Suami Cicilan

"Siapa yang cemburuan?" tanya seorang laki-laki tepat berada di samping Yutasha berdiri. Membuat Yutasha terlonjak kaget saat mengetahui siapa orang tersebut.

"Eh, Kak Arga," sapa Yutasha sembari tersenyum pada Arga.

Hilda terkejut Yutasha memanggil Dirga dengan sebutan Arga. Karena tidak semua orang boleh memanggil nama depan Dirga. Karena, hanya orang terdekatnya saja yang memanggilnya dengan sebutan, Arga.

"Loh, dia kan Kak Dirga, Yuta. Kenapa kamu manggilnya Kak Arga?" tanya Hilda berbisik pada Yutasha.

"Dia yang nyuruh aku manggil begitu," jawab Yutasha dengan lirih. Hilda kemudian mengangguk ganda paham.

Arga yang kebetulan sedang lewat, melihat Yutasha berjalan menuju perpustakaan, ia memutuskan untuk mengikuti Yutasha.

"Siapa tadi yang cemburuan?" tanya Arga sekali lagi.

"Ah... Itu Kak--" ucapan Yutasha di potong oleh suara seorang lelaki yang baru saja menghampirinya.

"Kenapa lama banget?" potong Erlangga yang keluar dari dalam perpustakaan.

Untuk kedua kalinya, Yutasha dan Hilda di buat kaget oleh dua orang hari ini. Untung saja jantung mereka merekat dengan kuat, jika saja jantung mereka buatan China, pasti langsung copot karena mendapat guncangan dari luar.

"Eh, iya Kak. Maaf," ucap Yutasha dengan sedikit gugup.

Yutasha takut, jika saja Erlangga akan marah padanya. Karena isi perjanjian yang mereka buat, ada poin yang melarang mereka untuk berdekatan dengan lawan jenis masing-masing. Eh, tunggu! Perjanjian itu akan berlaku saat kita sudah menikah, kan? Dan juga kenapa aku harus merasa takut seperti ini? Ada apa dengan nyaliku yang selalu menciut saat berada di dekat Kak Erlan. Apa karena kejadian di mobil tempo hari itu? Aaarrghhh masa bodo lah! Yutasha menggaruk tengkuk kepalanya.

"Jadi nggak, belajarnya?" tanya Erlangga sedikit melirik kearah Arga berada.

Yutasha dan Hilda saling tukar pandang. Lalu mereka mengangguk bersamaan. Setelah itu Yutasha menatap kearah Arga.

"Maaf, Kak. Kami belajar dulu." ucap Yutasha kemudian melangkah masuk ke dalam perpustakaan yang diikuti Hilda dari belakang.

"Tunggu, Yuta!" teriak Arga namun tidak dihiraukan oleh Yutasha. Malah kini dirinya mendapat tatapan horor dari sebagian mahasiswa yang berada disana. Karena dianggap telah mengganggu ketertiban perpustakaan.

Arga tersenyum seraya mengangguk meminta maaf. Ia lebih memilih pergi dari sana daripada nanti malah membuat gaduh didalam perpustakaan karena dirinya yang ingin terus mengetahui pribadi seorang gadis yang bernama Yutasha Geraldine.

Setelah kepergian Arga, Erlangga melangkah menghampiri meja dimana Yutasha dan Hilda berada. Ia mengambil tempat duduk di sebelah Yutasha tanpa ada rasa sungkan sedikitpun. Membuat Hilda merasa heran. Karena selama ini yang ia tahu, seorang Erlangga itu anti sosialisasi dengan mahasiswa yang lain. Dia tidak pernah terlihat mendekati mahasiswa lain, kecuali para mahasiswa itu yang mendekati dirinya karena membutuhkan sesuatu darinya.

Apa mungkin mereka akan segera bertunangan, sehingga Kak Erlangga berubah menjadi agresif pada Yutasha? Pertanyaan itu hanya mampu Hilda ucapkan di dalam hatinya.

"Apa kamu mengenal dia?" tanya Erlangga pada Yutasha dengan suara yang lirih. Karena tidak mau sampai mengganggu ketenangan mahasiswa lain di perpustakaan.

Yutasha meneguk ludahnya sedikit susah. Pasalnya ini pertanyaan yang paling mau ia hindari. Ia takut jika Erlangga tahu dirinya tadi bahkan diantar oleh Arga.

Meskipun mereka belum menikah, namun mereka sudah sama-sama menandatangani surat perjanjian itu. Ia terlalu gegabah jika mengabaikan fakta yang satu itu. Setelah surat perjanjian ditandatangani, otomatis peraturan yang ada didalamnya pun akan berlaku.

"Baru tadi pagi, Kak." jawab Yutasha. Ia lebih memilih jujur pada Erlangga, daripada muncul masalah dikemudian hari.

"Dan kamu diantar olehnya?" Skak mat! Tebakan Erlangga tepat sasaran.

Haaaiii aku datang lagi🤭

Ada yang kangen Yutasha nggak? 😌