Ganti Cover dari NT yah
Mencintai dengan sepenuh hati ternyata belum tentu membawa kebahagiaan bagi Alia Valerie Putri, gadis yang kurang beruntung dalam hubungan keluarga dan ternyata tak beruntung juga dalam urusan cinta.
Setahun berusaha menjadi kekasih terbaik bagi Devan Bachtiar, berharap mendapatkan kisah romansa bak film Drama Korea, justru berujung duka.
Hubungan penuh tipu daya yang dilakukan Devan, membuat luka di dalam hati Alia. Hingga takdir membawanya bertemu dengan Sam Kawter Bachtiar yang semakin membuat hidupnya porak poranda.
Siapa sebenarnya Sam Kawter Bachtiar? Lalu bagaimana kelanjutan hubungan Alia bersama Devan Bachtiar? Akankah Devan menyesali perbuatannya?
Akankah masih ada kesempatan baginya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Melia Andari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mengapa aku Memikirkannya?
"Alia, kalau aku yang melakukannya, kau akan menyesal," tutur Sam.
Alia terdiam. Bagai buah simalakama, ia tak tahu apa yang harus ia lakukan.
"Kau sungguh menguji kesabaran ku Alia," tutur Sam lalu menarik paksa selimut yang dikenakan Alia hingga tubuh Alia yang hanya dibalut pakaian mini itu kembali terlihat.
"K—kau mau apa?" tanya Alia.
"Aku tidak suka orang lain melihat barang milikku dengan cuma-cuma Alia. Dan karena mereka telah melihatnya, maka aku harus lebih dari mereka."
"Le—lebih? Ma—maksudnya?"
Sam pun tersenyum miring. Lalu ia pun mendekatkan dirinya untuk berada di atas Alia.
"Sam Kawter jangan macam-macam kepadaku!" seru Alia semakin takut.
"Kau berani menyebut namaku rupanya," sahut Sam lalu ia pun mencium bibir Alia tanpa aba-aba.
"Emmmmh..."
Alia yang terkejut mencoba menggigit bibir Sam yang sedang mendominasi bibirnya.
"Argh," rintih Sam menghentikan ciumannya.
"Beraninya kau!!"
"Sam Kawter, tolong hentikan. Kumohon jangan lakukan apapun yang ada di pikiranmu Tuan."
Mendengar itu Sam pun seakan tersadar.
'Apa yang baru saja aku lakukan? Mengapa rasanya begitu marah ketika mereka. melihat tubuhnya?' batin Sam.
Ia pun menyingkir dari atas tubuh Alia dan terduduk di tepi ranjangnya.
"Brengsek!!" geramnya seraya mengusap wajahnya membuat Alia kembali terkejut.
"Pakai bajumu yang benar, aku akan memenjarakan mereka yang telah melihat tubuhmu!" ucap Sam kemudian berjalan pergi dari kamar Alia.
Apa?
"Tuan Sam..." panggil Alia.
"Kenapa??"
"Mengapa kau memenjarakan mereka?"
"Sebab mereka telah melihat barang milikku. Jadi mereka harus dihukum atas itu!"
"Tapi ..."
"Apalagi?" kesal Sam.
"Mereka kan tidak salah Tuan, mereka hanya tidak sengaja—"
"Lalu, kau ingin apa?" tanya Sam bertambah kesalnya.
"Jangan penjarakan mereka," sahut Alia.
Sam pun menoleh ke arahnya.
"Lalu, kau ingin menggantikannya?"
"Apa??"
"Apa kau ingin menebus mereka dengan tubuhmu?" tanya Sam.
"Ma—maksudnya aku yang akan kau penjarakan?"
Sam mendengus kesal lalu kembali berdiri di hadapan Alia yang tengah duduk di tepi ranjang itu.
"Kenapa kau sangat bodoh!! Berada di sampingmu terlalu lama membuatku gila!!" kesal Sam seraya menunjuk kepala Alia dengan telunjuknya.
Setelah mengatakan itu Sam pun berjalan dengan cepat keluar dari kamar Alia dan memerintahkan bodyguard untuk menguncinya kembali.
Sam pun berjalan menuju kamarnya dengan langkah yang lebar.
"Perempuan bodoh! Bisa-bisanya aku memilih dia untuk membantuku sih?" gerutu Sam kesal.
Ia membuka dasinya dengan kasar dan melemparkannya sembarang. Rasa gerah mulai menyerang dirinya, gairah yang tertahan membuatnya harus menuntaskan hasratnya.
"Sial! Bagaimana mungkin wanita yang tidak perawan sepertinya terlihat begitu polos?"
"Dan mengapa aku begitu ingin menyentuhnya?"
"Arrgghh! Sial!" teriak Sam meremas rambutnya frustasi.
Setelah bergelut dengan pikirannya sendiri, akhirnya Sam pun memutuskan untuk menuntaskan hasratnya seorang diri di kamar mandi.
...----------------...
Sementara itu di tempat lain, Devan beberapa hari ini datang ke kampus untuk sesekali menemani Riska yang mulai menjadi ketua club tari. Sebenarnya Devan harus mulai kerja di perusahaan Bintang Utama karena kelak ia akan menjabat Direktur Utama di sana.
Namun karena Devan masih memiliki beberapa keperluan di kampusnya, akhirnya John pun membiarkan Devan mengurus semuanya terlebih dahulu.
Kini kemana Devan pergi pun telah membawa beberapa pengawal bersamanya.
Riska yang tengah menggeluti ketua club tari itu sering sibuk dengan club nya, dan meninggalkan Devan sendiri. Dan setiap kali ia sendiri, Devan pun selalu mencari sosok Alia untuk melihat kondisi gadis itu, karena terakhir bertemu dengannya adalah saat Alia dibawa pergi oleh Sam.
Namun sampai hari kelima, ia masih tak melihat sosok Alia di sana. Padahal biasanya Alia paling rajin menemui dosen pembimbingnya. Devan pun akhirnya meninggalkan kampus dan kembali ke Bintang Utama Group.
****
Malam ini Devan duduk di ruang kerja yang ada di apartemen miliknya. Ia merasa lelah setelah siang tadi berjam-jam ia menunggu Alia di kampus, namun tak jua melihat batang hidungnya.
'Mengapa aku memikirkannya?' batin Devan.
'Tapi aku sungguh penasaran apa yang dilakukan Sam pada Alia. Apakah pria itu menyakitinya? Mencambuknya? Atau memukulinya?' gumam Devan resah, mengingat luka di lutut Alia yang dilihatnya kemarin.
Mengapa bahkan Sam tahu kegiatan Alia? Apa mereka tinggal bersama?
"Sialan!! Lama-kelamaan aku bisa gila karena memikirkan ini!" Devan melempar botol minumnya begitu saja.
Mendengar itu dua pengawal Devan pun berpandangan.
"Maaf Tuan Devan, adakah yang dapat kami bantu untuk anda?" tanya Rio, salah satu pengawalnya.
Devan melirik ke arahnya sejenak.
"Tidak perlu, aku bisa mengatasinya sendiri," sahut Devan.
Ia pun mengambil ponselnya lalu mencoba menghubungi Alia, setelah kemarin-kemarin ponsel gadis itu tidak dapat dihubungi. Namun ternyata masih sama.
"Arrghh!!" kesal Devan melemparkan ponselnya begitu saja.
Mengapa harus Alia Sam? Mengapa kau harus mengikatnya di sisimu??
Sejak melihat Alia berada di sisi Sam, membuat Devan merasa panas. Ia tidak suka melihatnya. Ia bahkan selalu memikirkan bagaimana kemungkinan mereka bisa bertemu, apakah Alia mengkhianatinya ketika mereka masih bersama atau memang mereka baru kenal, atau bagaimana sebenarnya?
"Gadis sialan! Kau benar-benar mempermainkan aku!" ucap Devan merasa kesal.
" Apakah ada gadis yang sedang anda cari Tuan?" tanya Rio lagi.
Devan pun terdiam. Ia terlihat seperti memikirkan sesuatu ketika mendengar pertanyaan pengawalnya itu. Kemudian beberapa detik berikutnya, ia mengambil kembali ponselnya yang lain lalu mencari sesuatu di sana.
Setelah ia menemukan apa yang dicari, Devan pun memberikan ponsel itu kepada Rio.
"Bantu aku cari wanita ini, bawa dia kepadaku dan pastikan tubuhnya tak tergores apapun sedikitpun!"
Rio menatapnya sejenak, lalu memindahkan gambar itu ke dalam ponselnya.
"Baik Tuan, aku akan menemukannya untuk anda."
jangan bertempur dengan masa lalu karena terlalu berat