Si Gadis Dingin bernama Zea yang menghadapi banyak masalah didalam keluarganya , menyebabkan dirinya menjadi seorang yang selalu menyendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RANIYAH FAZILA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SEBUAH KEPUTUSAN
Riko menghampiri ke empat anaknya yang sedang mengobrol di ruang keluarga. Riko seperti ingin menyampaikan sesuatu.
"Anak-anak, papa mau bicara serius! " ungkap Riko.
"Bicara apa pa? " tanya Leo penasaran.
"Jadi, papa nggak bisa terus-terusan kayak gini. Papa juga butuh pasangan" jawab Riko.
"Terus? papa mau nikah sama siapa? " tanya Zea dengan nada datar.
"Kemungkinan sama tante Meri, menurut kalian bagaimana? " jawab Riko.
"Hah? sama dia?, papa kan tau kalau dia itu nggak suka sama Zea. Zea nggak setuju sama sekali! " ucap Zea tegas.
"Kalian baikan aja bisa kan?, papa kasihan sama dia. Udah dipenjara... " tanya Riko.
"Nggak bisa, enak aja! dia udah nyelakain Zea pa!, papa mau Zea mati aja ha?. Papa lebih milih dia dibanding Zea?, papa tau nggak rasanya jadi Zea? nggak tau kan? jawab pa! " jawab Zea.
"Kamu tuh bisa nggak sih ngertiin papa? kamu egois banget sih!, kalau kamu nggak setuju papa bakal usir kamu dari rumah! " jawab Riko dengan nada marah.
"Aku? ngertiin? egois?, sampai kapanpun Zea nggak bakal setuju!" kata Zea.
"KAMU MAU PAPA USIR? HA? " ucap Riko membentak Zea.
"Usir aja!" jawab Zea santai.
"Kamu!... " ucap Riko terputus, tangannya hampir menampar Zea.
"Kenapa? tampar aja kalau berani! " ungkap Zea.
Riko menampar Zea.
PLAKK...
Zea tertawa.
"Hahahaha... "
Riko mengerutkan dahinya, heran dengan Zea.
"Kenapa pa? ko heran gitu? bukannya papa udah biasa yang nampar Zea kayak gini? " tanya Zea, tersenyum.
Tentu saja senyuman itu ada artinya. Zea tampak tidak marah sama sekali.
Milea berdiri terpaku, ia tidak menyangka kalau ini akan terjadi.
Zea langsung pergi, meninggalkan mereka di sana. Milea mengikuti Zea dari belakang. Disusul oleh Roy.
"Pa! kenapa papa malah menampar Zea? papa belum puas ya nyakitin Zea? " tanya Leo, kecewa kepada papanya.
Riko terdiam, kehabisan kata-kata.
"Leo kecewa sama papa! " ungkap Leo.
"Leo, dengerin penjelasan papa! " teriak Riko.
Leo dan Johan sudah pergi menyusul Roy.
Zea menunggangi kudanya, sambil memanah. Zea mencoba berkali-kali sampai bisa.
Milea memperhatikan Zea.
"Semangat Zea! kamu pasti bisa!" ucap Milea menyemangati Zea.
Anak panah mengenai target, Zea puas dengan usahanya.
Milea bertepuk tangan.
Zea turun dari kudanya. Milea datang membawakan air untuk Zea. Zea meminum air itu sampai habis.
"Bagaimana? capek? " tanya Milea.
" Iya, capek " jawab Zea sambil mengusap keringatnya dengan handuk.
Zea beristirahat sebentar.
" Zea beneran nggak papa kan?, soal tadi... " tanya Milea.
"Oh, yang tadi. Zea nggak papa ko kak, Zea udah biasa diperlakukan seperti itu sama papa " jawab Zea tenang.
"Pasti sulit ya? " tanya Milea lagi.
Zea mengangguk dan tersenyum.
Tentu saja Milea sangat khawatir dengan Zea, Milea sudah menganggap Zea seperti adik kandungnya.
"Habis ini mau kemana? " tanya Milea.
"Ke ruang musik Zea aja kak, Zea kebetulan lagi pengen nyanyi, hehehe " jawab Zea.
Zea dan Milea memasuki ruangan itu. Milea duduk menonton Zea.
Zea mulai bermain alat musik dan bernyanyi, suaranya merdu sekali.
"Maa sya Allah " ucap Milea kagum dengan suara Zea.
Milea bertepuk tangan, Zea berterima kasih.
"Terima kasih " kata Zea.
"Sama-sama" jawab Milea.
Kemudian Zea melanjutkan hobinya, yaitu membaca novel. Zea tidak sabar menunggu novel yang dibacanya tamat.
Milea datang membawa camilan untuk Zea, Zea memakannya dan tidak lupa memberi camilan juga ke Milea.
Mereka berdua ber sama-sama makan camilan.
Tentu saja Zea merasa sangat senang.