
Namun Elara tidak tahu, di belakangnya hanya ada Zevh Obscura yang sedang mengejarnya, tidak ada yang lain...
Hanya Zevh Obscura.
Karena para prajurit Arons yang mengejar Elara sudah di tebas mati tak tersisa oleh Zevh. Tanpa Elara tahu, karena ia terlalu fokus pada pelariannya tanpa menoleh sedikit pun ke arah belakangnya.
"Larilah sejauh mungkin, karena auraku sudah ada di tubuhmu, Elara." ucap Zevh, kudanya berlari masuk ke dalam hutan, mengikis jarak antara dirinya dan Elara.
Mata Elysight Zevh menyala merah dalam Gelap, seolah mendeteksi posisi Elara, dan kini posisinya hanya beberapa puluhan meter lagi dengan jarak tubuh Elara yang masih berlarian di depan sana.
Zevh berbelok memotong jalan. Axten kuda perangnya berlari cepat dalam beberapa detik.
Lalu... kuda itu meringkik keras, kakinya terangkat ke udara, tepat di hadapan Elara.
Brakk!! kaki kuda menghentak tanah, mencipratkan kerikil kecil ke udara.
Elara yang sedang berlari segera mematung, kakinya tersentak.
Brakk! tubuh Elara membentur ke atas tanah kering di bawah pepohonan dalam hutan tersebut, wajahnya panik, pucat di bawah rembulan yang mulai menerangi dirinya dan Zevh di bawah pepohonan hutan yang kini benar-benar gelap.
Bersambung...
aku mampir yaa🙏