Seorang gadis bernama Mia Elisha yang selalu ceria sedang jatuh cinta kepada seorang laki-laki pendiam bernama Jiro yang duduk di depan meja di kelasnya, Namun karena kepribadiannya yang dingin, pendiam juga sangat pintar.
Suatu hari Mia mengungkap kan perasaannya kepada Jiro tetapi Jiro menolaknya namun Mia tetap berusaha untuk meyakinkan Jiro bahwa perasaan Mia tidak pernah berubah tetap saja Jiro mengabaikan Mia hingga suatu hari Mia berhenti untuk tidak lagi menyukai Jiro.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putri Wulandini, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MENGHILANGNYA SEL
"Dokter Jiro ini hasil lab dari pasien Mia Elisha di kamar 110 yang anda minta" ucap seorang suster yang sedang membawa berkas-berkas pasien
Jiro meraihnya dan melihat hasil pemeriksaanku, tatapan matanya begitu kosong dan dengan segera menemui ibuku lalu Jiro membawa Mama untuk bertemu dengan dokter spesialis penyakit dalam.
"Dari hasil pemeriksaan, Jumlah trombositnya yang sangat rendah itu sebabnya Mia rentan berdarah" tutur dokter dengan nada pelan.
Mama pun tetap bersikap tenang"Lalu bagaimana, apa yang harus saya lakukan untuk anak saya?"
"Butuh transfusi darah untuk memulai pengobatannya" lanjut dokter
"Jadi Mia sakit apa sampai harus tranfusi darah?" tanya mama kepada Jiro
"Anak ibu terkena penyakit leukimia myeloid akut, dimana sumsum tulang belakang menghasilkan sel darah putih myeloid yang belum matang dalam jumlah yang besar atau disebut juga sel darah abnormal dimana sel ini menggantikan sel darah yang sehat" jelas dokter membuat mama terkejut mendengar pernyataan darinya hingga mama tidak sanggup untuk berkata.
Nafas mama bergetar hatinya bagaikan tersambar petir namun mama mencoba untuk tetap tenang"lalu apa yang akan terjadi dengan Mia?"
"Di dalam tubuh, darah mengandung sel darah merah, putih dan juga trombosit, ada beberapa yang kondisinya buruk jika terus dibiarkan sel yang sehat akan menghilang dan itu tidak boleh terjadi" lanjut penjelasan dokter
"Lalu bagaimana agar anakku bisa selamat!!!" ucap mama yang sudah tidak bisa menahan tangisannya
"Bisa di bantu dengan kemoterapi untuk tahap pengobatan" tutur dokter
Mama pun keluar dari ruang dokter, namun ternyata Jiro masih menunggunya di luar ruangan mama menyeka air matanya dengan kedua tanganya Jiro yang melihatnya pun berusaha untuk menguatkan mama.
"Saya harap Mia bisa segera pulih kembali" ucap Jiro pelan
Mama mengantur pernafasannya"anak itu kuat pasti dia bisa melewatinya, jangan khawatir nak dia pasti baik-baik saja selagi kita tetap memberinya semangat" ucap mama kepada Jiro
Aku pun menerima transfusi darah untuk menggantikan sebagian sel darah yang hilang, namun rasanya begitu menyedihkan tubuhku rasanya sudah tidak sanggup melawan penyakitku terlebih rambutku perlahan mulai rontok dan efek kemoterapi akhirnya aku harus kehilangan mahkota yang ada dikepalaku yaitu rambutku, tidak lama kemudian Jiro datang untuk mampir melihat keadaanku namun Jiro hanya terdiam tanpa mengatakan apapun.
"Kau sudah makan siang?" tanya ku membuka obrolan
"Sudah" jawab Jiro begitu pelan
Aku tersenyum padanya"maafkan aku belum bisa memasak makan siangmu"
"Tidak apa-apa, untuk saat ini kamu tidak perlu memikirkan itu aku hanya ingin kau kembali sehat" jawab Jiro namun Jiro terus menatapku membuatku merasa canggung
"Ah aku yang sekarang tanpa rambut kali ini aku tidak perlu membeli sampo" ucapku membuli diri sendiri sambil membetulkan penutup kepala yang ku pakai
"Bagaimana pun kau masih terlihat cantik" ceplos Jiro membuatku jadi salah tingkah
"Mia ada yang ingin aku bicarakan padamu" ucap Jiro membuatku penasaran
"Berjanjilah untuk tetap bertahan" ucapnya seraya sambil mengepalkan kedua tangannya dengan kuat
Aku pun tersenyum"aku tidak bisa menjamin"
"Setelah kau keluar dari rumah sakit ayok kita menikah" ucap Jiro yang tiba-tiba
Aku tertawa kecil"ada apa ini, apa karena kau merasa kasihan padaku?"
"Selama ini aku terlalu denial, tapi asalkan kau tahu sel dopamin dan adrenalin ku sama sepertimu rasanya seperti menari-nari dalam tubuhku ketika aku sedang bersama mu" ungkap Jiro
Tiba-tiba mama memasuki ruangan mengagetkan ku begitu juga dengan Jiro, mama merasa heran melihat kami yang terkejut secara bersamaan.
"Ada apa?" tanya mama heran
Terlihat Jiro menundukkan pandangannya, aku pun tersenyum melihatnya"mama Jiro melamarku" ceplosku kepada mama membuat mama berseru kagum
"wahhhh aku akan segera memiliki menantu seorang dokter" goda mama
Jiro beranjak dari kursinya sambil berlalu menghampiri mama"izinkan saya untuk menikahi Mia" ucapnya dengan polos membuatku dan juga mama menahan tawa
"Baiklah"jawab mama dengan semangat
Jiro melirik kearahku"bagaimana denganmu?"
Aku merasa tersipu malu dan tanpa sadar menganggukkan kepalaku dengan pelan
Akan tetapi semakin hari kondisiku kian memburuk dan tiada perubahan bahkan cairan infus anti kanker pun sudah terpasang tidak ada perubahan yang signifikan namun aku begitu merasa kesakitan tubuhku semakin melemah hingga aku tidak sadarkan diri, aku mendengar para suster juga dokter memanggilku begitu juga terdengar suara mama semua orang menguatkan ku dan disaat kondisi ku kritis Hanna melahirkan anak pertamanya namun sayang aku tidak bisa melihat bayinya ataupun menyentuh tangan mungilnya seperti yang aku inginkan.
****************
Jiro pergi mengunjungi dokter yang menanganiku dan menanyakan perkembanganku dokter itu bernama Heri dan hampir seusia ayah Jiro.
"Dokter Heri maaf mengganggu waktumu ada yang ingin saya bicarakan!!"
Dokter Heri memandangi Jiro dengan serius"ada apa, duduklah dulu" ucapnya
Tubuh Jiro sempat membatu tenggorokannya terasa kering dan mulutnya seperti terkunci dokter Heri yang memperhatikan Jiro yang terlihat gelisah dengan mengepalkan kedua tangannya menyuruhnya kembali untuk duduk hingga akhirnya Jiro mengikuti perkataannya.
"Apa yang akan kamu bicarakan" tanya dokter Heri sekali lagi
"Bagaimana dengan pasien anda di kamar 110?" ucap Jiro
Dokter Heri menghela nafasnya"kesehatannya tidak kunjung membaik, namun mengapa kamu begitu peduli dengan pasienku bukankah kamu dokter umum, apa kamu mengenalinya?"
Jiro terdiam sejenak"dia calon pengantin ku" ucap Jiro dengan tatapan kosong, dokter Heri pun menganggukkan kepalanya dan mulai memahami perkataan Jiro
"Saya sudah menyampaikannya kepada ibunya, bahwa sulit untuk melihat perkembangannya karena hampir tidak ada sel yang tersisa di sumsum tulangnya, namun sungguh ajaib dia bisa bertahan dan kini tinggal soal berapa mampu tubuhnya melawan" jelas dokter Heri
"Tolong selamatkan Mia, aku akan melakukan apapun untuknya" ucap Jiro sambil menahan tangis
"Satu-satunya harapan adalah dengan transplantasi sumsum tulang, dan jika ada pendonor untuk mencegah tubuh menganggap jaringan sel baru sebagai ancaman dan untuk mencegah penolakan kami menghancurkan sel darah yang tersisa dengan melakukan radioterapi"
Keesokan harinya Mama dan juga Jiro bersukarela untuk mendonorkan sumsum tulangnya mereka pun harus melakukan prosedur untuk tahap pemeriksaan akan tetapi hasil tes dinyatakan tidak cocok. Terlihat mama seperti hilang harapan begitu juga dengan Jiro.
Beberapa hari kemudian papa tiba-tiba datang bersama dengan kedua adik ku Mario dan juga Mika, terlihat papa begitu sangat bersedih melihat kondisiku yang semakin melemah, saat itu mama menurunkan egonya karena bertemu kembali dengan papa yang sudah memiliki keluarga baru, karena sudah tidak ada pilihan lain Jiro menghubungi papa bahwa aku sedang sakit. Mereka pun melakukan pemeriksaan hingga akhirnya Mario dinyatakan cocok dan Mario bersikeras ingin mendonorkan sumsum tulangnya. Hingga akhirnya aku menerima sumsum tulang dari Mario adikku saat itu juga aku tersadar memang semua butuh waktu bahwa memiliki saudara tidaklah buruk akulah yang jahat sebagai kakak yang tidak ingin mereka hadir namun mereka seakan-akan berlomba ingin menyelamatkanku.
Aku segera melakukan radioterapi untuk menghilangkan sel yang tersisa demi menempatkan sel yang baru, setelah Mario di anastesi aku pun segera mendapat donor sumsum tulang darinya sel punca sudah ditempatkan dengan aman sel itu mulai membentuk dan membuat sel yang baru dalam tubuhku, entah bagaimanapun aku sangat berterimakasih pada Mario aku berjanji setelah aku sembuh aku akan sering berkunjung kerumah papa dan mengajak adik-adik untuk pergi berlibur bersama juga menyayangi mereka semua.
semangattt/Determined//Determined/