NovelToon NovelToon
Pernikahan Palsu Dadakan

Pernikahan Palsu Dadakan

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / CEO / Cinta setelah menikah / Nikah Kontrak / Pernikahan Kilat / Identitas Tersembunyi
Popularitas:5.2k
Nilai: 5
Nama Author: Volis

Adriella menjalani hidup penuh luka dalam balutan kemewahan yang semu. Di rumah milik mendiang ibunya, ia hanya dianggap pembantu oleh ayah tiri dan ibu tirinya. Sementara itu, adik kandungnya yang sakit menjadi satu-satunya alasan ia bertahan.

Demi menyelamatkan adiknya, Adriella butuh satu hal, warisan yang hanya bisa dicairkan jika ia menikah.

Putus asa, ia menikahi pria asing yang baru saja ia temui: Zehan, seorang pekerja konstruksi yang ternyata menyimpan rahasia besar.

"Ini pasti pernikahan paling sepi di dunia,” gumam Zehan.

Adriella menoleh pelan. “Dan paling sunyi.”


Pernikahan mereka hanyalah sandiwara. Namun waktu, luka, dan kebersamaan menumbuhkan benih cinta yang tak pernah mereka rencanakan.

Saat kebenaran terungkap dan cinta diuji, masihkah hati memilih untuk bertahan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Volis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 29. Penyelidikan

Lampu ballroom meredup perlahan, berganti menjadi sorotan hangat yang mengarah ke panggung runway. Musik megah mengalun, menandai dimulainya pertunjukan.

Adriella menarik napas pelan saat tirai panggung terbuka dan model pertama melangkah keluar, mengenakan gaun bernuansa nude dan emas pucat. Gaun itu jatuh sempurna, menciptakan siluet anggun yang langsung mencuri perhatian tamu undangan.

Setiap langkah para model terasa seperti rangkaian cerita. Gaun demi gaun memperlihatkan permainan tekstur, warna pastel, potongan modern, dan lapisan-lapisan kain halus yang tak asing di mata Adriella. Ia mengenali tiap helai kain itul, pernah ia pegang, uji, dan seleksi satu per satu bersama timnya.

Di sebelahnya, Bastian duduk dengan postur tenang. Sesekali mengangguk puas. Clara, yang berada di baris depan bersama Pak Andreas, tampak menjelaskan sesuatu dengan suara pelan.

“Untuk koleksi ini, kami menggunakan bahan kombinasi satin organik dan tekstur linen transparan. Inovasi pewarnaannya hasil dari percobaan terakhir dengan tim Adriella. Ini yang membuatnya lembut tapi tetap punya karakter kuat,” bisik Clara kepada Andreas.

Pak Andreas mengangguk ringan, matanya tetap menatap runway.

Namun Adriella, dari kursinya, mulai merasakan sesuatu yang membuatnya resah.

Beberapa kali ia merasa seperti sedang diperhatikan. Pandangan yang tidak biasa, tidak sekadar tatapan penonton umum. Ia mencoba tetap fokus, namun setiap helai kain yang lewat, semakin terasa bahwa ada yang mengamatinya.

Saat salah satu gaun terakhir melenggang di atas panggung, Adriella tak tahan lagi. Ia menoleh perlahan ke arah kanan.

Matanya bertemu langsung dengan tatapan itu.

Pak Andreas menatapnya diam-diam dari kursinya. Tatapan itu tidak agresif, tapi tajam, penuh pengamatan. Seolah mencoba membaca lebih dalam dari sekadar wajah.

Adriella tertegun sesaat. Ia menunduk buru-buru, jantungnya berdebar. Ada hal aneh dalam tatapan pria itu, sesuatu yang belum bisa ia mengerti, tapi pasti bukan tanpa arti.

Ia yakin ini pertama kalinya mereka bertemu. Meski Pak Andreas terus menatapnya, dia tidak merasakan permusuhan atau sembrono. Tatapan Pak Andreas bukan seperti Bara yang penuh nafsu, atau seperti orang lain yang terpesona dengan kecantikannya.

Dan di balik gemerlap pertunjukan malam itu, sesuatu yang tak terlihat oleh tamu lainnya mulai bergerak diam-diam.

🍁🍁🍁

Setelah gaun terakhir menghilang di balik tirai dan tepuk tangan mengisi ruangan, lampu utama ballroom kembali menyala. Para tamu mulai berdiri, sebagian berbicara satu sama lain sambil perlahan diarahkan oleh petugas menuju ruang perjamuan yang telah disiapkan di sisi timur ballroom.

Ruang perjamuan itu didekorasi dengan elegan, lampu gantung kristal menjuntai di langit-langit, meja-meja bundar kecil tersusun rapi, dan alunan musik jazz lembut mengisi udara. Aroma makanan ringan dan minuman segar mulai memenuhi ruangan.

Pelayan dengan seragam hitam elegan menyebar membawa nampan berisi mocktail, wine, dan canapés. Suasana perlahan mencair menjadi pesta eksklusif namun santai, tempat tamu-tamu penting berbincang ringan sambil menikmati malam.

Petugas mulai mengganti posisi kursi dengan meja-meja bundar kecil. Pelayan berjas hitam menyebar membawa nampan berisi minuman berkilau dan canapés. Area di sekitar runway disulap menjadi lounge kecil dengan pencahayaan keemasan dan alunan musik jazz lembut.

Clara berdiri di dekat panggung, menyambut para tamu yang menghampirinya. Beberapa influencer, desainer, dan investor terlihat berdatangan untuk memberi selamat. Di sisi lain ruangan, Bastian berbicara dengan mitra bisnisnya, sementara Adriella berdiri agak terpisah, memandangi dekorasi elegan yang berubah begitu cepat dari suasana formal menjadi santai.

Ia baru hendak berbalik mencari minuman ketika Clara menghampirinya.

"Adriella," sapanya hangat. "Kamu punya waktu sebentar? Ada beberapa orang yang ingin kukenalkan."

Adriella mengangguk. “Tentu, Bu Clara.”

Clara menuntunnya melewati beberapa kelompok tamu, hingga mereka tiba di sisi lounge tempat Pak Andreas berdiri dengan segelas minuman di tangannya, masih ditemani asistennya.

"Pak Andreas," Clara menyapa dengan sikap sopan namun penuh kebanggaan. "Ini Adriella Sanari, salah satu pemimpin tim produksi kami untuk kerja sama Velveta. Kontribusinya sangat besar dalam proyek ini."

Pak Andreas menoleh dan menatap Adriella. Tatapan itu lagi, tajam namun tidak dingin. Kali ini, ia tersenyum kecil.

"Jadi ini orang di balik tekstur kain yang Clara terus puji-puji?" katanya pelan.

Adriella merasa sedikit gugup, tapi ia tersenyum sopan. “Saya hanya melakukan bagian saya, Pak.”

Andreas mengangguk pelan. “Kadang bagian kecil bisa jadi penentu kualitas keseluruhan. Bagus.”

Bagas, asisten sekaligus sekretaris Pak Andreas terkejut mendengar pujian bosnya untuk seorang pekerja kecil yang baru pertama kali ditemuinya.

Bagas memperhatikan Adriella, apa bagusnya perempuan itu sehingga bisa mendapatkan pujian bos.

Clara tersenyum, senang dengan respons itu. Percakapan mereka pun berlanjut singkat, membicarakan potensi kerja sama lanjutan dan perkembangan produksi kain khusus untuk koleksi berikutnya.

Di tengah kilau lampu gantung dan tawa ringan tamu undangan, Adriella berdiri dalam lingkaran kecil orang-orang penting di kota Jampu.

Dan untuk sesaat, ia lupa bahwa masih ada seseorang yang belum pulang ke rumahnya.

🍁🍁🍁

Cahaya kota Jampu menyala terang di luar jendela mobil hitam yang melaju tenang di jalan utama. Di dalamnya, suasana hening menyelimuti ruang kabin.

Pak Andreas duduk di kursi belakang, wajahnya tenang seperti biasa, namun matanya menatap lurus ke depan dengan ekspresi yang sulit dibaca. Di kursi penumpang depan duduk seorang pria muda berpakaian rapi, memegang tablet digital di tangannya, Bagas, asisten sekaligus sekretaris barunya yang baru direkrut tiga bulan lalu.

Andreas mengeluarkan dompet dari sakunya dan membukanya. Di dalamnya terdapat sebuah foto lama yang sudah kusam menampilkan dua orang pria dan wanita muda sedang tersenyum dengan lengan pria itu melingkari bahu wanita itu.

Ia mengusap foto itu perlahan, ekspresinya mengungkapkan suatu kerinduan, kasih sayang, dan penyesalan.

“Bagas,” suara Andreas akhirnya terdengar, dalam dan mantap setelah dia menutup dompetnya.

Bagas segera menoleh. “Ya, Pak?”

“Cari tahu semua tentang gadis tadi yang namanya Adriella.”

Bagas terdiam sejenak, memastikan ia tak salah dengar. “Maksud Bapak, Nona Adriella yang tadi diperkenalkan oleh Bu Clara?”

Andreas hanya mengangguk kecil. “Latar belakangnya, pekerjaannya, keluarganya, bahkan hubungan pribadinya. Aku ingin tahu siapa dia sebenarnya.”

Bagas mencatat cepat di tabletnya. “Baik, Pak. Akan saya akan cari tahu secepat mungkin.”

Andreas menyandarkan punggung ke jok mobil, menutup matanya sebentar. “Jangan sampai ada yang tahu kamu menyelidikinya.”

“Dimengerti, Pak.”

Mobil terus melaju melewati gedung-gedung tinggi dan lampu-lampu jalan. Dalam diamnya, Andreas kembali teringat wajah Adriella malam itu. Wajahnya benar-benar mirip. Apakah gadis itu memiliki hubungan dengan dia?

Dan saat ia melihat wajahnya, dekat dengannya, dia merasakan sebuah keterikatan yang aneh. Dekat dengannya membuatnya merasa nyaman dan dia langsung menyukainya pada pandangan pertama.

Malam itu, penyelidikan terhadap Adriella dimulai.

1
Mar lina
siapa kah
pak Andreas...?
lanjut thor ceritanya
mpusspita
kak mampir juga ya ke karya ku
Mar lina
up lagi thor
biar tahu kelanjutannya
Mar lina
coba orang tua Zehan
menyelidiki tentang menantunya
yg blm mendapat restu...
pasti bakal kaget...
lanjut thor ceritanya
Mar lina
emak sama anak
sama" gak tahu malu...
padahal mereka cuma numpang hidup...
yg punya kendali & peran penting adalah pemilik sah nya...
lanjut thor ceritanya
Mar lina
ya ampun bara...
semoga Pak Bastian
menendang kamu...
setelah melihat bukti...
Mar lina
semoga Bastian
murka terhadap Bara
setelah menerima buktinya...
lanjut thor ceritanya di tunggu up nya
aku sudah mampir...
dan baca sampai part ini...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!