TOLONG DI PERSIAPKAN MENTAL UNTUK MEMBACA CERITA INI YA KAWAN KAWAN...
Cerita ini menceritakan tentang Rere yang berumur 17 tahun mengalami kekerasan dan penculikan secara brutal, konflik hebat dan berat.
.....
Semilir angin sejuk dirasakan Rere ketika mobil sudah berjalan. Dia sama sekali tidak bisa mencerna semua kejadian 10 menit yang lalu. Tamparan Ben di pipinya sekarang terasa panas, namun entah kenapa rasa itu sekarang menghangatkan hatinya. Perilaku Ben yang kasar sekaligus lembut tadi benar-benar menggugahnya. Rere juga tidak bisa memutar otaknya untuk bertindak lebih lanjut. Rasa luar biasa lelah menggerogoti tubuhnya sekarang. Kedua kelopak matanya yang indah itu sekarang terasa berkilo-kilo beratnya. Rere memejamkan mata mencoba mempelajari apa yang sekarang dirasakannya dalam hati. Dia bahkan sempat merasakan Ben membelai rambutnya sambil berbisik “I’m really sorry Re…” sebelum dia terlelap tertidur terbawa alam bawah sadarnya untuk mengistirahatkan hati dan tubuhnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MegaHerdian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
03. Konflik berat
"Kok gak ngenalin sih say… kamu kan tadi minum ini juga… lupa ya?" masih sambung Ben. Rere ingat, tadi dia sempat tak sadarkan diri.
"Tapi… gimana caranya??" jawab Rere pelan tak bernada. Dia bingung kapan dia meminum obat tersebut.
"Duh, kaya investigator aja deh kamu… kasih tau deh Zack…" sahut Ben dengan malas dan orang yang bernama Zack itu pun menyahut.
Ternyata orang keempat yang dari tadi Rere tidak mengetahui itu namanya Zack. Rere pun mulai memperhatikan keempat orang tersebut. Mereka sungguh laki-laki yang wajahnya di atas rata-rata. Semuanya berpenampilan ok dan tampan.
“Tadi kita titipin ke Ika…” sahut Zack sedikit santai. Rere pun seperti tersambar petir, dia kaget luar biasa. Tidak di sangka temannya sendiri menjebaknya.
Tunggu.. jangan-jangan.. Pikiran Rere semakin kacau sekarang! Ika? Bagaimana bisa dia melakukan itu padanya dan setelah di pikirkan lagi apa salah Rere?.
“Kenapa…” seru Rere tanpa sadar.
Dia terbengong. Di kepalanya sekarang menari-nari wajah Ika sambil tersenyum licik kepadanya.
“Gimana say… mau ikut kita. Kalo kamu nurut, semuanya akan baik-baik saja..” Ben dengan santai meraih tangan Rere menggandeng gadis itu.
Rere tersadar, tanpa berlama-lama dia menepis tangan Ben dan mendorong Ben berharap dia akan pergi jauh-jauh meninggalkannya. Ben terdorong mundur 3 langkah. Wajahnya menunjukkan perasaan marah. Sedetik kemudian Ben melangkah maju kedepan dan PLAK!!.
Suara tamparan begitu nyaring sampai membuat telinga Rere berdenging.
Rere tersungkur jatuh menerima tamparan keras di pipi kirinya, terjerembab menabrak meja pak somad.
Secangkir kopi pak Somad jatuh dan pecah sesudah mengguyur badan Rere menumpahkan isinya ke seragam putih Rere dan menembus kedalam kulitnya menunjukkan gundukan kembar Rere yang tersiram, memetakan garis bra Rere yang berwarna hitam sehitam air kopi yang mengguyurnya.
Pipi kirinya terasa panas dan perih. Perutnya sakit sehabis menghantam tepi meja pak Somad. sekarang, perasaan kalut menguasai hatinya. “Bagaimana ini…” dalam hati Rere.
Kemudian Rere merasa badannya diangkat ke atas dipaksa berdiri oleh tangan Ben. Rere pun berdiri.
Tangan besar dan kekar milik Ben terasa kuat mencengkram badannya.
Tangannya tak sengaja mengelus pipi kirinya yang perih, sakit tapi ada hal yang lebih sakit dari ini, ya hatinya.
Ben melihat setitik darah mengalir dari pinggir bibir Rere. Lalu Ben menghapus darah itu dengan punggung tangannya. Rere berusaha mengelak, sehingga darah itu masih meninggalkan bekas di sisi bibir Rere.
Rere tidak menangis walau rasanya perut, pipi dan hatinya sakit dikhianati. Dia tidak mau terlihat lemah di depan keempat pemuda tersebut.
Tidak mungkin, seingat nya dia tidak pernah melakukan sesuatu kepada Ika atau kepada siapapun, dia berteman baik dengan siapapun tapi..
Di saat seperti ini kenapa pikirannya tertuju pada Lola dan...Albie.
Dia merindukan hari hari bahagianya bersama Lola, dia juga merindukan hal-hal dimana dia selalu diam diam melihat Albie di lapangan atau di manapun dia berada.
Sampai di hari terakhir sebelum pertengkarannya dengan Lola terjadi, tapi kejadian ini tidak pernah terpikirkan sedikitpun di kepalanya.
Bahkan hanya untuk memikirkan ataupun memimpikan hal seperti ini pun tak pernah dia pikirkan, sebenarnya apa yang terjadi dan apa salahnya, terutama Ika.
Sudut bibir Rere tersungging, dia tersenyum tipis benar-benar tipis hampir tidak terlihat.
Pengkhianatan ini benar-benar tidak pernah terlintas dalam pikirannya, sedikitpun.
"Sorry ya say… abis kamunya gitu sih… Kita cuma mau bawa kamu doang kok" Sahut Ben sambil membelai rambut Rere mesra seolah-olah seorang kekasih bicara kepada gadisnya. Rere benci nada suara itu. Dia memutar otaknya. Bagaimana dia bisa keluar dari masalah ini.
"Tolong… jangan ganggu gue…Gue.. gue bakal bayar…bayar tiga kali lipat dari orang yang bayar lo.." dengan terbata-bata Rere mencoba untuk bernegosiasi kepada Ben.
"Engga bisa gitu dong say… emang kamu pikir kita-kita ini orang yang butuh uang. Enggak sayang…lagian ini udah termasuk urusan perasaan… right guys?" Ben bertanya ke teman-temannya dan sekali lagi mereka mengiyakan dengan kompak.
Rere pun merasa sudah tidak ada harapan lagi untuk dirinya. Dia juga mendiamkan Ben yang meraih tangannya dan menggandengnya keluar.
Dengan menurut Rere berjalan keluar. Sesampai di luar tak jauh dari pintu rumah pak Somad. Rere kembali menghempaskan tangannya dan berusaha melepaskan diri berlari. Kaget dengan pegangannya, tanpa sadar tangan Rere sudah terlepas dari Ben.
Rere pun kembali berusaha berlari. Namun Dave, Zack dan si Indo-Pakis dengan cekatan mengejar Rere. Dengan perut yang masih sakit, Rere tidak bisa berlari sekencang tadi. Tapi dia terus berlari. Dia tidak berani melihat ke belakang.
Dan tidak lama kemudian dia merasa bajunya dipegang dan ditarik dari belakang. Tetapi Rere tetap berlari berharap tarikan baju itu akan terlepas.
Tetapi pegangan itu begitu kuat dan kencang sehingga merobek baju belakang seragam Rere. Rere pun kembali jatuh terjerembab di rumput belakang sekolahnya. Terjatuh tertelungkup. Dia coba untuk bangun tanpa menghiraukan bajunya. Tetapi tiba-tiba dibelakang tubuhnya ada yang menindih dan menahannya untuk tetap berada terlungkup di rumput.
"Lepasin gue!.. Lepasin!!! TOLONG!! TOLONG!!!" teriak Rere berusaha berontak.
Sedetik kemudian tangan kasar membalikan badannya dengan kuat. Di lihat Ben berada di atasnya. Dan PLAK!! PLAK!!
Dua tamparan kembali dihadiahkan di pipi kanan dan kiri Rere. Kembali Rere merasa seperti di hantam dengan benda yang sangat keras di kedua pipinya. Rere merasa seakan rahangnya ikut terlepas setelah tamparan kedua itu mendarat di pipinya. Ben masih menindih Rere yang sudah terlentang.
Dengan geram dia mencekik leher Rere. Rere tidak bisa mengelak lagi. Dia merasa akan mati. Dia tidak bisa bernafas. Dia juga tak bisa bicara. Tangan Rere dengan segera memegang tangan Ben mencoba melepaskan cekikannya. Kakinya menendang-nendang rumput di bawahnya. Muka Rere sudah memerah. Sungguh satu menit yang menyiksa kan setelah dengan tiba-tiba Dave mengingatkan Ben untuk melepaskan cekikannya.
"Ben, Gila lo… bisa mati dia!! Lepasin!" Lalu Ben tersadar dan melepaskan cekikannya. Rere pun terbatuk-batuk. Lega dia bisa bernapas lagi, meskipun kalau boleh memilih dia mau langsung tertidur, mati… atau pingsan dan bangun di tempat yang jauh dari sini. Selamat dan hidup normal lagi.
Tiba-tiba Ben bangun dari tubuh Rere dan menarik Rere untuk berdiri. Rere pun terbangun.
"Sam, pegangin dia! Biar enggak kabur lagi!" si Indo-pakis langsung bergerak memegang Rere, rupanya dia bernama Sam.
Ben kembali melihat ada sebersit goresan yang mengeluarkan darah di pelipis kanan Rere. Rupanya Rere tergores ketika jatuh tadi.
Dan sedetik kemudian Ben menarik seragam putih Rere dan langsung merobeknya terbuka tepat di dadanya. Kancing seragam Rere pun terlepas semua saking kencangnya robekan tangan Ben. Spontan buah dada Rere yang masih terpampang memperlihatkan isinya kepada keempat pemuda tersebut. Rere segera berusaha menutup dadanya dengan menyatukan robekan seragamnya. Tetapi Sam dengan cepat meraih tangannya menekuknya ke belakang sehingga Rere tidak bisa berkutik lagi.
PLAK!
Sebuah tamparan kembali mendarat di pipinya, sakit, malu dan menjijikan.
Rere merasa jijik kepadanya dirinya sendiri, dari sekian juta pertanyaan yang ada di dalam kepalanya yang terlintas hanya sebuah pertanyaan "Kenapa.. kenapa dan kenapa".
bikin ben menyesal dan semua org yg pernah benci rere menyeaal.... bukanrere aja yg sellu disiksq lama2 emosi juga.. bacanya
Hebatt bgt km thor..sehari 2x ..
aq ma suami sminggu 2x atau kadang sminggu 1x..sama2 repot,sama2 pasif mainnya,kpn2 bagi tips ya thor hehehehe