NovelToon NovelToon
Whispers Of The Enchanted Realm

Whispers Of The Enchanted Realm

Status: sedang berlangsung
Genre:Romansa Fantasi / Transmigrasi ke Dalam Novel / Fantasi Wanita / Cinta Istana/Kuno
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: MllyyyStar

Luna Delfina berprofesi sebagai seorang penulis di hidupnya, ia memiliki cukup banyak pengikut setia yang selalu mendukung setiap karyanya.

Suatu hari muncul satu komentar misterius di karya tulisannya yang pada akhirnya membawa dirinya ke dalam Dunia Karya Ciptaannya tersebut.

Segala cara telah ia lakukan agar dapat terlepas dari ikatan dunia ini, namun tak ada satupun cara yang berhasil. Satu-satunya jalan terakhir baginya adalah dengan menjodohkan kedua Pemeran Utama sesegera mungkin agar ia dapat segera terlepas dari tanggung jawabnya sebagai seorang Pemeran yang tidak diketahui Perannya disini.

Apakah ia dapat berhasil menjodohkan mereka di tengah badai-badai konflik yang ditulis olehnya sendiri? Ataukah semua tindakannya ini malah membuatnya terjerumus lebih dalam? Dan.. Siapakah orang misterius itu?

Ayo baca drama seorang Penulis kecil ini!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MllyyyStar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 20 Fog Forest [Hutan Kabut]

...Fog Forest...

...[Hutan Kabut]...

“Layak dinamakan Fog Forest. Tempat ini penuh diselimuti oleh kabut yang menghalangi pandangan.” Ucap seorang pria, Vandore. Berdiri di antara tebing bersama dengan beberapa orang lainnya di sekitarnya.

Vandore, memiliki wajah oval dengan garis rahang yang tegas. Rambutnya hitam pekat, dipotong pendek rapi. Matanya cokelat gelap, berbentuk almond. Dan terakhir, ia memiliki jenis warna kulit cokelat muda.

“Jika begini, bagaimana kita bisa menyelesaikan Misi? Tak ada yang bisa dilihat sama sekali.” Ujar Edwin menambahkan.

Ia menyipitkan mata, berusaha agar pandangannya dapat menembus tebalnya kabut putih yang menyebar di dataran bawah pegunungan tersebut.

“Itu mudah, ayo Leontius.” Panggil Alsean.

“Hm.” Gumam pria itu, Leontius.

Angin berdesir kencang, dan kabut-kabut yang semula menutupi hampir dari seluruh area pegunungan itu kini mulai terbawa oleh arus angin yang diciptakan oleh mereka, Alsean dan Leontius.

“Wow, cerdik. Benarkan Elena?” Ujar Chelsea.

“Benar.” Jawab Elena. Angin halus melewati celah rambutnya yang tergerai.

“Cepat bergerak, Kabut akan kembali setelah beberapa menit.” Ujar Leontius.

“Tidakkah beberapa menit itu terlalu singkat?” Tanya Edwin.

“Tidak jika kita berpencar.” Ucap Vandore, tersenyum penuh arti.

“Baiklah lakukan seperti itu.”

“Alsean dan Leontius bersamaku.” Ujar Vandore.

“Hei, kau serius ingin mengambil mereka? Aku yakin jika kau hanya ingin mengambil keuntungan agar dapat bersantai-santai dalam Misi kali ini.” Ujar Edwin memprotes.

“Baiklah baiklah, jika begitu aku akan menukar Alsean dengan Chelsea. Puas?” Ucap Vandore.

“Tentu saja harus begitu.” Ucap Edwin puas.

“Jika begitu, kami akan ke Daerah Timur, dan kalian ke Daerah Barat. Setelah kita mendapatkan Batu Kristal Magis, segera berkumpul kembali disini.” Ujar Leontius, mereka semua mengangguk mengerti.

Mereka semua berpencar mengikuti tujuan masing-masing dengan Kelompok mereka sendiri. Kelompok pertama terdiri dari Vandore, Chelsea, dan Leontius. Sedangkan Kelompok kedua adalah Alsean, Elena dan Edwin.

Alsean, Elena, dan juga Edwin. Berjalan beriringan melewati beberapa pepohonan rimbun yang lebat untuk mencapai tujuan mereka, mendapatkan Batu Kristal Magis yang terletak di ujung tempat itu.

“Batu Kristal Magis.. Apa fungsinya penting, Sean?” Tanya Edwin. Ia berjalan dengan santai, kedua tangannya menahan tengkuk kepalanya.

“Ya.”

“Alasannya?”

“Elena, jelaskan.” Pinta Alsean.

Elena mengangguk. “Alasan Batu Kristal Magis menjadi sangat penting ialah karena Energi Magis yang terdapat di dalamnya.”

“Energi Magis?”

“Benar, Energi Magis inilah yang dibutuhkan oleh Akademi. Ia memiliki banyak fungsi untuk menggantikan Kemampuan para Penyihir seperti kita.”

“Misalnya dalam penciptaan Alat Sistem Sihir seperti Layar Magis, Cahaya Magis yang ada di setiap sudut Akademi, dan Pelindung Akademi. Semuanya diciptakan karena adanya Energi Magis pada Batu Kristal Magis ini.” Jelas Elena.

Edwin mengangguk mengerti. “Ternyata seperti itu.. Tidak kusangka kau tahu cukup banyak.”

“Semuanya tertera pada Buku Catatan Sejarah Sihir, apa kamu tidak mempelajarinya, Edwin?” Tanya Elena, memandangnya penasaran.

Edwin mengalihkan pandangannya dan kemudian segera mengubah arah pembicaraan mereka dengan gugup.

“Eh, em.. Apa teman yang kau temui sebelum berkumpul itu adalah Luna?”

“Benar, bagaimana kamu bisa tahu?”

“Karena kau tampak dekat dengannya belakangan ini.” Ucap Edwin.

“Cara mengubah arah pembicaraanmu cukup handal, Edwin.” Ujar Alsean, meledeknya.

Ia berhenti tepat di sebuah rimbunan semak-semak yang berada di jalan itu, dan kini mereka berada di ujung jalan buntu dengan tebing kokoh yang menjulang tinggi di beberapa meter ke depan dari tempat mereka berada saat ini.

“Hei, aku tidak mengalihkan topik pembicaraan.” Ujar Edwin, mengeles.

Alsean mengabaikannya, ia memandang kesekitarnya untuk mencari tujuan dari Misi mereka kali ini.

Sebuah benda berkilau tampak mengkilap mengenai pandangannya, ia melangkah mendekat untuk memastikan.

“Hati-hati..” Ucap Elena.

“Akhirnya..”

Alsean menekuk lututnya untuk mengumpulkan beberapa Batu Kristal Magis itu dan menyimpannya satu-persatu ke dalam bungkusan yang telah ia bawa.

Namun, sesuatu membuatnya tampak sedikit ragu.

Sesuatu berbentuk oval namun sedikit lonjong di sisi lainnya, serta memiliki warna biru yang tampak pudar. Benda itu terletak bersamaan dengan beberapa Kristal Magis yang ia cari.

“Sean!” Panggil Edwin, pelan namun masih terdengar.

Setelah ia selesai mengumpulkan Batu-Batu Kristal Magis itu, Alsean bangun kembali dan mengangkat Bungkusan yang ia genggam.

“Aku sudah mendapatkannya!” Ujarnya, menunjukkannya kepada Edwin dan Elena.

Namun reaksi mereka berbeda, sedikit pucat.

“Ada apa?” Tanya Alsean.

“A..Ada Mo-Monster Angsa di belakangmu!” Ujar Edwin, menunjuk ke arah belakang Alsean.

Alsean sedikit ragu. “Kau membual lagi?”

“Kali ini dia serius, pasti.” Imbuh Elena dengan wajah panik.

Raahkh!!!

Monster itu menggeram dan melompat, menggetarkan seluruh tanah tempat mereka berpijak.

Dan untungnya pergerakan Alsean cukup lincah untuk menghindarinya. Ia melompat keluar dari semak-semak yang ternyata adalah sarang dari Monster tersebut.

"Kenapa tidak memberitahuku sejak awal?" Tanyanya, nafasnya sedikit terengah-engah.

"Kami sudah mencoba untuk memberitahumu, tapi kau tidak mendengarkannya." Ujar Edwin.

"Siapa yang bisa percaya dengan ucapanmu?"

"Berhenti berdebat! Monster itu akan segera Menyerang lagi." Pekik Elena mengingatkan, ia melangkah mundur dan bersiap.

Monster itu memiliki rupa yang mirip dengan Angsa, namun ia memiliki bentuk tubuh yang jauh lebih besar dengan lehernya yang panjang dan berkelok-kelok, sayapnya lebar dan ketika itu dikepakkan, angin kuat menguasai udara.

"Mo-Monster ini sangat menakutkan." Gumam Edwin.

"Apa yang terjadi dengannya?" Batin Alsean, ia mengamati Monster itu.

"Sean, apa kamu mengambil sesuatu darinya?" Tanya Elena.

"Tidak, aku tak mengambil apapun selain Batu Kristal Magis ini."

Alsean teringat dengan benda bulat yang ia temukan di Sarang tadi.

“Oh! Ada sesuatu di sarangnya, sekarang kurasa itu adalah telurnya. Apa Monster ini mengira aku mengambilnya darinya?”

“Sepertinya begitu.”

Monster itu kini Menyerang kembali, menjadi sedikit lebih Agresif dibanding sebelumnya. Menyerang tanpa memandang siapa lawannya.

“Tidak bisa dibiarkan.” Batin Edwin.

Sebelum Monster itu kembali Menyerang, Edwin menggunakan Tenaganya untuk Menciptakan Sihir Elemennya.

Elemen Tanah, Akar-akar mencuat dari bawah tanah tersebut dan menjadi penahan sementara untuk memperlambat gerakan Monster itu.

“Cepat lakukan sesuatu! Aku tidak bisa menahannya lebih lama lagi.” Ujar Edwin, mencoba untuk bertahan selama mungkin.

“Elena, apa kau bisa mengontrolnya?” Tanya Alsean.

“Tidak, dia terlalu Agresif saat ini.” Jawab Elena.

“Ambil ini.”

Alsean melemparkan bungkus kantong yang berisi Batu Kristal Magis yang sebelumnya telah ia kumpulkan.

“Bawa kembali dulu, kami akan mengatasi ini.” Ucapnya.

“Baik.” Jawab Elena setelah menerimanya.

Ia yakin bagaimana Kemampuan Alsean dan Edwin dalam Bertarung dan ia tahu jika mereka pasti akan segera menyusulnya setelah ini.

Elena melangkah dengan cepat untuk meninggalkan tempat tersebut. Namun di pertengahan jalannya, ia mendapatkan Penyerangan tak terduga.

Sebuah ranting berduri melesat gesit ke arahnya, namun Elena tidak cukup tangkas untuk menghindarinya.

Elena spontan memejamkan matanya dan menggunakan tangannya untuk melindungi tubuhnya. Namun setelah beberapa detik berlalu, tak ada apapun yang terjadi kepadanya.

Begitu ia membuka kembali matanya, sebuah Pelindung tipis mengelilingi dirinya yang kemudian semakin pudar dan kemudian menghilang. Asalnya dapat dilihat, cahaya itu terbesit melalui cincin yang ia kenakan di jari telunjuknya.

“Aku.. Baik-baik saja?” Tanyanya dalam hati, seolah tidak percaya.

Syuu~

Suara angin berdesir.

Kabut yang telah disapu angin kini kembali menyelimuti tempat itu.

Elena memandang sekitarnya dengan waspada, hingga seorang wanita muncul dihadapannya. Mengenakan balutan kain yang digunakan sebagai masker untuk menutupi setengah wajahnya.

“Cincin dengan Mantra Pelindung, kau beruntung karena memilikinya. Jika tidak, kau pasti telah tumbang oleh Seranganku.” Ujar wanita itu, tampak misterius.

“Siapa kau!” Tanya Elena, ia sedikit melangkah mundur.

"Arcane Order of Shadows. Pernah mendengarnya?" Ucap wanita itu.

"Arcane Order of Shadows.. Organisasi Pengacau yang terkenal, tentu saja aku tahu itu."

"Apa kau salah satu bagian dari mereka?" Tanya Elena lagi.

Bukannya menjawab, wanita itu kini mengarahkan sebuah pisau kecil menuju ke arah Elena. "Serahkan benda itu dan aku tak akan menyakitimu."

"Benda?"

"Dalam bungkus itu."

"Kau ingin Batu Kristal Magis ini juga?"

"Hm.. Energi Magis. Siapa yang tidak menggunakannya?" Ujarnya, tertawa kecil.

"Kristal Magis ini tersebar di seluruh tempat, mengapa harus mengambilnya dariku?" Tanya Elena, penasaran mengapa gadis itu harus repot-repot menghadangnya disini.

"Yah, lebih seru jika merebutnya dari orang lain bukan?"

"Tidak akan kubiarkan kau mendapatkannya." Elena menyimpannya ke dalam tas kecilnya, lalu ia kemudian mulai bersiap-siap untuk melawan.

“Baiklah jika itu keputusanmu, akan kupastikan jika kau menyesal karena tidak memberikannya kepadaku.”

.......

.......

.......

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!