Lila pergi ke ibu kota, niat utamanya mencari laki-laki yang bernama Husien, dia bertekad akan menghancurkan kehidupan Husien, karena telah menyengsarakan dia dan bundanya.
Apakah Lila berhasil mewujudkan impiannya. Baca di novelku
DENDAM ANAK KANDUNG.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Darmaiyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Diusir
Setelah Farah, Yura dan Marisa diseret keluar dari ruang kerja Husien, semua mata karyawan menatap heran, suara gumaman pun bergema, beberapa karyawan saling berspekulasi.
"Kenapa mereka?" tanya salah seorang karyawan kepada karyawan lain.
"Entah!" jawab yang lain.
"Kalian mau dipecat semua!" teriak Farah pada karyawan yang menatap ke arahnya.
Mendengar ancaman Farah, dengan rasa takut karyawan yang berdiri segera duduk kembali. karena selama ini apapun yang diucapkan Farah akan selalu jadi kenyataan.
"Dasar Mak Lampir! sudah diusir masih berani mengancam." celetuk seorang karyawan setelah Farah berlalu.
"Sittt...Jangan ikut campur urusan Bos!" ujar karyawan lain mengingatkan temannya.
"Tidak ada yang berisik, kalian fokus saja kerja." ujar Nora menenangkan kembali suasana yang tadi mulai ricuh.
Mendengar ucapan sekretaris Nora semua karyawan kembali bekerja, tak ada satu orang pun lagi yang terdengar suaranya, walaupun sebagian masih ada yang berbisik-bisik.
Sementara Husien menyuruh Nora memanggil Mia untuk membersihkan ruangannya yang sedikit berantakan.
Lila tersenyum misterius dan Vito bernafas lega, mereka berdua sama-sama menarik nafas panjang, melepaskan ketegangan dan membuat suasana nyaman kembali.
Begitu juga dengan Husien, dia terduduk lemas sambil menetralkan detak jantungnya yang berpacu kencang. Melihat keadaan Husien Lila beranjak mengambil air putih dan menyerahkan ke Husien.
"Minum dulu tuan, biar lebih lega." ujar Lila seraya mengelus-elus punggung Husien.
"Permisi tuan!" terdengar suara Mia, Lila menyuruhnya masuk.
Mia datang membawa peralatan kebersihan, sejenak Lila menoleh ke arah Mia, dia mengangkat jempolnya dan dibalas Mia dengan senyuman. dengan cekatan Mia membersihkan ruang kerja Husien kembali seperti semula.
"Tuan! nona! pekerjaan saya sudah selesai." ujar Mia sedikit membungkukkan badan dan berpamitan.
"Mia!"
Mia menghentikan langkah kaki yang ingin keluar dari ruang kerja Husien, saat mendengar namanya dipanggil, Mia membalikkan tubuhnya.
"Iya Tuan!" sahut Mia.
"Buatkan tiga gelas kopi."
"Baik Tuan!" Mia bergegas keluar menuju ruang pantry.
Beberapa menit kemudian Mia kembali lagi dengan sebuah nampan dan tiga kopi.
"Nanti pulangnya bareng ya." ujar Lila saat Mia meletakkan kopi di atas meja, Mia hanya mengangguk, kemudian keluar.
Dua puluh menit kemudian proposal dan perjanjian kontrak kerjasama dengan grup Alexsa pun rampung dengan sempurna. Lila keluar dari ruang kerja Husien sambil membawa berkas berisi kontrak perjanjian kerja itu.
"Yes! Semuanya berjalan mulus sesuai rencana." batin Lila tersenyum penuh kemenangan.
"Apa yang terjadi dengan Mak Lampir." bisik Hans saat Lila sampai ke meja kerja dan mendudukkan bokongnya ke kursi.
"Diusir sama pak Husien." jawab Lila dengan berbisik juga.
"Kerja bagus Lila!" ujar Hans kemudian menyodorkan tangannya mengalami Lila dengan penuh semangat.
Beberapa karyawan lain yang ada di ruangannya pun mendekati Lila, kemudian mengucapkan selamat kepadanya, karena perusahaan mempercayakan kepadanya untuk mengerjakan proyek besar.
"Selamat ya. Non Lila."
"Terima kasih semua kawan-kawan."
Semua karyawan group Harahap sangat menyukai keramahan Lila pada siapapun, sehingga dia memiliki banyak teman yang siap mendukungnya.
Jam sudah menunjukkan pukul 17.00, Lila dan karyawan yang lainnya sudah berkemas meninggalkan ruangan kerja. Lila keluar dari ruang kerjanya menuju ke pantry.
"Pekerjaanmu masih banyak?" tanya Lila pada Mia yang sedang membersihkan dapur.
"Udah selesai kok." jawab Mia sambil mencuci tangannya, lalu melepaskan celemek menggantungkan di dinding.
"Pulang sama aku." ujar Lila sambil merengkuh bahu Mia.
"Emang kamu sudah beli mobil?" tanya Mia.
"Akan segera, doain saja." ujar Lila.
Dua bulan yang lalu padahal Husein sudah mentransfer sejumlah uang kepada Lila untuk membeli mobil. Namun dengan alasan belum bisa menyetir makanya Lila menunda untuk membeli mobil.
Mia dan Lila berjalan beriringan menuju pintu lift, sambil ngobrol asik mereka turun ke lantai dasar, begitu lift terbuka mereka melangkah menuju lobby mau keluar lewat pintu utama.
"Awas Lila!" teriak Mia, tiba-tiba ada seorang pria menyerang Lila. pria itu ingin merampas map yang Lila pegang.
Dengan cepat Lila menghindar kemudian membalikkan tubuhnya dan menendang pria itu hingga tersungkur. Untung saja Lila pakai gamis hingga tendangannya tidak terlalu kencang. Andai Lila lagi pakai baju taekwondo pria itu bisa mental beberapa meter. kemudian dengan sigap Lila menarik tangan kanan pria itu, menekuk dengan lututnya, hingga pria itu tak bisa bergerak.
Halaman kantor mendadak ramai semua karyawan yang ingin pulang menghentikan langkahnya, mereka penasaran dengan apa yang telah terjadi, dan pada saat itu juga Husien dan Vito keluar dari pintu utama.
"Ada apa." tanya Husien saat melihat karyawan berkerumun.
Karyawan yang melihat Husien dan Vito, segera memberi jalan agar Husien dan Vito bisa lewat, Husien terkejut saat mendapati Lila sedang menaklukkan seorang pria.
"Biarkan saja pa! Lila pasti bisa mengatasinya." ujar Vito saat Husein ingin membantu Lila.
"Tapi kondisi Lila baru sembuh dari sakit." ujar Husien mengkhawatirkan Lila.
"Lepaskan." teriak pria itu.
Lila bukannya melepaskan tangan pria itu, dia malah menarik tangan kiri pria itu kemudian mengunci kedua tangannya di belakang sehingga pria semakin tak berkutik.
"Jangan pernah bermain-main denganku." bisik Lila, sedikitpun dia tidak merasa takut untuk menghadapi pria yang menurutnya bukan tandingannya.
Lila menarik kerah baju pria itu dari belakang, hingga memaksanya berdiri.
"Katakan siapa yang menyuruhmu." tanya Husein saya mendekat berdiri tepat di depan pria itu.
"Bicara." titah Lila sambil mengencangkan pegangannya.
Pria itu diam seribu bahasa, dia tidak bicara sedikit, karena keselamatan anak dan istrinya sedang dipertaruhkan.
Melihat lawannya tidak berbicara, Lila mendorong pria itu dan menyerahkannya kepada dua bodyguard Husien, pria itu akhirnya menjadi bulan-bulan dan babak belur, wajah lebam dan darah segar menetes disudut bibirnya.
"Masih belum mau berbicara?" tanya Husien mencengkram dagu pria itu.
Pria itu tetap Diam seribu bahasa, karena geram Husien mendorong tubuh pria itu dengan sekuat tenaga, sehingga pria itu jatuh dan luruh ke aspal, pingsan dan tak sadarkan diri.
"Bawa dia ke kantor polisi." titah Husien.
"Tunggu!" seru Lila saat dua bodyguard itu mau menyeret tubuh pria itu.
Lila mendekati pria itu, kemudian merogoh saku celana dan mengambil benda pipih yang bergerak-gerak karena getaran. Ada panggilan masuk dari ponsel pria itu, Lila menyerahkan ponsel itu ke Vito, Vito menggeser gagang telepon berwarna hijau menerima panggilan penelpon.
(Anak dan istri mu ada padaku, jika kontrak kerjasama itu tidak sampai padaku malam ini, jangan harap kau bertemu anak dan istri mu) terdengar suara seorang dari panggilan telepon genggam pria itu. Setelah berbicara seperti itu panggilan pun putus.
"Mereka menginginkan berkas kontrak kerja yang ada pada Lila." Ujar Vito menebak dari percakapan pemanggil ditelepon dengan pria itu.
"Untuk apa mereka berkas ini?" tanya Lila seraya menatap Vito dan Husein secara bergantian.
"Mungkin berniat menggagalkan kontrak kerja ini." jawab Vito
"Tapi siapa?" tanya Husien.
Kening Husien berkerut saat dia memikirkan siapa di balik kejadian ini, sementara Farah dan Yura sudah diperintahkan Husien dengan orang suruhannya agar dikirim ke Hongkong dan Marisa sudah dikirim ke kantor polisi.
"Bawa pria itu ke gudang." titah Husien.
Lila dan Mia akhirnya menunda kepulangannya, Lila menelpon Yucan dan memberitahukan agar tidak usah menunggunya, Karena dia ada urusan penting yang tak bisa ditunda, kemudian Lila mengikuti langkah Husien menuju gudang di samping kantor.
Byurrr... pria itu disiram dengan seember air hingga dia tersadar dari pingsannya.
"Kalau kau ingin menyelamatkan Anak dan istrimu. Bicara jujur." ujar Husien seraya memegang graham pria itu.
Pria yang setengah sadar tentu saja kaget mendengar Husien mengetahui tentang anak dan istrinya.
"Tapi tuan.. "pria itu ragu melanjutkan ucapannya.
"Kurung dia di dalam gudang ini, biarkan anak istrinya mati di tangan penjahat itu." ujar Husien sambil lepaskan cekalannya.
"Tuan ampuni saya! saya salah! tolong, selamatkan anak dan istri saya." ujar Pria itu seraya memohon kepada Husien.
Husien meminta Vito untuk mengembalikan ponsel pria itu, dan menyuruh pria itu menghubungi orang yang mengetusnya.
Setelah mendapat kebenarannya Husien dan Vito menyusun rencana akan menangkap orang yang mengutus pria itu. Kemudian menduplikat dokumen kontrak kerjasama dan yang palsunya diserahkan ke pria yang ternyata bernama Arif yang bekerja sebagai pengantar makanan.
"Lila! kamu pulang dan persiapan diri untuk bertemu dengan CEO grup Alexsa." ujar Husein memberi perintah kepada Lila.
"Dan kamu awasi Lila dan jaga keselamatannya sampai di rumah." Husien kemudian memerintahkan kepada dua orang pengawalnya.
"Tidak usah tuan! Saya bisa menjaga diri." Lila menolak tawaran Husien.
"Tapi banyak orang yang sedang mengincar mu dan ingin menggagalkan kontrak kerja itu." hujan Husein lagi.
"Tenang tuan! file kontrak kerja ini sudah saya kirim ke CEO group Alexsa. Jadi tidak ada yang bisa menggagalkan kontrak kerja ini." ujar Lila meyakinkan Husein.
"Baiklah kalau begitu! kalian berdua ikut kami." ujar Husin meminta bodyguard yang awalnya buat Lila untuk ikut bersamanya.
Sementara Husien, Vito dan beberapa bodyguard masuk ke dalam mobil dan mengikuti arah motor Arif dengan jarak seratus meter menuju tempat yang telah dijanjikan oleh penyandra itu.
Lila dan Mia masuk ke mobil Yucan, karena Yucan tidak mau pulang duluan. Sebenarnya Lila mengajak Mia pulang bareng ingin mengenalkan Mia ke Yucan. Namun karena suasana sedikit menegangkan, Lila mengurungkan Niatnya.
"Apa dia pacarmu." tanya Mia berbisik, begitu sudah berada di dalam mobil.
"Bukan! di abangku." jawab Lila sama dengan berbisik.
"Kita mau ke mana?" tanya Lila saat mengetahui kalau Yucan memutar arah mobilnya ke tempat lain tidak menuju jalan pulang.
"Mengikuti mobil Husien." jawab Yucan.
"Ngapain?" tanya Lila.
"Pengen tahu saja." jawab Yucan.
Yucan mengatur jarak mobilnya seratus meter dari mobil Husien. Sementara senja sudah merambat jadi malam, Lila menghubungi Mario lewat chat WhatsApp dan mengabarkan kalau dia belum pulang.
(Selesaikan saja tugasmu dan Yucan, bunda mu aman bersama Om) balasan whatsApp dari Mario.
******
Motor yang dikendarai Arif berhenti disebuah bangun tua yang terbengkalai dipinggiran kota. Dia memarkir motornya kemudian melangkah masuk.
Vito memarkir mobil di sebalik beton reruntuhan bangunan itu, agar tidak terlihat, kemudian dia keluar di iringin Husien dan empat orang bodyguardnya.
Dari kejauhan terlihat Arif seorang pria bertubuh sedang menunggu kedatangan Arif, dengan wajah ditutup masker dan memakai kacamata hitam.
"Siapa dia?" Husien bertanya-tanya penasaran, karena tidak bisa mengenali wajah pria itu.
Setelah melakukan pertukaran antara Arif dan pria itu selesai. Pria itu berjalan keluar bangunan sambil membawa berkas yang diserahkan Arif.
"Berhenti." teriak Husien.
Pria itu terlihat kaget saat empat bodyguard Husein sudah mengelilinginya.
"Tangkap dia." titah Husien.
Begitu pria itu tertangkap, tiba-tiba sebuah tembakan misterius menembus dada pria itu, pria itu terkapar di tanah berlumuran darah. Husin membuka kacamata dan masker pria itu, spontan Husien dan Vito kaget begitu melihat wajah di balik masker itu
*****
Siapakah laki-laki di balik masker?
Baca kelanjutan kisahnya di Part 33
terima kasih sudah mampir dan membaca novelku
Jangan lupa tinggalkan jejak kasih like komentar dan hadiahnya agar autor semakin semangat menulis ceritanya
love you reader ♥️ ♥️ ♥️ ♥️
emak anak sm" iblis ja***ng