NovelToon NovelToon
Tantrum Girl

Tantrum Girl

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Cintamanis / Teen School/College / Basket
Popularitas:4.1k
Nilai: 5
Nama Author: Daisyazkzz

⛔ jangan plagiat ❗❗
This is my story version.
Budayakan follow author sebelum membaca.

Oke readers. jadi di balik cover ungu bergambar cewek dengan skateboard satu ini, menceritakan tentang kisah seorang anak perempuan bungsu yang cinta mati banget sama benda yang disebutkan diatas.
dia benar-benar suka, bahkan jagonya. anak perempuan kesayangan ayah yang diajarkan main begituan dari sekolah dasar cuy.
gak tanggung-tanggung, kalo udah main kadang bikin ikut pusing satu keluarga, terutama Abang laki-lakinya yang gak suka hobi bermasalah itu.
mereka kakak-adik tukang ribut, terutama si adik yang selalu saja menjadi biang kerok.
tapi siapa sangka, perjalanan hidup bodoh mereka ternyata memiliki banyak kelucuan tersendiri bahkan plot twist yang tidak terduga.
salah satunya dimana si adik pernah nemenin temen ceweknya ketemuan sama seseorang cowok di kampus seberang sekolah saat masih jam pelajaran.
kerennya dia ini selalu hoki dan lolos dari hukuman.

_Let's read it all here✨✨

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Daisyazkzz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

•Tahun baru•

tahun baru telah lewat. Hari demi hari yang terus berputar tanpa jeda membawa kehidupan seseorang semakin berkembang ke arah garis takdir masing-masing.

Zyle benar-benar bahagia memandangi panggung yang dihias sedemikian rupa. Meja panjang berlapis kain hitam, dan gulungan tanda kelulusan berbaris rapih.

Gadis itu sudah menjalani kehidupan di sini selama tiga tahun. Tak terasa semuanya akan selesai, menutup lembar kata 'perkuliahan'.

tinggal hitungan hari dirinya resmi lulus kuliah sebagai mahasiswi. Meninggalkan hari-hari yang penuh kesibukan dan keseruan tersendiri, teman-teman, dan kenangan berharga.

rasanya cepat, hitungan tahun itu menguap bagai asap yang menyimpan banyak cerita, luka, sekaligus tawa.

"Apa yang kamu galaukan?"

Ya, ini Rujing. Ia sudah kembali dari cutinya tahun lalu dan akan lulus bersama.

"nggak apa-apa...cuma..." Zyle tersenyum kaku, berbalik. "cepet banget ya? walaupun kemarin kita kesusahan bikin skripsi..tapi....ternyata aku malah gak nyangka ini semua udah selesai."

"Ya..." Rujing ikut tersenyum, merangkul Zyle. "nanti kalau kita lulus, janji jangan lupakan aku ya?"

Zyle mengangguk, malah ingin menangis. "kamu sih pakai cuti lama segala....hwee.."

Rujing memeluk temannya, tertawa kecil. "aku yakin diluar sana banyak orang baru yang harus kamu temui di perjalanan selanjutnya..."

Dua gadis itu sekali lagi menatap seisi ruangan.

"Ayo kita kembali ke kamar asrama."

Mereka berjalan beriringan sampai keluar bangunan universitas. Sejenak langkah Zyle terhenti memandangi sesuatu di depan sana.

Orang yang berusaha ia lupakan itu. Si 'hebat' yang sudah mengisi hatinya selama tiga tahun, menyelip diantara pikiran, dan merasuki di tengah-tengah kesibukannya sehari-hari.

Zyle berusaha terdiam seakan tak bisa berbuat apa-apa layaknya orang bodoh.

"Zyle....kamu sudah tidak apa-apa bukan?" Rujing bertanya memecah keheningan.

dengan suara parau Zyle menjawab ya. Walaupun di lubuk hati yang paling dalam ia masih berharap, sedikit saja.

Sosok Devano tertawa lebar. Ditujukan pada wanita tinggi nan cantik di sampingnya yang sama-sama tersenyum. Belum cukup, wanita itu bahkan menggandeng erat lengan Devano dengan penuh keakraban.

ia kalah telak. Zyle hanya bisa berdiri mematung di tempat menatap dua orang itu berjalan berduaan semakin menjauh.

"Zyle?" Rujing menatap tak tega. "kamu sudah melepaskannya kan? kamu tidak sedih kan? Aku disini...jangan menangis."

Aku tidak menangis. Jangan. Zyle malah tersenyum dengan kedua kelopak mata berkaca-kaca.

ternyata beginilah susahnya melepaskan seseorang yang begitu spesial, dibatasi dengan istilah 'teman'.

Rasanya Zyle ingin mengulang waktu. ia jadi benci bertemu dengan sosoknya. Seharusnya dari awal Devano tidak usah muncul di kehidupannya. Biarkan Zyle tak mengetahui sama sekali.

lagipula ini hari-hari indah. Semua orang merayakan kebebasan, namun disini lain cemas akan kelanjutan hidup mereka. Ada yang memilih bekerja, menikah, atau jalan lain.

Zyle tak mengerti mengapa tuhan membiarkannya terlanjur masuk terlalu dalam, mengetahui terlalu banyak, segala kebaikan tentang Devano.

buat apa selama ini ia diperlakukan sebegitu baik, lembut, sabar, dan istimewa kalau akhirnya jadi begini?

Rujing membiarkan gadis itu menangis di bahunya. Ia memeluk tulus, menenangkan. "Zizi.... diluar sana mungkin ada seseorang yang spesial disiapkan Tuhan untukmu. Tidak harus Kak Devano kan?..anggap saja dia cuma bonus di hidupmu. Bukan siapa-siapa."

kalimat itu terdengar mudah. Namun hati yang terlanjur kecewa tak bisa lagi dirubah.

Zyle sesenggukan. Mengingat semua momen bersama Devano, setiap detiknya terasa hangat. Tapi kini pemilik rasa itu sudah menjadi hadiah untuk wanita lain.

Lagi-lagi Zyle ditinggalkan, dibuat kecewa. Setelah Ren menikah, kepada siapa lagi mulut cerewetnya bisa bercerita?

***

Rujing tak tega melihat Zyle terus menangis diam-diam sepanjang malam. Alih-alih tidur dia malah sesenggukan di balik selimut bermotif sapinya.

walaupun tak pernah punya pengalaman percintaan, tapi Rujing mengerti apa yang dirasakan Zyle.

Di dalam komik, kalau mendapat ending dimana tokoh laki-laki memilih bersama wanita lain itu membuat Rujing yang membaca ikut merasa kecewa dan sedih. Apalagi jika semua itu benar-benar terjadi di dunia nyata seperti yang dialami temannya ini sekarang?

"Zyle, ayo kita jalan-jalan saja? Bagaimana kalau kita pergi ke studio foto?"

Zyle mengangguk, mungkin aktifitas sedikit bisa menghilangkan kesedihannya.

Tanpa berlama-lama meskipun moodnya benar-benar jelek, Zyle sudah mandi lanjut memakai atasan oversize jaket kuning pastel dan rok abu-abu muda.

"kelihatan lucu." kata Rujing. "ayo kita berangkat!!"

Zyle lagi-lagi teringat perkataan Devano yang mirip dengan ucapan Rujing barusan. Ia tersenyum tipis.

Di luar asrama, jalanan lumayan ramai. Mungkin awal semester baru anak-anak sekolah. Banyak juga bus sekolah berlalu-lalang.

Rujing menggandeng tangan Zyle. Menunjuk pemberhentian bus dekat gerbang universitas.

Entah kenapa setiap melihat jalan ini, ia selalu mengingat hari dimana waktu itu hujan badai turun sangat deras, bersama Devano ia menunggu di dalam restoran.

'BRAK!'

"Ada apa itu?" bersamaan Rujing dan Zyle menoleh kaget.

Ternyata seorang anak kecil yang sedang bersepeda di pinggir jalan tidak sengaja menyerempet sebuah mobil.

Wajah anak itu sangat ketakutan setengah merasa bersalah. Ia tampak seperti bocah yang ingin berangkat ke sekolahnya.

Masalahnya mobil tadi bukanlah mobil biasa, melainkan mobil bermerek mewah yang berharga miliaran.

Bocah itu juga terjatuh dari sepeda mungilnya, menangis dengan wajah takut.

Zyle tidak diam saja, dengan cepat gadis itu menghampiri si bocah.

Disisi lain, pintu mobil terbuka. Seorang pria berpakaian serba hitam keluar, wajahnya tampak tegas.

"Bocil, apa kamu luka? Sakit ya? Sini biar aku-"

"HEI!"

Zyle tersentak, terkejut mendengar bentakan si pria aneh. Lantas balas menatap tajam, "Paman, anak ini tidak sengaja." ucap Zyle.

"Kamu pikir mobil ini barang murah?" balas orang ini marah. "harusnya anak itu berhati-hati!"

Zyle berdiri, "paman! Dia baru belajar bersepeda sendiri! lagipula anak kecil tidak bisa disalahkan!" serunya.

"hei, kau siapanya hah?! Apapun itu silahkan ganti rugi!"

Zyle menggandeng si bocah, berkata lebih tegas, "aku tidak punya hubungan apa-apa dengan anak ini, tapi aku memiliki rasa simpati. Apa paman bukan manusia?!" "kenapa paman sangat marah atas ketidaksengajaan?"

"itu Buk-" baru saja pria itu ingin lanjut mengomel, dihentikan oleh suara decakan dari dalam mobil.

Dari pintu belakang, keluarlah seorang wanita berusia paruh baya yang masih berwajah awet muda, penampilannya elegan, berbau kekayaan.

Rujing mendekat, alis Zyle berkerut, langsung tahu bahwa pria tadi hanyalah seorang sopir. Wanita inilah pemilik mobil sebenarnya.

wanita itu menoleh, menyentuh bagian mobilnya yang tergores, catnya terkikis.

"Hm...jadi..kenapa kamu membela anak itu?" tanya si wanita dengan gerakan tubuh yang menunjukkan tidak terlalu peduli.

Zyle menjawab tegas, "karena saya tidak bisa diam saja melihat anak kecil ini kesusahan!"

"bukannya anak itu bisa bertahan tanpa kau bela?" seloroh si wanita.

Zyle terdiam.

"Fine. Nak, kamu tidak perlu nangis." tukas si wanita. lalu berkata pada sang sopir, "antar dia ke sekolahnya. bawa juga sepeda itu."

Zyle dan Rujing sama-sama terheran. Wanita ini aneh sekali.

"oke, aku akan bertemu putraku." kata si wanita lagi kepada dua pemudi itu.

"mama sudah sampai?"

Zyle berhenti mendengar suara Devano. ketika ia menoleh, sosok Devano berjalan mendekat pada wanita yang dipanggilnya mama ini.

"Eh ada Zyle? Mau kemana?" sapa Devano tersenyum ramah.

entah mengapa Zyle merasa marah melihat sosoknya. Seketika semua emosi yang ia lupakan ingin meledak saat itu juga.

Zyle hampir menangis.

"Nak, siapa dia?" mamanya ikut memandangi Zyle.

Padahal ini pertemuan pertama dengan wanita yang melahirkan sosok hebat Devano, tapi Zyle malah pergi berlari meninggalkan semuanya tanpa mengatakan sepatah katapun.

Rujing kebingungan, setelah mengangguk sopan pada si wanita dan Devano dia langsung mengejar temannya.

"jangan menangis lagi...ya?"

Entah berapa kali Rujing mengatakan itu. Zyle seakan tak pernah puas menangisi seseorang yang tanpa sadar membuatnya terpukau selama bertahun-tahun namun dia malah menjalani hubungan dengan wanita lain.

Zyle masih mengingat perempuan yang menggandeng lengan Devano dengan tatapan hangat, membuat Devano ikut tertawa.

sedangkan dirinya?

Zyle jelas merasa bahwa ia mungkin merepotkan, susah diatur, dan egois.

Perempuan itu adalah orang yang sama dengan di foto yang tidak sengaja ditunjukkan saat jam pelajaran, dimana Devano salah membuka file dan malah membuka foto dengannya.

itu saja susah membuat Zyle sesak. ia pikir bukan apa-apa. Ternyata...

Zyle membuang nafas, duduk di hamparan rumput pinggir bangunan kampus yang menghadap ke danau buatan dikelilingi pohon-pohon.

"Hah...hah...aku sangat lelah..." Rujing ikut duduk.

"hehe, maaf."

"tidak jadi nih ke studio foto?" goda Rujing.

Zyle cuma tersenyum. "aku harus apa ya setelah lulus..."

Sambil menatap ke langit, Rujing bergumam, "Aku sendiri...ingin bekerja saja.."

Zyle menunduk. Seharusnya aku juga tidak terlalu bergantung. aku terlalu lama memedulikan soal perasaan...

"kamu menikah saja Zi!"

"tidak mau.." geleng Zyle. Maunya sama orang yang aku suka.

kelulusan itu memang sudah sangat dekat. Sialnya, Zyle masih bingung dengan kelanjutan hidup setelah meninggalkan tempat ini.

mungkin memang seharusnya ia menjadi perempuan yang lebih mandiri tanpa menunggu-nunggu 'seseorang'.

Itu percuma, membuang waktu.

***

1
Siti Arbainah
happy ending ya thor
Daisyazkzz: maunya sih gtu (;
total 1 replies
Jeremiah Jade Bertos Baldon
Ngangenin
Daisyazkzz: baca terus ya!
total 1 replies
Aono Morimiya
karya ini bikin gue ketagihan baca terus!
Daisyazkzz: makasih💌
jangan lupa baca karya author yang lain juga ya!
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!