Ayla, pegawai biasa yang diangkat menjadi resepsionis di perusahaan terkenal, terpaksa menjadi wanita malam demi biaya pengobatan adiknya. Di malam pertamanya, ia harus melayani pria yang tak disangka—bosnya sendiri. Berbeda penampilan, sang CEO tak mengenalinya, tapi justru terobsesi. Saat hidup Ayla mulai membaik dan ia berhenti dari pekerjaan gelapnya, sang bos justru terus mencari wanita misterius yang pernah bersamanya—tanpa tahu wanita itu ada di dekatnya setiap hari. Namun, skandal tersebut juga mengakibatkan Hana hamil anak bosnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lestari sipayung, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sentuhan Paksaan
"Baiklah, sebelum kau benar-benar mengundurkan diri. Layani saya dulu. Bukankah kau menginginkan uang lebih besar?" ujar Leo, langsung mendekati Ayla. Ayla hendak lari, namun Leo menangkapnya dengan cekatan. Ia memberontak, namun kekuatan Leo jauh lebih besar. Leo mengunci tubuh Ayla, mencegahnya bergerak bebas. Kemudian, tanpa ragu, Leo mencium bibir Ayla dengan paksa. Ayla memejamkan mata, tubuhnya gemetar menahan rasa takut dan amarah. Ia ingin memberontak, namun kekuatannya tak sebanding dengan Leo. Leo menarik tengkuk Ayla untuk memperdalam ciumannya, tangannya kuat menggenggam. Dengan mudah, Leo mengangkat tubuh mungil Ayla dan membawanya ke sofa. Ayla terus berusaha melepaskan diri, mencoba segala cara untuk menghentikan paksaan ini.
Tangan Leo mulai menjelajahi tubuh Ayla dengan gerakan yang berani dan kasar. Di tengah ciuman yang memaksa itu, Leo mulai membuka kancing kemeja Ayla satu persatu. Tangan Ayla berusaha menahannya, namun ia terlalu lemah. Kancing kemeja itu terbuka satu per satu hingga kemeja itu terbuka sepenuhnya. Leo mulai meraih bagian dadanya Ayla, menyentuh dan meremasnya dengan kasar. Ayla masih memejamkan mata, air mata mulai mengalir di pipinya. Rasa sakit dan penghinaan bercampur aduk dalam hatinya. Dengan gerak-gerik yang semakin berani, tangan Leo mulai menjelajahi pahanya, meraba kulitnya yang lembut. Leo menarik rok hitam selutut Ayla, menyingkap paha putih mulusnya yang terlihat indah namun ternodai oleh paksaan ini. Ayla semakin putus asa, terhimpit oleh kekuatan dan kekejaman Leo. Ia merasakan keputusasaan yang dalam, seakan-akan tidak ada jalan keluar dari situasi mengerikan ini. Tubuhnya gemetar hebat, bukan hanya karena sentuhan Leo, tetapi juga karena rasa takut dan penghinaan yang sangat mendalam. Ia meringkuk, mencoba melindungi diri dari sentuhan tangan Leo yang semakin berani dan kasar.
"Lakukan seperti malam biasanya," bisik Leo setelah melepas ciumannya. Namun, Ayla menggeleng keras, matanya berkaca-kaca, dan ia berusaha sekuat tenaga untuk melarikan diri dari pangkuan Leo. Ia memberontak, menolak sentuhan Leo yang masih terasa di kulitnya. Tubuhnya gemetar hebat, campuran rasa takut, jijik, dan kelelahan.
Beberapa saat kemudian, saat Leo kembali ingin mencium Ayla, perut Ayla terasa mual. Rasa mual itu semakin menjadi-jadi hingga akhirnya ia muntah. Kepalanya terasa berputar-putar, pandangannya kabur. Dengan langkah gontai dan tubuh yang lemas, ia menuju toilet di ruangan Leo dan langsung berlari masuk. Di dalam toilet, terdengar suara muntahan Ayla yang nyaring dan memilukan, membuat Leo mengerutkan keningnya. Ia merasa sedikit terganggu, namun rasa tidak nyaman itu cepat sirna. Dia kemudian merapikan kemejanya dan jasnya dengan tenang, seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Lalu, ia hendak menghampiri Ayla.
Namun, ketika Leo sampai di depan toilet, ia mendapati Ayla sudah keluar dengan wajah pucat pasi. Kemejanya sudah dikancing kembali, namun tubuhnya terlihat sangat lemas, langkahnya sempoyongan. Ayla tampak seperti akan jatuh. Dan akhirnya…
Bruk… Tubuh Ayla tumbang tepat di depan toilet, jatuh tak berdaya. Leo melihatnya tergeletak di lantai, wajahnya pucat, napasnya tersengal-sengal. Keheningan menyelimuti ruangan, hanya suara napas Ayla yang terdengar samar-samar, mencampur rasa takut dan keputusasaan yang mendalam. Leo terdiam sesaat, memandangi Ayla yang tak berdaya, sebelum akhirnya ia mengambil keputusan.
*
Di rumah sakit, Ayla terbaring lemah. Perlahan, matanya mulai terbuka, penglihatannya masih kabur, samar-samar. Namun, secara perlahan, pandangannya menjadi semakin jelas. Dia bisa melihat seorang pria berdiri tegap di sampingnya; itu Leo. Pria yang memaksanya melakukan hal yang menjijikkan.
Leo melipat tangannya, menatap Ayla dengan tatapan dingin, tatapan khas seorang bos yang terbiasa memerintah. Tanpa basa-basi, ia langsung bertanya, "Kamu hamil?"
Pertanyaan mendadak itu membuat Ayla tersentak. Bagaimana Leo bisa tahu? Kemudian dia tersadar jika mereka masih di rumah sakit. Tentu saja dia menjalani pemeriksaan di rumah sakit. Pasti saat pemeriksaan itulah Leo mengetahuinya. Rasa malu, rasa takut, dan rasa sakit kembali menyergapnya. Bagaimana jika Leo tau ini adalah anaknya? Ayla merasa was was dan takut.