NovelToon NovelToon
Mahligai Cinta (Cinta Setelah Menikah)

Mahligai Cinta (Cinta Setelah Menikah)

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Cinta setelah menikah / Pernikahan Kilat / Cinta Paksa / Romansa / Pernikahan rahasia
Popularitas:14.4k
Nilai: 5
Nama Author: bucin fi sabilillah

Hanum Salsabila, seorang dosen cantik harus menerima kenyataan jika ia harus dijodohkan dengan seorang CEO. Ia hanya bisa pasrah dengan ketegasan Halim sang ayah yang membuatnya tidak berdaya.
Ravindra Aditama, CEO yang begitu membenci perjodohan. Ia bersumpah akan mengerjai Hanum sampai ia puas dan pergi meninggalkan negeri ini setelahnya.
Kisah cinta mereka baru saja dimulai, namun Tama harus menerima kenyataan jika Hanum lebih memilih untuk berpisah darinya.
Akankah mereka bisa mempertahankan rumah tangga atau memilih untuk berpisah?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bucin fi sabilillah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Mengundurnya

Tama hanya menatap Hanum dengan wajah datar. "Apa kau tidak bisa menjaga nama baikku di hadapan orang tuamu? Kau membuatku buruk di mata mereka!" tukasnya.

Hanum merasa ingin menjambak rambut pria tampan ini.

"Kau sendiri yang berbuat seperti itu!" tukas Hanum.

"Bilang saja kalau ingin membuat mereka membenciku! Hanum, ternyata kau sebusuk itu!" ketus pria tampan itu.

"Tama, Cukup!" ucap Hanum dengan air mata yang mulai menggenang.

Tama terdiam dan menatap Hanum sambil mengepalkan tangannya.

"Kau pikir semuanya ada di tanganmu? Orang-orang yang kau suruh, hampir saja membuat saya menabrak pembatas jalan! Kalau kau ingin membunuh saya, bukan seperti ini carannya!" tukas Hanum menahan diri untuk tidak berteriak.

Tama membulatkan mata dan menatap Hanum lekat.

"Jangan mengada-ada! Mereka tidak akan berbuat seperti itu!" bantah Tama.

"Hah! Kau tidak di sana, bagaimana kau bisa mengetahui itu? Tama, jangan pernah mencampuri urusan saya lagi! Kita punya hidup masing-masing, jalankan kesepakatan itu dan jangan pernah mencampuri urusan saya!" ucap Hanum tegas.

Tama menarik tangan Hanum dan mencium bibir wanita cantik ini. Ia menahan tengkuk Hanum yang sedang memberontak agar tidak melepaskan pagutan mereka.

Ia mulai mengecupnya dengan lembut, hingga wanita cantik itu berhenti melawan.

Tama menuntun Hanum hingga mereka berbaring di atas ranjang. Ia masih saja menguasai wanita cantik ini hingga suara isak tangis terdengar keluar dari mulutnya.

Tama terkejut dan langsung melepas pagutan mereka. Ia menatap dalam wajah cantik Hanum dan mengusap air matanya.

"Benar mereka membahayakan Ibu?" tannya Tama.

Hanum hanya terdiam dan melengos. Ia tidak ingin melihat wajah tengil suaminya ini.

"Saya akan beri mereka pelajaran nanti! Maaf karena saya hampir mencelakai ibu," ucapnya penuh sesal.

"Minggirlah!" ketus Hanum tercekat.

Tama Mengangguk dan melepaskan Hanum. Ia harus mencari tau tentang ini, apakah Hanum hampir celaka atau tidak.

Ia menatap Hanum yang perlahan menghilang dari balik pintu kamar mandi.

Selepas wanita cantik itu mengunci pintu, Tama langsung menghubungi Asistennya untuk mengurus hal ini.

"Mereka hampir mencelakai Istri saya! Jangan sampai wajah mereka saya lihat lagi besok!" ucap Tama.

"Baik, Tuan! Saya akan periksa hal ini," jawab Stenly asisten Tama.

Pria tampan itu langsung mematikan panggilan ketika mendengar ketukan pintu.

"Ah, Bunda. Hanum masih belum siap," ucap Tama tersenyum manis.

"Iya, gak papa. Nanti kalau sudah selesai, cepat turun ya nak! Ayah harus minum obat tepat waktu," ucap Nafisa tersenyum.

"Iya, Bunda!".

Tama kembali menutup pintu dan melihat Hanum yang baru saja keluar dari kamar mandi. Wajah polosnya terlihat cantik dan menenangkan.

Wanita cantik itu hanya melengos dan keluar dari kamar. Ia tidak akan berbicara dengan laki-laki ini lagi.

Tama menghela napas dan mengikuti langkah Hanum dan meraih tangannya dengan lembut.

"Tersenyumlah, atau mereka akan melihat pertengkaran kita!" bisik Tama membuat Hanum mendelik kesal.

Mereka berjalan dengan tenang sambil bergandengan tangan. Nafisa dan Halim hanya saling memandang, menikmati sandiwara mereka yang terlihat sangat jelas di matanya.

"Ayo makan, Nak!" ajak Nafisa.

Hanum tersenyum dan langsung mengambilkan Tama nasi beserta lauknya. Mereka sangat terlihat seperti suami istri sungguh, yang damai tanpa masalah.

"Pernikahan itu butuh komitmen antara suami dan istri. Bukan hanya istri atau suami saja. Memang berat di awal, tapi akan indah nanti suatu hari ketika kalian saling menerima," ucap Nafisa.

Hanum dan Tama terdiam dan berhenti menyuap nasi mereka.

"Ayah sama Bunda dulu juga di jodohkan, tapi karena kami berusaha untuk saling menerima, maka cinta itu akan datang sendiri," ucap Halim sambil menatap Nafisa dengan penuh cinta.

"Pertengkaran itu hal biasa nak, pernikahan itu seumur hidup. Jadi semuanya tergantung kalian, mau diselesaikan atau diperbesar masalahnya!" titah Nafisa.

Hanum menelan ludah kasar, ia memaksakan senyuman dan menatap nanar tangannya yang baru saja digenggaman oleh Tama.

"Bunda do'a kan kami biar bisa saling menerima satu sama lain, semoga bahagia bisa datang menghampiri kami dikemudian hari," ucap Tama.

"Aamiin, doa baik kami menyertai kalian," ucap Nafisa tersenyum.

Ia percaya jika mereka sudah dewasa dan sudah memahami arti sebuah hubungan. Walaupun Hanum dan Tama sama-sama keras kepala, namun bukan berarti mereka tidak bisa bersama.

Mereka makan malam dengan tenang dan keheningan. Tama masih menggoda Hanum dan meminta untuk dimanja di hadapan mertuanya.

"Hmm, jadi kapan Ayah bisa mendapatkan kabar baik?" tanya Halim membuat Hanum tersedak.

"Pelan-pelan, Sayang!" ucap Tama sambil memberikan air minum kepada sang istri.

Nafisa tersenyum tipis. Ia tau jika sudah terjadi sesuatu diantara mereka. Mbak Nini adalah info A1 yang terpercaya.

"Semoga secepatnya, Ayah! Tapi semuanya tergantung Hanum nanti," ucap Tama tersenyum dan mengelus lembut rambut Hanum.

Halim dan Nafisa melihat tatapan penuh kasih sayang di mata Tama, namun pertengkaran antara mereka sangat tidak menjamin cinta di antara mereka.

"Ya, Semua tergantung Hanum. Tapi kami yang sudah tua ini, berharap biasa bertemu dengan cucu sebelum tiada," ucap Halim tersenyum penuh harap.

Mereka sengaja membahas ini agar bisa melihat reaksi Hanum dan Tama. Walaupun sebenarnya ia sangat tidak tega melihat wajah tertekan Hanum.

Namun, mereka harus memastikan jika Hanum mendapatkan tempat yang pantas di sisi Tama di kemudian hari.

"Aku mengundurnya, Yah! Hanum belum siap hamil," ucap Wanita cantik itu membuat semua orang terkejut.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!