Reinkarnasi Menjadi Murid Suamiku

Rasti sengaja diam untuk sesaat. Membiarkan Reno tenang sebentar. Anak itu terlihat berdiri menyendiri di tempat yang jauh dari keramaian. Ia bahkan tak balas menyapa teman-temannya yang lewat.

Melihat sikap tak acuh Reno, Rasti geleng-geleng kepala. Bagaimana tidak? Setahunya Reno adalah anak yang ceria.

"Sebenarnya apa yang terjadi setelah aku tiada?" gumam Rasti. "Haruskah aku melihat keadaan di rumah dengan cara menjadi pembantu?" sambungnya.

Pupil mata Rasti membesar. Dia merasa apa yang dikatakannya tadi bukanlah ide buruk. "Tunggu, itu ide yang cukup bagus!" serunya sembari menjentikkan jari.

Seorang siswi yang kebetulan berdiri di sebelah Rasti, menatap heran. Rasti yang tidak sadar sudah bersikap aneh di depan umum, segera mengembangkan senyuman canggung. Siswi itu lantas memilih pergi saja.

Atensi Rasti kembali tertuju ke arah Reno. Dia mencoba mendekati anak itu untuk kali ketiga.

"Namaku Rasti. Aku tahu namamu Reno kan? Ibumu sering bercerita banyak tentangmu," ujar Rasti.

Reno menatap selintas. Pertanda dia mulai tertarik kepada Rasti.

"Dengar, Ren. Aku--"

"Kalau kau memang teman dari anak Mamah, kenapa baru sekarang muncul? Aku bahkan tidak melihatmu di pemakaman?" potong Reno dengan tatapan penuh curiga.

"A-aku..." Rasti akhirnya bingung. Dia juga tidak bisa berbohong. Sebab dirinya tidak tahu bagaimana proses pemakaman Farah berlangsung.

'Harusnya aku datang ke pemakamanku. Aku penasaran siapa saja orang yang datang,' batin Rasti yang mendadak merasa emosional.

Sungguh, Rasti sangat penasaran dengan apa yang terjadi kepada Yuda dan Reno setelah dirinya meninggal. Dia juga bahkan belum mengetahui bagaimana kabar anak keduanya.

"Bagaimana dengan Tiara? Apa dia baik-baik saja?" tanya Rasti.

"Jika sekali lagi kau mengajakku bicara, aku akan berteriak meminta tolong!" ancam Reno tegas.

Tak lama kemudian, Yuda datang. Rasti bergegas melarikan diri. Membuat dahi Reno lantas berkerut dalam. Meskipun begitu, anak tersebut tak peduli. Ia segera masuk ke mobil Yuda.

Saat di mobil, Yuda dan Reno sama sekali tidak bicara. Memang hubungan Yuda dengan kedua anaknya sekarang menjadi lebih berjarak dibanding dahulu. Itu karena Yuda selalu saja sibuk melakukan sesuatu. Tidak jarang dia pulang larut malam.

Di sisi lain, Rasti keluar dari persembunyian ketika sudah merasa aman. Dia mendengus lega. Rasti berniat akan bicara dengan Reno lagi besok.

...***...

Satu hari terlewat. Untuk kali kedua Rasti kembali membolos. Dia rela melakukan itu demi bisa dekat dengan sang putra.

Rasti selalu merahasiakan kemana tujuan dia pergi. Dirinya langsung menyapa ketika melihat Reno sudah keluar dari gerbang sekolah. Namun sekali lagi Reno tak acuh. Anak lelaki tersebut berjalan lurus tanpa menoleh atau pun membalas sapaan Rasti.

"Jujur, apa yang terjadi kepadamu, Nak?" gumam Rasti dengan nada mengeluh. Dia melihat Reno berdiri jauh darinya.

Bersamaan dengan itu, sebuah tangan tiba-tiba menyentuh pundak Rasti. Dia ternyata adalah Jali.

"Astaga! Kau ngapain di sini? Kau nggak ngikutin aku kan?" timpal Rasti. Merasa tak percaya. Mungkinkah sejak tadi Jali mengikutinya?

"Emang. Aku takut kau akan jadi gadis yang hilang selanjutnya setelah Ifa," sahut Jali. Dia membuang muka dengan wajah yang bersemu merah.

"Sejak kapan orang sepertimu peduli?" tanggap Rasti. Dia mendorong Jali menjauh. "Kau sudah lihat aku masih ada kan? Jadi sebaiknya kau pergi!" hardiknya.

"Aku bingung mau kemana," balas Jali.

Gigi Rasti menggertak kesal. Dia merasa tambah pusing. Selain harus mengurus pendekatannya dengan Reno, kini dirinya juga harus terikat dengan lelaki seperti Jali.