Lily, seorang mahasiswi berusia dua puluh tahun, tak pernah menyangka hidupnya akan berubah drastis hanya karena satu malam yang penuh jebakan. Ia dijebak oleh temannya sendiri hingga membuatnya terpaksa menikah dengan David Angkasa Bagaskara- seorang CEO muda, tampan, namun terkenal dingin dan arogan.
Bagi David, pernikahan itu hanyalah bentuk tanggung jawab dan penebusan atas nama keluarga. Bagi Lily, pernikahan itu adalah mimpi buruk yang tak pernah ia minta. Setiap hari, ia harus berhadapan dengan pria yang menatapnya seolah dirinya adalah kesalahan terbesar dalam hidupnya.
Namun, seiring berjalannya waktu, di balik sikap angkuh dan tatapan tajam David, Lily mulai menemukan sisi lain dari pria itu.
Apakah Lily mampu bertahan dalam rumah tangga tanpa cinta itu?
Ataukah perasaan mereka justru akan tumbuh seiring kebersamaan atau justru kandas karena ego masing-masing?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Diandra_Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tidak dipuaskan
Lily keluar dari mobil mewah yang mengantarnya. Semua mata tertuju, bagaimana tidak, mobil mewah itu begitu mencolok.
Lily seperti gadis dalam negeri dongeng. Gadis biasa yang dinikahi seorang raja. Tapi sayang, raja yang menikahinya adalah raja Fir'aun. David bukan sosok pangeran berkuda putih impiannya. Dia sangat arogan, egois dan suka seenaknya. Dia tidak pernah mau memikirkan perasaan istrinya. Selalu merasa jika dirinya adalah korban dan wanita itu adalah gadis pembawa sial yang telah masuk dalam hidupnya. Padahal di sini Lily juga adalah korban dari kejadian yang tidak pernah ia duga selama ini.
Lily melangkahkan kaki menuju kelas. Cindy dan Rena langsung menyapa. Mereka terus menggoda karena melihat gadis itu turun dari mobil mewah.
"Ciyeee, yang diantar Mas Dav," ledek Rena dengan jahil. Lily langsung mendelik, boro-boro diantar suami, keberadaannya saat ini saja ia tidak tahu.
"Kamu memang benar-benar beruntung, Ly. Ah Aku tidak menyangka jika sahabatku kini menjadi wanita sosialita. Pasti senang banget ya tiap hari hidup mewah," celetuk Cindy yang membuatnya semakin kesal.
Senang apanya? Jika bisa memilih Lily lebih baik tidak usah mengenalnya dan memiliki suami atau kekasih dari kalangan biasa saja. Punya suami kaya malah membatin. Belum lagi banyak peraturan di rumah mewah itu. Hidup menjadi orang kaya tidak seenak yang orang lain pikirkan. Wanita itu jadi tidak bebas untuk mengekspresikan diri. Semua harus terlihat anggun seperti penampilannya saat ini. Rok span dengan kemeja dan high heels mahal. Jujur saja Lily tidak nyaman. Lebih enak menggunakan celana jeans, kaos dan sepatu kets andalannya.
Wanita itu terus berjalan lurus menuju kelas tanpa memperdulikan ocehan dua sahabatku itu. Namun langkahnya terhenti saat tiba-tiba seseorang menghadang.
"Lily, nanti kita makan siang bareng yah! Ada sesuatu yang ingin aku bicarakan denganmu," ujar pria tampan yang tak lain adalah Ricardo. Pria itu terlihat sangat manis jika berbicara sopan. Lily baru menyadarinya. Mengapa dulu dia sangat membenci Ricardo, pria yang menurutnya seperti preman.
Sikap Ricardo dulu memang sangat menyebalkan. Selain pergaulannya yang tidak baik karena suka berbuat seenaknya, suka memalak padahal pria itu kaya raya juga pemaksa saat ingin mendekati Lily. Sesuatu yang membuat wanita itu ilfeel padanya.
Namun sekarang, Ricardo seperti anjing liar yang berubah menjadi seekor kucing manis. Sangat sopan, tidak membuat onar dan yang lebih menarik, pria itu tak pernah lagi memaksa Lily. Sehingga membuat wanita yang kini telah menjadi kakak iparnya itu senang berteman dengannya. Karena sebenarnya Ricardo orangnya asik juga. Enak diajak ngobrol dan yang pasti cukup perhatian daripada kakaknya yang menyebalkan itu.
"Ehm, boleh. Setelah jam ke dua ya," ucap Lily kemudian berlalu melewatinya yang tersenyum lebar saat ini. Senyum yang membuat dua sahabat Lily terlena karena ketampanannya.
"Ricardo beda ya sekarang. Dia sangat manis. Kamu tuh sebenarnya lebih cocok dengannya tahu gak, Ly. Tapi sayang, kamu malah berjodoh dengan kakaknya," ucap Rena setelah mereka masuk kelas.
"Tapi sepertinya Ricardo masih menyimpan perasaan padamu, Ly. Terlihat dari tatapannya yang begitu dalam. Duh beruntung sekali sih kamu bisa diperebutkan oleh kakak dan adik itu," timpal Cindy sok tahu.
"Kalian itu bisa diam gak sih? Pagi-pagi udah bicara ngawur. Jangan buat gosip aneh-aneh. Aku dan Ricardo adalah ipar. Sudah deh, fokus belajar, sebentar lagi masuk!" tegas Lily yang tidak mau dua sahabatnya itu terus saja membicarakan David dan Ricardo. Hatinya tengah merasa gundah, ia tak mau semakin pusing karena memikirkannya. Belum lagi desakan dari Tuan William.
'Aarggghh... Orang kaya memang memusingkan!' teriaknya dalam hati.
***
"Kamu mau kemana, Honey? Aku tidak ada syuting hari ini. Tidak bisakah kamu temani aku?"
Wanita itu mengerjap pelan saat merasakan tubuh kekasihnya beringsut dari ranjang empuk di apartemennya.
David mendatanginya tadi malam setelah Veronica memintanya. Lewat sang manager, dengan aman David bisa masuk ke dalam apartemen itu tanpa diketahui oleh paparazi ataupun orang lain yang tentu saja selalu mengawasi gerak-gerik artis papan atas itu.
Veronica duduk sambil membungkus tubuhnya menggunakan selimut tebal. Tentu saja saat ini ia tidak menggunakan sehelai benang pun setelah pergulatan panasnya semalam. Pergumulan yang biasa mereka lakukan. Namun entah mengapa, ia merasa kurang puas dengan kekasihnya itu. David yang selalu gagah tiba-tiba saja terlihat lain. Seperti kurang berhasrat padanya, berbeda dengan dulu yang selalu membuat sang artis terbang melayang karena kegagahannya itu.
"Maafkan aku, Sayang. Kakekku datang dan aku tidak bisa seenaknya untuk tidak masuk kantor. Dia pasti mengawasiku," ucap David seraya meraih handuk lalu masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri.
Veronica berdesis. Bibirnya mengerucut dan ia nampak kesal dengan sikap David. Padahal tadinya ia ingin menghabiskan waktu seharian bersama kekasihnya itu.
Wanita itu beringsut, turun dari ranjang lalu meraih kimono berbahan sutra tanpa memakai dalaman terlebih dahulu. Nampak pucuk pada buah dadanya terlihat mencetak. Ia menatap tampilannya sendiri dari pantulan cermin.
"Apa aku tidak menarik? Mengapa ada yang berbeda dari Dav? Apakah dia memikirkan gadis itu?"
'Aah, gak mungkin. Ini hanya perasaanku saja. Mungkin dia lelah,' gumam Veronica mencoba untuk teteh berpikir positif.
Krieettt.
Pintu kamar mandi terbuka. David keluar dengan menggunakan handuk kecil yang melilit di pinggangnya. Nampak titik-titik air berjatuhan dari rambutnya dan itu terlihat sangat cool.
Veronica mengigit bibir bawahnya. Hasratnya Kembali menggebu melihat tubuh sixpack itu. Ia ingin kembali digagahi oleh sang pujaan hati. Rasanya semalam dirinya belum puas dengan pergumulan itu.
"Dav..." Wanita itu melingkarkan tangannya dari belakang. Ia membelai bagian dada David yang masih basah oleh cucuran air dari rambutnya.
David yang hendak memakai pakaiannya tiba-tiba terdiam sejenak. Ia menghela nafas, merasa aneh dengan dirinya sendiri. Mengapa ia sampai tidak tergoda oleh Veronica yang begitu seksi. Padahal David dulu sangat mendambanya. Ia menggagahi Veronica semalam hanya sebatas untuk menyenangkan wanita itu. David tidak benar-benar menginginkannya.
"Sayang, maafkan aku. Aku harus segera ke kantor. Kau tahu sendiri bagaimana Tuan William?" David berbicara pelan agar Veronica yang sepertinya kembali berhasrat itu tidak tersinggung.
Wanita itu repleks menyingkirkan tangannya dan menatap David dengan geram.
"Ckk ... Pria tua itu benar-benar sangat merepotkan," keluhnya dengan wajah kecewa.
"Yang sabar ya. Jika aku sudah menjadi pemilik sah dari Bagaskara grup, mungkin aku tidak akan terlalu disetir olehnya. Kamu harus maklumi, bukankah kamu juga tak mau jika posisiku nanti diambil oleh adikku?"
Veronica tetap diam, sambil melipat kedua tangannya di dada.
David menghampirinya lalu membingkai wajah cantik itu dan mengecup singkat bibir kekasihnya yang seksi.
Cup.
"Aku hanya ingin mempertahankan posisiku. Aku tidak rela jika nanti digantikan olehnya. Karena itu, bersabarlah, Honey. Jika kakek sudah kembali ke Singapura, intensitas pertemuan kita akan semakin sering. Aku janji itu," ucapnya yang membuat Veronica mengangguk lalu tersenyum.
Tentu saja selain tahta, harta pun ia inginkan. Karena jika David bukan seorang pengusaha, mana mau ia berhubungan dengannya. Menurutnya suatu kebanggaan tersendiri ketika dirinya memiliki hubungan asmara dengan CEO muda. Bahkan teman-teman artisnya pun banyak yang iri padanya.
Yah, meski saat ini ia harus bersabar dengan status putusnya itu. Dirinya juga harus main kucing-kucingan untuk berhubungan dengan David. Karena jika ketahuan, tentu Veronica akan dicap sebagai orang ketiga pada rumah tangga orang lain. Meskipun cap orang ketiga itu harusnya melekat pada diri Lily yang telah merebut David darinya.
Setelah rapi dengan pakaian formalnya, David pun segera keluar dari apartemen itu. Tentu saja dengan masker dan topi yang ia gunakan agar tidak ada yang mengenalinya.
Veronica menatap pemandangan gedung-gedung pencakar langit dari jendela kaca di apartemennya itu. Perasaan kesal dan kecewa bercampur jadi satu.
David semalaman bersamanya. Namun ia merasa hati pria itu sedang tidak bersamanya. Ada sesuatu yang hampa saat melakukan penyatuan itu. Dan Veronica bingung, apa yang sebenarnya terjadi? Mungkinkah saat malam tadi David tengah memikirkan istrinya?
Wanita itu menghela nafas kemudian meriah ponselnya. Ia segera menghubungi seseorang yang mampu menghibur perasaan gundahnya ini.
"Hallo, Honey. Bisakah kau kemari? Aku sedang membutuhkanmu," ucap gadis itu melalui sambungan selulernya. Ia tersenyum tipis saat pria di ujung telepon itu menyanggupinya dan berkata akan datang dalam 30 menit.
"Daripada memikirkan David, lebih baik aku bersenang-senang. Tau gitu semalam aku tidak perlu meminta David untuk datang. Pria itu tak memuaskan hasratku semalam," ucap Veronica yang bergegas menuju kamar mandi untuk membersihkan diri, kemudian memakai lingerie berwarna merah menyala untuk menyambut seseorang yang akan memuaskan hasratnya pagi ini.
***
Di kantor.
"Apa, kakek mengantarnya?"
"Memangnya kenapa? Dia menantu di keluarga kita. Kau harus memastikan keamanannya. Dan kau harus menjemputnya nanti," ujar Tuan William memberikan penekanan pada David yang baru saja datang itu.
"Astaga, Kek. Aku ini suaminya, bukan supir pribadi. Buat apa jemput segala? Kan ada Pak Seno."
"Ini perintah. Kau harus menjemputnya!" tegas Tuan William tak bisa dibantah.
David berdesis kesal. Ia hanya diam, tak mampu melawan pria tua yang berkuasa itu.
"Amanda bilang kau berangkat pagi-pagi karena ada meeting ke luar kota. Tapi kenapa sekarang ada disini? Dari mana sebenarnya kau, Dav?!" tanya Tuan William menyelidik. Membuat David sedikit gugup karena pertanyaan menohok itu.
"A–aku... Aku..."
"Jangan bilang kau masih punya hubungan dengan wanita bin*l itu!"
"Dia wanita baik-baik, kek. Jangan selalu menghinanya. Dia tidak buruk seperti yang kau bayangkan," ujar David membela sang kekasih. Ia sendiri heran, entah mengapa semua keluarganya tidak menyukai Veronica? Hanya karena Veronika selalu berpakaian seksi dan sering ada dalam film dewasa. Bagi David Tidak masalah karena ia tahu jika hati wanita itu hanya untuknya. Tidak mungkin Veronica berbuat seperti apa yang mereka tuduhkan.
"Kau terlalu dibutakan olehnya, Dav. Bahkan istrimu sepertinya lebih baik beribu-ribu kali lipat darinya. Kakek tidak mau mendengar kau berhubungan lagi dengan wanita itu. Jika tidak, kau tahu sendiri akibatnya!" ancam Tuan William yang membuat David geram.
"Kau tenang saja, Kek. Bukankah semua tahu bahwa aku sudah putus dengannya?" David tak mau jika ancaman itu jadi nyata. Meski kesal, ia harus tetap menahannya dan berpura-pura jika dirinya tidak memiliki hubungan lagi dengan kekasihnya itu.
"Bagus. Fokuslah pada istrimu. Jangan lupa dengan permintaan kakek. Ketahuilah, permintaan itu akan menguntungkanmu!" ujar pria tua itu seraya berjalan angkuh keluar dari ruang kerja cucunya.
Giginya bergemeletuk. David mengepalkan tinjunya. Geram sekaligus bingung dengan Tuan William yang sangat berkuasa dan begitu dihormati itu. Tapi meski menyebalkan, David sangat menyayangi kakeknya.
"Apa maksudnya? Mengapa kakek bilang jika permintaannya akan menguntungkan aku? Sebenarnya apa yang tengah ia rencanakan? Mengapa kakek begitu menginginkan seorang cicit?"
***
Bersambung....