Itoshi Sae, seorang jenius sepak bola yang ambisius, meninggalkan masa lalunya yang manis demi mencapai puncak dunia. Ia mengkhianati Janji Itoshi Bersaudara dengan sang adik, Rin, dan melukai hati Akira, gadis kecil yang tumbuh bersamanya. Tiga tahun berlalu, dan mereka terpisah oleh jarak, luka, dan penyesalan.
Namun, takdir kembali mempertemukan mereka melalui sebuah tragedi. Akira mengalami kecelakaan serius yang memaksanya kembali ke pangkuan Sae. Sae, yang selama ini dikenal dingin, tiba-tiba meninggalkan segalanya di Spanyol dan merawat Akira. Ia bertekad memperbaiki kesalahannya.
Namun, Akira yang kini lebih dewasa justru menolaknya. Ia tahu Sae kembali karena rasa bersalah, dan ia tak mau lagi terluka. Ia bertekad pulih secepatnya dan membangun kembali hidupnya tanpa Sae.
Akankah Sae berhasil meruntuhkan tembok yang ia bangun sendiri? Atau, apakah ia akan kehilangan gadis yang ia cintai untuk selamanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon hellosi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31
Suasana Ruang Dewan Direksi hening, suara AC yang mendengung terasa seperti desahan kematian.
Henhard tampak muram di ujung meja.
Aiden duduk tegak, tangannya diletakkan di atas dokumen tebal, tanpa ekspresi.
Alaric memulai, berusaha meyakinkan Henhard.
"Cabang saya sedang menyelesaikan kesepakatan luar biasa yang akan menguntungkan likuiditas kita. Saya berjanji, keuntungan dari......"
Aiden memotong dengan suara tenang, datar, tanpa nada menuduh. Dia berbicara seperti operator yang menjelaskan masalah teknis.
"Mari kita bahas kepatuhan."
Wajah Henhard mengeras, menatap Alaric.
"Bicaralah, Aiden."
Aiden mengaktifkan layar. Yang muncul adalah Laporan Audit Internal yang sangat kering, menampilkan satu entri, Debit $50,000,000 dari akun Dana Pensiun Karyawan Cabang Aliston ke Vantage Capital.
"Empat hari lalu, Cabang yang Anda pimpin melakukan transfer lima puluh juta Dolar. Dana tersebut ditarik dari Akun Dana Pensiun, dan menggunakan Kode Kepatuhan 7-Beta, kode yang seharusnya hanya digunakan untuk darurat infrastruktur. Anda menyalahgunakan dana yang dilindungi hukum."
Alaric tertawa gugup, mencoba mengendalikan situasi.
"Itu... itu adalah langkah yang perlu! Situasi Cabang memaksa saya untuk bertindak cepat, demi menyelamatkan kerugian di China! Saya akan mengembalikannya dalam tiga bulan! Ini hanya masalah teknis internal!"
Aiden menatap dingin.
"Apakah penyalahgunaan Dana Pensiun Karyawan, adalah masalah teknis paman?"
Aiden kemudian hanya mendorong sebuah tablet di hadapan Alaric.
Di layar tablet itu, tertera email singkat yang tampak dikirim beberapa jam sebelumnya, dari Vantage Capital, kepada Alaric.
"Anda menyebutnya 'masalah teknis', Paman. Sayangnya, Vantage Capital tidak sependapat."
Email di tampilkan dilayar.
"Kepada Yth. Tuan Alaric. Kami dengan hormat mengembalikan dana $50,000,000 Anda. Perusahaan kami, setelah melalui peninjauan mendalam, memutuskan bahwa kami tidak dapat melanjutkan negosiasi dengan Cabang Aliston yang sedang berada dalam audit ketat. Kami tidak ingin aset kami terlibat dalam perselisihan internal. Kami mendoakan yang terbaik bagi Cabang Anda."
Alaric membaca email itu. Wajahnya tiba-tiba membeku, darah seolah ditarik dari kulitnya.
"Tidak... tidak mungkin..."
Vantage tidak mau uangnya. Mereka tahu dia dalam 'audit ketat.' Uang $50 juta sudah kembali, tetapi transfer ilegal dari Dana Pensiun sudah tercatat.
Alaric melakukan Tindak Pidana yang tidak dapat dibatalkan, TANPA MENDAPATKAN APAPUN SEBAGAI IMBALAN.
Alaric memegang tablet itu, kesadaran kejam menusuknya. Vantage Capital tidak lari. Mereka selesai menggunakan dia.
Alaric mengangkat kepala, menatap mata Aiden dengan tatapan yang dipenuhi kemarahan dan ketakutan.
"Kau... kerugian China itu? Kau... kau yang membuatnya terjadi."
Aiden diam. Tidak mengiyakan, tidak menyangkal. Keheningan Aiden adalah konfirmasi yang paling kejam.
Alaric telah menyerahkan kepalanya sendiri di atas piring.
Henhard berbicara dengan suara rendah yang menakutkan, memecah keheningan.
"Aiden, berikan Dewan konteks penuh dari kerugian yang disebabkan Alaric, tidak hanya yang terjadi minggu ini."
Aiden mengambil hard copy Laporan Audit dan mendorongnya ke hadapan para Dewan.
Suara Aiden sedingin es, kini berstatus sebagai Jaksa Korporat bukan sebagai keponakan.
"Tuan-tuan, penyalahgunaan Dana Pensiun Karyawan bukanlah insiden tunggal. Sejak audit kepatuhan Pusat diperketat, Alaric dan pengikutnya telah melakukan serangkaian transfer yang melanggar hukum, menggunakan dana perusahaan untuk kepentingan pribadi."
Aiden menunjuk ke halaman-halaman yang ditandai.
"Ini adalah kebiasaan. Kerugian $120 juta hanyalah pemicu akhir. Kejahatan Dana Pensiun adalah bukti pidana murni yang tidak dapat disangkal."
Henhard menghela napas, gestur kekecewaan yang dipaksakan.
"Pemusnahan harus total. Alaric sudah menjadi parasit yang tidak bisa diperbaiki."
Henhard menatap tajam ke arah Alaric.
Aiden menyelesaikan dengan kejam, mengunci pintu keluar.
"Saya mengumumkan, Pasal 32.A Aliston Corp, pencabutan segera semua aset, gelar, dan hak Alaric di perusahaan, terhitung hari ini."
"Dan demi mengembalikan likuiditas yang terancam akibat kerugian $120 Juta, Pusat telah mengajukan perintah pengadilan darurat. Semua aset pribadi Alaric, termasuk saham pribadi, properti, dan rekening, akan disita dan dilelang atas nama Aliston Corporation."
Alaric berteriak, wajahnya memerah karena amarah dan penghinaan.
"Tidak!... kau tidak punya hak!"
Aiden mengabaikan jeritan Alaric.
"Selain itu, berdasarkan bukti penyalahgunaan Dana Pensiun Karyawan, yang merupakan tindak pidana murni, Alaric dan putranya dinyatakan dicabut penuh atas hak warisnya dalam suksesi Aliston."
Alaric ambruk di kursinya. Dia tidak hanya kalah dalam satu permainan, dia kalah dalam permainan jangka panjang yang bahkan dia tidak sadari sedang dimainkan.
***
Aiden Aliston berdiri di ruang kantornya yang kini terasa terlalu besar, menyajikan pemandangan kota di bawah.
Ruang Dewan Direksi sudah kosong, dan pemusnahan Alaric baru saja selesai. Semua bersih, mutlak, dan brutal.
Aiden mengambil ponselnya. Dia tidak menelepon Victor Chen.
Dia menelepon Helena.
Helena sedang menyeduh teh herbal, berusaha menenangkan pikiran setelah interaksi yang mengganggu dengan Xavier Eoscar.
Ponselnya berdering. Nama Aiden Aliston muncul, suaranya seperti perintah yang tidak terhindarkan.
Helena segera menjawab.
"Halo, Kak," suara ceria Helena terdengar seperti biasa.
Suara Aiden datang, rendah dan penuh wibawa, suara seorang pemimpin yang baru saja memenangkan pertarungan berdarah.
"Aku menelepon untuk menyelesaikan kontrak yang kita negosiasikan," ucap Aiden, tanpa basa-basi.
Helena merasakan kebingungan sesaat.
"Kontrak... tentang Paman Alaric?"
"Alaric sudah tidak relevan. Kekacauan itu sudah kubersihkan. Semua asetnya akan disita untuk menstabilkan likuiditas. Kantor dan semua yang disentuhnya sudah disanitasi secara total. Jadi," jeda Aiden terasa panjang dan dingin,
"kau tidak akan mencium bau darah Alaric di ranjang kita saat kau kembali."
Helena menutup matanya sesaat, membayangkan kekejaman dan efisiensi yang luar biasa di balik kata 'sanitasi'.
Dia merasakan gelombang rasa takut bercampur kekaguman.
Dia telah menantang batas, dan Aiden telah menjawabnya dengan pembantaian yang bersih.
"Selamat, Kak, Kau luar biasa." Bisik Helena, rasa lega dan ngeri bercampur.
Aiden sedikit mendengus.
"Aku melakukan tugasku. Sekarang, giliranmu."
Nada suara Aiden berubah, kini beralih dari Eksekutif menjadi Pemilik.
"Helena, aku tidak suka Xavier berada di ruang pribadimu bahkan jika itu hanya ide dan kopi."
Helena merasakan napasnya tertahan.
Jaringan Aiden benar-benar ada di mana-mana, dan dia tahu apa yang telah dia tahan.
"Dia... dia hanya mencoba tantangan intelektual, Kak. Itu di luar batas bisnis," bela Helena.
"Semua yang kau pikirkan adalah bisnis bagiku," tekan Aiden, suaranya serak dan mengancam.
"Helena, kau berada dalam kendaliku. Pikiranmu, keahlianmu, gairahmu semuanya. Jangan biarkan siapapun, apalagi Xavier, memberimu izin untuk berpikir secara independen di luar perhitunganku."
Aiden merendahkan suaranya lagi, menjadi bisikan yang jauh lebih berbahaya daripada teriakan.
"Dua tahun di London. Itu adalah batas yang kuberikan padamu."
"Tapi aku akan menuntut pembayaran penuh atas kepatuhanmu yang tertunda. Aku ingin setiap inci dirimu tunduk. Aku tidak akan membiarkanmu berpikir Xavier Eoscar memberimu ruang."
"Kau adalah klaim kuasaku. Absolut. Pahami itu."
Panggilan terputus, meninggalkan Helena dengan telepon yang masih menempel di telinganya, tubuhnya gemetar.
Panggilan ini terasa seperti segel mutlak atas kepemilikannya.
Teh herbal yang diseduhnya kini terasa dingin, sama dinginnya dengan otoritas mutlak yang baru saja ditetapkan Aiden.