NovelToon NovelToon
Anak Kembar Sang Penguasa

Anak Kembar Sang Penguasa

Status: tamat
Genre:Romantis / Cintamanis / Anak Genius / Tamat
Popularitas:19.8M
Nilai: 4.8
Nama Author: Rosma Sri Dewi

Amanda Daniella, gadis manis berusia 23 tahun, karena pengaruh obat yang dimasukkan ke dalam gelas minumnya, dia salah masuk kamar. Dia masuk ke dalam kamar yang diisi seorang pemuda berusia 28 tahun, yang merupakan CEO dari perusahaan besar dan sangat berpengaruh. Karena sudah tidak bisa menahan kabut gairah yang sudah menguasainya, akhirnya malam itu dia menyerahkan pada pemuda yang tidak dia kenal sama sekali itu.

Akibat dari kejadian itu, Amanda akhirnya hamil anak kembar. Tapi, dia tidak tahu pada siapa dia mau menuntut tanggung jawab, karena dia sama sekali tidak mengenal laki-laki itu, bahkan wajahnya saja dia tidak ingat sama sekali.

Bagaimana nasib Amanda setelah itu? apakah dia akan bertemu dengan laki-laki ayah dari anak-anaknya yang kebetulan terlahir genius itu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rosma Sri Dewi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ingin memanggil Papa.

Ardan sudah tampak rapi dengan kemeja berwarna putih dan jas berwarna hitam, warna yang sepertinya sudah mendarah daging untuknya. Bagi sebagian orang, warna hitam biasanya identik mengandung aura negatif dan misterius. Entah kenapa bisa ada tanggapan seperti itu? mungkin karena warna hitam biasa dipakai oleh orang-orang misterius. Padahal kalau dikulik lebih dalam, penyuka warna hitam biasanya adalah orang yang 'independent' atau orang yang lebih suka melakukan segalanya sendiri dan sangat mungkin mengintimidasi orang lain tanpa berbuat apapun.

Penyuka warna hitam juga tak sebegitu bermain dengan perasaan. Tapi, bisa jadi sangat membangkang di beberapa keadaan, apalagi saat mereka pikir situasi tersebut benar-benar tidak beres. Pembawaan ini membuat penyuka warna hitam merasa sangat kuat menghadapi situasi-situasi sulit.

Mereka pun sangat suka menyimpan segala sesuatunya sendiri. Privasi adalah hal yang sangat penting bagi mereka. Karenanya, penyuka warna hitam sangat sulit dekat dengan orang lain. Mereka lebih senang membangun dinding dan merasa aman di baliknya. Dan karakter ini benar-benar sangat sesuai dengan Ardan.

Ardan mengayunkan kakinya melangkah hendak keluar dari kamarnya. Akan tetapi, entah dorongan dari mana, Ardan mengurungkan langkahnya, dan melangkah kembali untuk sekedar mengintip wanita yang dia ketahui bernama Amanda itu dari balik tirai.

"Gila! apa-apa an sih aku? kok bisa-bisanya ingin melihat tuh perempuan lagi? Ini tidak boleh dibiarkan. Aku harus membangun tembok dengan tuh perempuan." batin Ardan sambil kembali melangkah keluar dari kamarnya.

Ardan turun dari dengan tas kerja di tangannya. Setelah meletakkan tas kerjanya di atas meja, Ardan mengayunkan langkahnya menuju ruang makan, untuk sarapan bersama dengan kedua orang tuanya. Ardan terlihat sedikit kaget, melihat meja makan sudah tampak Amanda dan kedua anaknya yang sepertinya akan bergabung untuk sarapan bersama. Ardan berusaha untuk menutupi debaran jantungnya dengan bersikap biasa, dan bahkan lebih ke. terkesan dingin.

Begitu melihat kedatangan Ardan, Amanda spontan berdiri dari tempat duduknya dan memberikan senyuman manisnya.

Akan tetapi, Ardan tidak membalas senyuman yang ditunjukkan oleh Amanda. Dia hanya memberikan lirikan tajam, yang membuat senyum Amanda surut dan langsung menundukkan kepala tidak berani menatap Ardan.

"Ardan, turunkan matamu! jangan membuat Amanda takut!" suara Amara terdengar lembut, tapi terselip ketegasan pada ucapannya.

Ardan berdecak, tapi tetap mematuhi perintah mamahnya. Dia mendaratkan tubuhnya duduk di samping Aby yang kini tengah menatap Ardan dengan tajam.

"Hei, kenapa kamu menatapku seperti itu, Boy?" tanya Ardan.

"Om, jangan membuat mamaku takut! kalau om masih menatap mamaku, seperti itu, Om akan berhadapan denganku!" Aby mengangkat jari telunjuk dan jari tengah bersamaan, kemudian menunjuk matanya sendiri lalu diarahkan ke mata Ardan, seakan ingin mengatakan ' i watch you'.

Jeong Hyeon-jun as Abyasa

Ardan meneguk ludahnya kasar, mendengar ancaman Aby. Sedangkan yang lainnya hanya bisa menahan tawa.

"Sial, aku diancam sama bocah.Tapi kenapa aku gak kesal ya?" Ardan mengalihkan pandangannya ke arah lain, dan tanpa sengaja tatapannya berhenti pada gadis kecil yang dia tahu bernama Anin. Gadis kecil itu, juga tengah menatap ke arah Ardan dengan manik mata sendu, dan bahkan sudah berembun seperti ingin menangis.

Jeon Ha Ram as Anindita

Entah kenapa ada perasaan ingin memeluk Anin,yang muncul di hati Ardan. Tapi, dia

berusaha untuk menepisnya.

"Om, kenapa kamu mirip dengan Kakakku? apa Om ini papa kami?" celetuk Anin dengan tatapan penuh harap, membuat semua yang ada di sana tersentak kaget.

"Anin!" seru Amanda dengan nada yang tidak terlalu keras.

"Ma-maaf, Pak Ardan! Anin tidak bermaksud seperti itu." ucap Amanda, tidak enak hati.

Ardan tidak menjawab, dia cukup hanya menganggukkan kepalanya. Walaupun dia hanya diam, tapi ada perasaan sedih yang tiba-tiba singgah di dalam hatinya, yang tidak sanggup dia ungkapkan.

"Udah ... udah, ayo makan! nanti nasi gorengnya keburu dingin." Seru Amara, memecah suasana 'awkward' yang sempat tercipta.

Piring semua orang kini sudah terisi dengan nasi goreng, kecuali Ardan yang berisi spagheti, karena dari kecil Ardan sama sekali tidak menyukai nasi goreng.

Amanda menghela napasnya, melihat Aby yang sama sekali tidak menyentuh makanan di piringnya, karena dia tahu, kalau Aby juga tidak pernah menyukai nasi goreng.

"Aby, kenapa nasinya tidak dimakan, Sayang?" tanya Amara dengan kening yang berkerut.

"Kak Aby, tidak suka makan nasi goreng, Oma," bukannya Aby yang menjawab, justru Aninlah yang buka suara. Amara, Rudi dan Ardan saling silang pandang, kaget dengan kesamaan yang dimiliki antara Aby dan Ardan.

Ardan dengan inisiatif, akhirnya mengambil piring baru, dan menuangkan setengah spagheti dari piringnya ke piring Aby, karena dia tahu, kalau spagheti yang dibuat hanya satu porsi.

"Nih, kita bagi dua. Kamu mau makan spagheti kan?" Ardan menyodorkan piring yang berisi spagheti ke depan Aby.

Bukannya langsung menerima, Aby justru melirik curiga ke arah Ardan. " Om, kenapa tiba-tiba baik? Om tidak bermaksud menyogokku kan? ingat ya Om ... Om memberikan ini padaku, bukan berarti aku akan diam kalau Om menakuti mamaku lagi."

Ardan menghembuskan napasnya dengan cukup panjang, kemudian menggaruk kepalanya yang sama sekali tidak gatal.

"Iya ... iya aku mengerti."ucap Ardan mengalah.

Sementara Amara dan Rudi semakin bingung dengan kesamaan kedua pria berbeda usia itu. Dimana Ardan juga bersikap selalu waspada bahkan terkesan curiga, pada setiap orang yang tiba-tiba berbuat baik padanya.

Setelah drama perdebatan antaran Ardan dan Aby selesai, kini yang terdengar hanyalah suara sendok dan garpu yang beradu di atas piring. Tampak Anin yang sesekali mengangkat kepalanya dan mengedarkan matanya ke semua orang yang sedang fokus menyuapkan makanan mereka ke dalam mulut masing-masing. Tidak terasa ada buliran kecil seperti kristal yang menetes dari sudut matanya, dan dia buru-buru menyekanya.

"Anin,kenapa tidak dimakan nasinya? apa kamu tidak suka dengan nasi gorengnya?" Amara yang menyadari Anin, yang tiba-tiba berhenti makan, bertanya dengan lembut. Anin tidak memberikan jawaban, dia cukup hanya menggelengkan kepalanya sebagai jawaban atas pertanyaan Amara.

"Jadi kenapa tidak dimakan?" tanpa bisa ditahan lagi, air mata Anin kembali menetes membuat Amara dan yang lainnya, berhenti makan dan fokus menatap ke arah Anin.

" Lho, kamu kenapa menangis?" tanya Rudi yang dari tadi hanya diam saja.

"Kamu kenapa, Sayang?" tanya Amanda dengan lembut.

"Anin gak pa-pa, Ma. Anin cuma senang aja, hari ini, Anin seperti memiliki keluarga yang lengkap. Ada mama, ada papa, kakek, nenek dan kakak. Selama ini, Anin ingin sekali merasakan seperti ini, dan sekarang Anin sudah merasakannya. Anin senang sekali. Ternyata begini rasanya kalau punya keluarga lengkap. Walaupun tidak benaran, tapi Anin sudah senang,"

Amanda menundukkan wajahnya dan dengan punggung tangannya menyeka cairan bening yang tidak sanggup dia bendung. Sedangkan Aby mengangkat wajahnya melihat ke atas, berusaha menahan, agar air matanya tidak jatuh.

"Om, boleh kah Anin memanggil Om, papa sekali saja? Anin hanya ingin merasakan, bagaimana rasanya memanggil papa," pinta Anin dengan mata yang memelas.

"Anin!" tegur Amanda yang semakin merasakan tidak enak hati.

"Tidak pa-pa. Kamu boleh panggil aku papa sekarang," ujar Ardan yang membuat semua yang ada di ruangan itu kaget.

"Papa!" panggil Anin dengan tersenyum, membuat Aby, berdiri dan meninggalkan meja makan, untuk menumpahkan air matanya di tempat tersembunyi.

Tbc

1
Hasnawiyah Ansar
apa bedanya biola sama violin🤔
kinan kinan
Secangkir kopi buat nemanin thor
JanJi ◡̈⋆ⒽⒶⓅⓅⓎ😊
ngak mulu klau uda bab Chantika sma Calvin🤣🤣🤣🤣
Rahmaniar
suka ceritanya,sukses selalu Thor.
Maria Christanti
thor tetap semangat dlm berkarya, walaupun hrs pandai mengatur wkt.
Cindy Cindy
Luar biasa
Naufal Raffa S
🤣🤣🤣
Naufal Raffa S
baca novel ini udah 3 kali tp tetep mewek thor😭😭
Nicko Putra Jelita
Buruk
Julia Juliawati
ucapan itu doa kakek tuir. blg pny sakit Jatung ternyata skrg nyata🤣🤣
Masayu Yanti: akhir nya doa nya terkabul 😆
total 1 replies
Julia Juliawati
Luar biasa
Julia Juliawati
terlalu bertele2 muter-muter aj.
Julia Juliawati
ini kapan ke ungkapnya susah x
Julia Juliawati
mewek aq Thor baca bab ini😭😭😭
Laila Umroh
Luar biasa
Venny Merliana
kaku perutku Calvin sma Cantika bikin ngakak 🤣🤣🤣🤣😅😅
Pendi
syukur abi makanya jd manusia jgn sok sok gool sok2 ganteng terima aja karma perbuatanmu
Pendi
ya tanggungjawab lh abi oan udah kamu entot laknat
Pendi
syukurin makanya jgn sok2 kegantengan abi biar nikah sama shasa aja laknat
Pendi
awas thor kalau celin di jodohkan sama abi,muak karakter kayak abi tu sok kgantengan
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!